Hipnoterapi untuk Atasi Kebiasaan Lupa

16 Juni 2015 06:22

Saya sering dapat pertanyaan dari calon klien apakah hipnoterapi bisa sembuhkan pikun atau lupa? Biasanya, sebelum beri jawaban saya akan bertanya lebih detil apa yang ia maksud dengan pikun atau lupa, siapa yang mengalami kondisi ini, berapa usianya, dan sudah berapa lama ini dialami.

Apakah hipnoterapi bisa sembuhkan pikun atau lupa?

Jawabannya bergantung faktor penyebab seseorang lupa atau lemah daya ingatnya. Bila penyebabnya ada pada fisik otak, misalnya sudah tua dan alami kemunduran fungsi otak, atau karena stroke atau cedera, maka hipnoterapi tidak bisa membantu. Namun bila otak dalam kondisi baik dan orang sering mengalami lupa, tentu hipnoterapi bisa sangat membantu.

Artikel ini secara khusus hanya mengulas aplikasi hipnoterapi dalam membantu atasi kebiasaan lupa yang disebabkan faktor psikis.

Beberapa tahun lalu saya pernah tangani klien, sebut saja sebagai Fina, yang sangat pelupa. Fina sering ganti HP karena HP-nya hilang. Lebih tepatnya ia lupa di mana meletakkan HP-nya. Fina juga sering lupa di mana menyimpan slip gaji. Pernah di satu kesempatan Fina pergi ke mal bawa mobil dan pulang naik taksi. Setelah tiba di rumah ia bingung dan kaget karena mobilnya “hilang”. Baru setelah diberitahu pembantunya ia ingat mobilnya masih di mal. Melalui sesi hipnoterapi saya berhasil bantu Fina temukan penyebab kebiasaan lupa yang ia alami.

Pada contoh di atas, lupa bukan disebabkan oleh gangguan atau masalah pada otak namun karena aspek psikis. Fina masih muda, sekitar 40 tahun, dan bekerja sebagai trainer di sebuah bank besar. Yang menarik, walau Fina lupa di mana menyimpan HP, slip gaji, dll, namun ia ingat dengan sangat baik materi pelatihan yang biasa ia bawakan. Dengan kata lain Fina alami selective amnesia.

Mengapa orang sering lupa? Ini satu pertanyaan menarik yang memiliki banyak jawaban.

Orang sering lupa, terutama karena tidak fokus saat melakukan sesuatu. Biasanya saat sedang mengerjakan sesuatu, pikiran sibuk memikirkan hal lain atau tidak mindful namun mind-full.  Akibatnya, kegiatan ini tidak teregister dengan baik di memori pikiran bawah sadar sehingga sulit dipanggil atau diingat kembali. Ini sama seperti saat kita hendak menyimpan hasil kerja di sebuah folder di komputer dan kita tidak sadar atau melihat di folder mana file disimpan. Akibatnya saat membutuhkan file ini kita kerepotan harus mencarinya.

Kemungkinan lain orang menjadi mudah lupa adalah karena kurang tidur. Kurang tidur, apalagi dalam waktu yang lama, sangat memengaruhi kemampuan kognisi, salah satunya adalah fungsi memori. Stres kronis juga dapat mengakibatkan orang mudah lupa.  

Lupa bisa juga disebabkan karena perasaan takut atau tegang. Ini biasanya terjadi pada siswa/mahasiswa yang akan ujian. Saat perasaan takut, tegang, atau cemas muncul, apapun alasannya atau penyebabnya, otak seolah-olah berhenti bekerja. Informasi yang biasanya mudah diingat tiba-tiba hilang dan tidak dapat diingat. Dan semakin seseorang berusaha mengingat, semakin tidak bisa. 

Seseorang juga bisa (mudah) lupa karena mendapat imprint atau sugesti dari figur otoritas. Misalnya, anak saat masih kecil pernah lupa mengerjakan tugas. Figur otoritas, orangtua atau guru, menegur anak sambil mengucapkan kalimat “Kamu memang pelupa” atau “Heran ya.. kamu seringkali lupa”, atau “Kamu selalu lupa kerjakan tugas” atau kalimat sejenis.

Tanpa disadari kalimat-kalimat ini menjadi sugesti ampuh yang masuk ke pikiran bawah sadar anak dan selanjutnya membuat anak sering lupa. Kondisi ini menjadi semakin parah bila anak, tanpa disadari, memperkuat sugesti ini pada diri sendiri, saat ia lupa melakukan sesuatu, dengan kalimat, “Memang saya ini pelupa. Benar kata mama/guru saya memang pelupa.” Dan kebiasaan mensugesti diri sendiri berlanjut hingga dewasa.

Lupa juga bisa disebabkan oleh kepercayaan atau belief. Saya sering jumpa klien, biasanya berusia di atas 50an, yang mudah lupa karena percaya bahwa semakin bertambah usia semakin mudah mereka lupa. Menurut mereka, semakin bertambah usia, sama seperti kondisi tubuh, otak menjadi semakin lemah. Ini adalah kepercayaan yang salah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lemah atau tidaknya otak tidak bergantung pada usia namun lebih ditentukan oleh seberapa sering otak dilatih atau digunakan untuk berpikir dan memelajari hal-hal baru.

Dalam buku The Seven Sins of Memory, Daniel L. Schacter menyatakan ada tujuh jenis kegagalan fungsi memori: transience, absent-mindedness, blocking, misattribution, suggestibility, bias, dan persistence.

