Pengaruh Cinta, Perhatian, dan Kasih Sayang Terhadap Perkembangan Otak dan Perilaku Anak

1 September 2014 16:56

Setiap orangtua menyadari pentingnya asupan nutrisi yang baik untuk pertumbuhan anak. Selain nutrisi fisik orangtua juga perlu memerhatikan nutrisi psikis. Namun yang sering terjadi adalah orangtua lebih fokus pada pemberian nutrisi fisik dan abai dengan nutrisi psikis. Anak yang semasa pertumbuhannya kurang mendapat nutrisi psikis akan mengalami banyak gangguan dan hambatan yang tampak dalam pertumbuhan fisik, mental, dan emosi anak yang kurang optimal.

Nutrisi psikis yang dimaksud adalah cinta, perhatian, dan kasih sayang yang diwujudkan dalam ucapan, tindakan, sentuhan, dan tutur kata lembut terhadap anak. Bentuk atau ungkapan perasaan cinta, perhatian, dan kasih sayang orangtua kepada anak dapat dilakukan dengan lima bahasa kasih yaitu menyediakan waktu berkualitas, memberi pujian atau kata-kata yang mendukung, tindakan pelayanan, sentuhan fisik, dan pemberian hadiah. Kelima bahasa kasih ini perlu dilengkapi dengan tatapan mata saat orangtua berkomunikasi dengan anak.

Dalam banyak kasus anak “bermasalah” yang saya tangani, saya selalu mensyaratkan untuk jumpa kedua orangtua terlebih dahulu sebelum saya bertemu dengan anak. Tujuan pertemuan ini adalah untuk menggali berbagai informasi penting seperti kualitas relasi kedua orangtua, aturan dan nilai dan konsistensi pemberlakuannya di rumah, siapa pengasuh utama, siapa saja yang tinggal serumah dengan anak, dengan siapa anak paling banyak menghabiskan waktunya, siapa orangtua yang lebih dominan, apa peran masing-masing orangtua dalam membesarkan anak, pilihan kata yang paling sering digunakan dalam berkomunikasi dengan anak, sampai dengan interaksi harian antara orangtua dan anak.  

Pengalaman selama ini dalam membantu anak yang dianggap bermasalah menemukan fakta menarik penting. Hampir semua masalah berawal dari pola asuh yang tidak tepat yang dilakukan orangtua sejak anak lahir. Dalam beberapa kasus terungkap bahwa sumber masalah bahkan bermula sejak anak masih dalam kandungan. Umumnya anak-anak ini mengalami pengalaman traumatik baik berupa kekerasan fisik dan terutama psikis seperti pengabaian dan tidak mendapat cinta, perhatian, dan kasih sayang yang semestinya.

Dari sudut psikologi dan teknologi pikiran kita dapat menelaah sebab terciptanya perilaku yang dianggap bermasalah. Dan tentu akan sangat mencerahkan bila pemahaman ini dilengkapi dengan pengetahuan yang bersumber dari ranah neurosains.

Ibarat sekuntum bunga yang tidak akan tumbuh mekar maksimal bila tidak mendapat cukup sinar matahari demikian pula otak anak yang tidak akan bertumbuh maksimal tanpa pengalaman positif yang ia dialaminya melalui interaksi bermakna dengan lingkungan.

Perkembangan jaringan otak dimulai sejak dalam kandungan mengikuti program genetik yang berasal dari orangtua. Namun, setelah anak lahir, pertumbuhan otaknya sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh pengalaman hidupnya melalui interaksi dengan lingkungan, terutama kedua orangtua atau pengasuh utama. Yang dimaksud pengasuh utama adalah siapa saja yang menghabiskan paling banyak waktu dan interaksi dengan anak.

Setelah lahir otak anak mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Pertumbuhan ini terutama pada volume dan kerumitan koneksi antarneuron. Pertumbuhan yang sangat pesat terjadi di prefrontal cortex (PFC) di usia antara 6 hingga 12 bulan. PFC adalah wilayah otak, letaknya di atas mata, yang menjalankan fungsi perencanaan, pengaturan, pemecahan masalah, pemusatan perhatian, kepribadian, kendali diri, emosi, dan perilaku.

Untuk dapat bertumbuh pesat dan maksimal otak membutuhkan banyak nutrisi, baik yang berasal dari makanan dan terutama nutrisi cinta dan kasih sayang dari orangtua atau pengasuh utama.

Banyak studi yang dengan jelas menunjukkan anak yang tidak mendapat cinta, perhatian, dan kasih sayang mengalami gangguan pertumbuhan otak. Wilayah otak yang paling terpengaruh akibat kurang cinta, perhatian, dan kasih sayang adalah prefrontal cortex dan orbitofrontal cortex (OFC).

Nutrisi cinta dan kasih sayang merangsang otak bayi untuk menghasilkan beta-endorphin, neuropeptida yang memberi rasa senang dan nyaman, dan menyebar ke seluruh otak dan tubuh bayi.

