Memahami Regresi dari Perspektif Teori Ego Personality

21 November 2015 21:51

Dalam praktik hipnoterapi, salah satu teknik yang kerap digunakan dalam mencari dan menemukan akar masalah adalah regresi. Regresi, untuk mudahnya, adalah proses klien mundur ke masa lalu, di dalam pikirannya. Berdasar prosesnya, terdapat dua jenis regresi. 

Pertama, hipermnesia, yaitu klien mengingat kembali kejadian di masa lalu. Dari sisi waktu, klien tetap berada di masa sekarang, dan hanya mengingat kejadian masa lalu. Kondisi ini tampak saat seseorang ditanya, “Hari ini, minggu lalu, jam 08.00 pagi Anda di mana dan sarapan apa?” Mendapat pertanyaan seperti ini, pikiran akan langsung mengakses data di memori untuk mengingat. Dan jawaban yang diberikan misalnya, seperti berikut ini, “Hari Senin minggu lalu, jam 08.00 pagi saya di pesawat menuju Jakarta dan sarapannya roti.”

Kedua, revivifikasi, yaitu secara pikiran, klien benar-benar mundur ke masa lalu dan mengalami kembali kejadian di masa lalu itu, dengan semua inderanya, dan juga merasakan kembali perasaan yang sama seperti dulu ia rasakan, namun klien mengalaminya sekarang. Menjawab pertanyaan di atas, klien akan berkata, “Saya sekarang di pesawat mau ke Jakarta. Ini lagi makan roti.”

Bisa Anda lihat beda antara jawaban pertama dan kedua? Jawaban pertama adalah hipermnesia dan yang kedua adalah revivifikasi. Hipermnesia sifatnya disosiatif, sedangkan revivifikasi, asosiatif. 

Ragam Teknik Regresi

Ada banyak cara melakukan regresi. Mulai dari regresi sederhana, regresi kalender, regresi dengan menghitung mundur, regresi dengan sugesti langsung, regresi dengan metafora seperti naik perahu menuju hulu sungai kehidupan, naik karpet terbang menuju ke masa lalu, regresi dengan buku kehidupan, lorong waktu, dan masih banyak cara lain. 

Salah satu teknik regresi yang, dari pengalaman klinis kami, sangat efektif untuk menemukan akar masalah adalah teknik regresi dengan jembatan perasaan atau affect bridge (AB). Teknik lain adalah regresi EP untuk menemukan saat pertama kali EP muncul atau tercipta dalam hidup klien. Regresi dengan AB akan menemukan ISE (initial sensitizing event), dan regresi EP menemukan EPCE. Ini dua proses berbeda namun dengan tujuan sama yaitu menemukan awal masalah klien. 

Siapa yang Sesungguhnya Diregresi dalam Regresi AB?

Ini pertanyaan penting yang perlu dijawab. Uraian berikut ini berdasar perspektif teori Ego Personality (EP) yang kami praktikkan dalam membantu klien. 

Saat terjadi hipermnesia, saat klien mengingat kejadian atau informasi tertentu, EP yang ditanya dan yang menjawab, biasanya, adalah EP yang sama. Walau, pada kenyataannya, EP yang ditanya, bila ia tidak memegang data yang dibutuhkan untuk menjawab, akan “masuk” dan dengan cepat bertanya pada EP Memori. Dalam beberapa kejadian, bisa terjadi EP yang ditanya, misalnya EP A, dan yang menjawab adalah EP Memori. 

Dalam artikel ini saya hanya mengulas dua teknik regresi yang kami gunakan di ruang praktik: regresi dengan affect bridge dan regresi EP. Dengan demikian data yang berhasil kami himpun cukup banyak untuk bisa dijadikan dasar penulisan artikel ini. 