Transience adalah melemahnya ingatan akan hal-hal tertentu seiring berjalannya waktu. Kita biasanya lebih mudah mengingat hal atau kejadian baru daripada kejadian yang telah lama terjadi.

Absent-mindedness adalah kegagalan fungsi memori yang biasa kita alami karena pikiran sibuk memikirkan hal-hal lain saat melakukan sesuatu dan tidak fokus pada yang dilakukan. Ini mengakibatkan suatu informasi tidak teregister dengan baik di memori. Contohnya adalah lupa meletakkan kunci atau kaca mata, atau lupa dengan janji pertemuan.

Blocking adalah kondisi di mana saat otak berusaha mengingat sesuatu namun mengalami kendala. Contohnya adalah saat jumpa kawan lama dan berusaha mengingat-ingat namanya namun tidak bisa.

Misattribution terjadi saat seseorang mampu mengingat informasi dengan benar namun salah dalam mengingat sumber informasinya.

Suggestibility adalah terpengaruhnya memori seseorang karena sugesti dari pihak atau sumber di luar dirinya. Memori asli terpengaruh oleh informasi baru yang berasal dari orang lain atau sesuatu yang ia dengar atau baca sehingga menjadi tidak akurat.

Bias mirip dengan suggestibility dan disebabkan oleh terdistrosinya memori oleh perasaan atau persepsi seseorang sehingga memori tidak akurat.

Dan persistence adalah kondisi di mana seseorang terus teringat kejadian-kejadian tertentu. Ini yang dialami oleh penderita OCD.

Kembali pada Fina yang saya ceritakan di atas. Apa yang terjadi pada Fina sehingga jadi pelupa? Apa yang Fina alami sangat beda dengan yang dijelaskan oleh Schacter. Fina menjadi pelupa karena ulah pikiran bawah sadarnya.

Dengan teknik Ego Personality Therapy (EPT) saya temukan Ego Personality (EP) dalam diri Fina yang sengaja membuat Fina lupa. Tujuan EP ini agar Fina punya daya ingat kuat. Sebagai terapis saya tentu penasaran mendengar hal ini. Bagaimana mungkin Fina bisa menjadi kuat daya ingatnya bila sering dibuat lupa oleh EP ini?

Melalui wawancara mendalam dengan EP akhirnya diketahui bahwa di masa kecilnya Fina beberapa kali menghilangkan anting-anting emas pemberian ibunya. Di kejadian pertama, ibunya hanya menegur dan menasihati agar Fina lebih hati-hati saat memakai anting emas. Di kejadian selanjutnya ibunya marah besar karena Fina kembali menghilangkan antingnya.

Di salah satu momen inilah muncul EP yang ingin melindungi Fina agar tidak dimarahi ibunya. Agar tidak dimarahi Fina tidak boleh sampai hilangkan lagi anting emas pemberian ibunya. Agar tidak hilang Fina perlu punya daya ingat yang kuat. Dan agar punya daya ingat kuat, Fina sengaja dibuat lupa oleh EP. EP beralasan bila Fina lupa meletakkan atau menyimpan sesuatu maka ia pasti akan berusaha menemukannya. Dalam upaya menemukan kembali benda ini, menurut pemikiran EP, daya ingat Fina akan terasah dan menjadi kuat.

Namun yang terjadi adalah semakin lama Fina menjadi semakin pelupa. Dan EP menjadi semakin sering “melatih” Fina, terus berusaha menguatkan daya ingat Fina dengan membuatnya semakin sering lupa. Demikianlah seterusnya yang terjadi. Dan ini sangat memengaruhi hidup Fina.

Dalam proses terapi saya lakukan edukasi pada EP bahwa yang ia lakukan tidak tepat. Tujuan EP sangat baik untuk Fina namun cara yang ia gunakan justru menyusahkan Fina.

Saat mendengar penjelasan saya, EP baru sadar bahwa yang ia lakukan ternyata salah. Namun EP tidak tahu cara yang tepat untuk kuatkan daya ingat Fina. Di sini saya lakukan edukasi dan beri saran pada EP. Setelah EP menerima saran dan masukan ini, kemampuan mengingat Fina langsung pulih kembali dan ia bisa mengingat di mana meletakkan HP dan slip gajinya.

Ada banyak cara untuk tingkatkan daya ingat. Pertama, fokus atau sadar saat melakukan sesuatu. Kedua, memberi sugesti pada diri sendiri dengan kalimat "Semakin hari daya ingat saya semakin kuat". Ketiga, bila penyebab lupa adalah kurang tidur maka Anda perlu cukup tidur. Keempat, bila lupa disebabkan oleh stres berkepanjangan maka yang perlu dilakukan adalah segera atasi stres ini. Kelima, bila ada kepercayaan yang kurang tepat mengenai otak dan fungsi memori, misal Anda percaya semakin bertambah usia maka semakin mudah lupa atau pikun, maka cara paling efektif untuk atasi hal ini adalah dengan mengganti kepercayaan ini dengan kepercayaan yang lebih mendukung diri Anda. Terakhir, bila semua cara sudah dicoba dan Anda tetap sering lupa, padahal otak Anda tidak ada masalah, ada baiknya Anda minta bantuan terapis untuk mencari tahu apakah ada sabotase dari pikiran bawah sadar. 

_PRINT   _SENDTOFRIEND

Upcoming Events
Counter
Online1
Hari ini1.055
Sepanjang masa34.510.405
1 Facebook
2 Youtube
3 Instagram
4 Quantum Morphic Field Relaxation
5 Asosiasi Hipnoterapi Klinis Indonesia
6 The Heart Technique