Di otak, beta-endorphin ini mencapai OFC, bagian dari PFC yang letaknya di atas mata, dan membantu pertumbuhan sel otak di sini. Dan pada saat yang bersamaan dopamin dilepas dari batang otak, juga mencapai PFC, dan turut membantu pertumbuhan sel otak. OFC sebagian besar berkembang sejak lahir dan matang sekitar usia satu tahun.

Ada banyak fungsi penting OFC antara lain untuk penyesuaian sosial, kendali suasana hati, dorongan bertindak dan tanggung jawab, dan sangat penting dalam menentukan kepribadian individu.

Anak atau orang dewasa yang mengalami gangguan pada pertumbuhan OFC bereaksi pada situasi negatif atau menantang tanpa berpikir panjang atau tidak mampu secara sadar mengendalikan respon mereka.

Dopamin jalam jumlah besar yang bersirkulasi di otak memberikan sangat banyak manfaat. Dopamin terlibat dalam pemrosesan pengalaman secara positif. Dengan demikian anak menjadi lebih positif, menghadapi situasi atau pengalaman hidup dengan lebih positif, dan mampu menyesuaikan diri dengan situasi, orang, atau lingkungan baru dengan lebih cepat.

Sejalan dengan pertumbuhan anak, jumlah dan koneksi antarneuron juga bertumbuh secara luar biasa. Hingga pada satu titik otak melakukan pemangkasan koneksi yang tidak dibutuhkan. Proses pemangkasan ini dipengaruhi oleh pengalaman hidup anak. Pemangkasan lebih sedikit terjadi pada anak yang tumbuh di lingkungan positif dibandingkan dengan anak yang tumbuh di lingkungan penuh tekanan, stres, atau mengalami pengabaian.

Salah satu akibat dari PFC yang tidak bertumbuh optimal akibat pengalaman masa kecil yaitu anak cenderung, saat dewasa, menjadi individu yang mudah mengalami stres, depresi, sulit menyesuaikan diri, cenderung menunjukkan perilaku antisosial.

Anak yang tumbuh dalam lingkungan positif menjadi individu yang positif, secara emosi stabil dan matang, mampu beradaptasi dengan baik pada berbagai situasi, lebih mampu mengendalikan diri, lebih memiliki rasa belas kasih, dan perasaan terhubung dengan orang lain.

Orangtua pada umumnya tidak tahu bahwa otak bayi sangat mampu menilai kondisi emosi orangtuanya dengan membaca ekspresi wajah dan ukuran pupil mata. Pupil mata yang melebar oleh otak bayi dimaknai sebagai perasaan bahagia. Bila orangtua bahagia, dan ini diketahui oleh otak bayi atau anak, maka secara instingtif otak bayi akan menghasilkan senyawa kimiawi yang juga membuatnya bahagia. Dari hasil studi diketahui kondisi ini juga mengaktifkan wilayah otak kiri depan yang berhubungan dengan empati. Perasaan sedih tentu memberi pengaruh yang sebaiknya dan mengaktifkan wilayah depan otak sebelah kanan.

Selain peka dengan ekspresi wajah dan membaca pupil mata, bayi juga sangat peka merasakan emosi yang sedang dialami orangtua atau pengasuh utamanya. Seringkali saat orangtua, khususnya ibu, sedang mengalami emosi negatif seperti cemas, takut, khawatir, marah, atau sedih maka anaknya menjadi rewel atau lebih sering menangis karena bisa merasakan yang sedang dirasakan ibunya.

Studi yang dilakukan oleh para dokter di Wayne State University, menggunakan piranti pemindai PET, memeriksa otak dari sepuluh anak (enam laki, dan empat perempuan) usia sekitar sembilan tahun, yang sejak kecil hidup di panti asuhan, menemukan bahwa beberapa wilayah otak mereka sangat kurang aktivitasnya, dibandingkan dengan anak normal yang hidup di rumah bersama orangtua mereka. Wilayah otak ini juga meliputi OFC.

Studi lain menunjukkan anak yang besar dalam kondisi kekurangan atau tidak mendapat cinta, kasih sayang, dan perhatian menunjukkan keterlambatan pertumbuhan emosi dan sosial dan juga menunjukkan berkembangnya perilaku agresif, hiperaktivitas, dan bahkan menunjukkan gejala yang serupa dengan autisme, semua sebagai akibat dari pertumbuhan otak yang tidak optimal.

Ungkapan cinta, perhatian, dan kasih sayang kepada anak dalam bentuk sentuhan fisik juga sangat baik karena merangsang otak dan tubuh anak dan orangtuanya menghasilkan oksitosin. Oksitosin berguna untuk meredam efek negatif perasaan cemas dan takut yang berasal dari amygdala. Kekurangan oksitosin mengakibatkan anak akan cenderung menerjemahkan banyak kejadian di lingkungannya sebagai hal yang mengancam atau membahayakan dirinya.

_PRINT   _SENDTOFRIEND

Upcoming Events
Counter
Online3
Hari ini205
Sepanjang masa34.518.369
1 Facebook
2 Youtube
3 Instagram
4 Quantum Morphic Field Relaxation
5 Asosiasi Hipnoterapi Klinis Indonesia
6 The Heart Technique