Dalam regresi dengan AB, untuk bisa menuntun klien mundur menyusuri garis waktu, menunju ke awal mula kejadian, terapis menggunakan perasaan sebagai jembatan. Ada dua kemungkinan yang bisa terjadi. Pertama, perasaan yang digunakan sebagai jembatan adalah perasaan tunggal, misal marah. Kedua, perasaan yang dialami klien lebih dari satu, misal marah, benci, sakit hati, kecewa, dan sedih. 

Regresi dengan AB, saat terapis menuntun klien mundur ke masa lalu, umumnya tidak akan langsung mencapai ISE. Yang sering terjadi, klien mundur dan “mendarat” di beberapa SSE (subsequent sensitizing event) sebelum mencapai ISE. 

ISE biasanya terjadi di masa kecil. Dengan demikian, saat terapis berdialog dengan klien, di ISE, yang menjawab pertanyaan terapis bukanlah klien (EP) dewasa namun klien kecil atau inner child. Lalu, siapakah sejatinya inner child ini? Dari perspektif EP, inner child adalah EP berusia muda atau kecil.

Pertanyaan penting yang sangat perlu dijawab “Saat regresi dilakukan, siapakah yang diregresi? Bila yang diregresi adalah EP Dewasa, dan saat di SSE yang dijumpai adalah EP Remaja, dan akhirnya saat berhasil mencapai ISE, yang dijumpai adalah EP anak kecil, lalu apa hubungan antara EP Dewasa, EP Remaja, dan EP Anak? Apakah mereka adalah entitas yang sama atau beda? Bila sama, bagaimana mungkin ada satu entitas namun bisa muncul dalam tiga EP berbeda? Dalam proses terapi, EP Dewasa bisa bicara dengan EP Remaja atau EP Anak.

Berdasar data yang berhasil kami himpun, simpulan sementara adalah EP Dewasa, EP Remaja, dan EP Anak dalam regresi dengan AB adalah EP yang berbeda. EP Remaja adalah EP Anak yang bertumbuh, namun tidak sama dengan EP Dewasa yang berbicara dengan terapis. 

Merujuk pada sifat EP, EP yang normal, normal dalam pengertian tidak mengalami trauma, akan bertumbuh seiring usia kronologis individu. Saat EP mencapai usia tertentu, maka EP sebelumnya, yang lebih muda, otomatis sudah tidak lagi ada karena telah bertumbuh dan berubah menjadi EP yang lebih dewasa. 

Bila EP mengalami atau tercipta karena pengalaman traumatik maka EP ini akan mengalami salah satu dari dua kemungkinan berikut. Pertama, EP tercipta dan langsung mengalami fiksasi, tidak bertumbuh. Kedua, EP tercipta namun belum mengalami fiksasi. EP ini masih dapat bertumbuh dan mengalami lagi satu atau beberapa kejadian traumatik serupa hingga akhirnya pada kejadian akhir muncul simtom (SPE / symptom producing event) dan setelahnya terjadi fiksasi. Bila fiksasi terjadi di ISE maka ISE sekaligus adalah SPE.

Fiksasi, dalam analisis kami, terjadi karena stres atau energi negatif yang dialami EP telah melewati ambang batas kemampuan EP mengatasi stres. Fiksasi ini adalah bentuk pertahanan diri EP. 

Usia EP mengikuti usia kronologis individu. Bila trauma terjadi di usia lima tahun maka saat EP muncul, ia langsung berusia lima tahun. 

Bagaimana dengan regresi AB di mana klien merasakan lebih dari satu emosi?

Berdasar temuan kami, satu EP hanya memegang satu, maksimal dua emosi. Kami belum pernah bertemu dengan EP yang memegang banyak emosi sekaligus. Dan berdasarkan fakta ini, bila saat klien akan dituntun mundur ke masa lalu menggunakan jalur perasaan (affect bridge) dan klien merasakan beberapa emosi sekaligus, misal marah, benci, kecewa, dendam, sakit hati, maka sebenarnya pada saat ini aktif beberapa EP secara simultan. Untuk ini terapis akan menggunakan emosi paling dominan yang klien rasakan sebagai jembatan ke masa lalu. Bila terapis tidak fokus hanya pada satu perasaan, hasil regresi tidak presisi membawa klien ke ISE.

Saat akan diregresi, setelah provokasi emosi, sebenarnya telah terjadi pergeseran EP, dari EP Dewasa (klien) ke EP yang mengalami masalah. Saat diregresi, ada dua kemungkinan. Pertama, klien mundur ke beberapa SSE hingga akhirnya mencapai ISE. Saat regresi pertama dilakukan, saat dari posisi awal ke SSE, misal dari usia 40 tahun ke usia 16 tahun, sebenarnya yang diregresi adalah EP bermasalah berusia 16 tahun. Baru selanjutnya EP ini mundur, dengan jembatan perasaan, menuju ke satu atau beberapa kejadian lebih awal hingga akhirnya mencapai ISE. Pada contoh proses di atas, EP mengalami fiksasi di usia 16 tahun, terjadi di SPE. 

Kemungkinan lain, saat provokasi emosi, EP yang aktif adalah EP yang muncul saat kejadian pertama. Dengan demikian, saat dilakukan regresi, klien langsung mundur dan mencapai ISE, tanpa melewati satu atau beberapa SSE. 

Perbedaan antara dua skenario di atas adalah bila regresi secara langsung berhasil membawa klien mencapai ISE berarti EP yang aktif adalah EP yang muncul di kejadian paling awal (ISE) dan ISE ini sekaligus adalah SPE. Bila regresi membawa klien mundur ke satu atau beberapa SSE baru akhirnya mencapai ISE berarti regresi pertama membawa klien mundur ke SSE yang juga adalah SPE. Baru selanjutnya mundur ke SSE lebih awal dan akhirnya mencapai ISE. 

Regresi EP

Regresi EP berbeda dengan regresi AB. Regresi EP tidak menggunakan jembatan perasaan namun menggunakan jalur memori yang menghubungkan EP saat ini dengan saat pertama kali EP muncul atau tercipta dalam hidup klien. EP yang diproses oleh terapis, di masa sekarang, sama dengan EP yang muncul pertama kali. 

Untuk bisa melakukan regresi EP maka terapis perlu benar-benar memastikan bahwa EP yang sedang aktif (executive) adalah EP yang menjadi target terapi untuk perubahan klien. Bila terapis tidak cermat, dan yang aktif adalah EP yang lain, niscaya terapi tidak bisa efektif.

Walau namanya adalah regresi EP namun dalam teknik ini yang diregresi bukan EP bermasalah melainkan klien dewasa yang diregresi ke masa terciptanya EP bermasalah ini. 

Saat regresi mencapai EPCE bisa terjadi EP masih belum ada, baru tercipta, masih kecil, atau sudah besar. Yang dimaksud dengan besar dalam konteks ini adalah ia telah “sempurna” dan bisa beroperasi penuh sebagai EP. Saat EP muncul atau tercipta, usianya mengikuti usia dan kemampuan berpikir seusia klien di EPCE. 

Saya akhiri artikel ini dengan satu pengakuan jujur. Walau artikel ini telah selesai saya tulis namun masih belum final. Masih banyak informasi perihal EP dan hubungannya dengan regresi yang perlu digali lebih lanjut. Tulisan ini adalah berdasar temuan saat kami melakukan praktik, dan bukan secara khusus mencari data melalui eksplorasi pikiran bawah sadar atau eksperimen. Tulisan ini masih sangat terbuka untuk berubah sesuai dengan temuan kami berikutnya. 

_PRINT   _SENDTOFRIEND

Upcoming Events
Counter
Online6
Hari ini596
Sepanjang masa34.480.231
1 Facebook
2 Youtube
3 Instagram
4 Quantum Morphic Field Relaxation
5 Asosiasi Hipnoterapi Klinis Indonesia
6 The Heart Technique