Mengapa Gagal Menghipnosis?

11 April 2016 19:33

Artikel ini terinspirasi dan sekaligus adalah jawaban untuk pertanyaan yang diajukan oleh seorang rekan hipnoterapis. Pertanyaannya singkat namun butuh pemikiran mendalam sebelum dijawab. “Pak Adi, saya sudah belajar hipnotis dan juga hipnoterapi dengan ikut pelatihan. Tapi kenapa ya sampai sekarang saya tidak bisa menghinotis pasien?” demikian tanyanya.

Sebelum menjawab, ada beberapa hal yang perlu saya luruskan. Seringkali terjadi kekurangtepatan penggunakan kata “hipnosis” dan “hipnotis”. Hipnosis adalah ilmunya dan hipnotis adalah orang yang mempraktikkan hipnosis. Dengan demikian kalimat yang benar adalah “saya menghipnosis…..”, bukan “saya menghipnotis…..”.

Kedua, penggunaan kata “pasien” sebagai kata ganti individu yang menjalani hipnoterapi hanya boleh digunakan oleh dokter. Hipnoterapis yang bukan dokter tidak boleh menggunakan kata ini. Yang tepat adalah klien.

Untuk mendapat gambaran lebih jelas tentang situasi rekan ini, saya mengajukan pertanyaan, “Apa kendala yang Anda alami? Bagaimana cara Anda menghipnosis klien?”

“Saya menggunakan skrip hipnosis yang saya dapatkan di pelatihan. Tapi entah mengapa sulit sekali menghipnosis klien,” jawabnya.

“Apa yang Anda lakukan sebelum menghipnosis klien?” tanya saya lagi.

“Saat jumpa klien, saya langsung minta klien duduk. Lalu saya gunakan skrip atau teknik untuk menghipnosis klien,” jawabnya.

Dari jawaban ini saya dapat gambaran yang lebih utuh bagaimana rekan ini melakukan praktik hipnosisnya. Penjelasan berikut ini adalah jawaban atas pertanyaannya. Dan yang dimaksud dengan hipnosis adalah proses membimbing klien beralih dari kondisi sadar normal ke kondisi pikiran yang rileks namun fokus.

Banyak rekan yang mengalami kendala, belum bisa, atau bahkan sering gagal saat melakukan hipnosis. Ada yang belajar cara menghipnosis lewat buku, situs di internet, Google, Youtube, belajar dari teman, dan ikut pelatihan.

Apa ada yang salah dengan teknik hipnosis yang mereka pelajari dan praktikkan? Apakah skrip yang mereka gunakan tidak efektif untuk klien tertentu? Atau mereka sedang sial jumpa klien yang tidak bisa dihipnosis?

Hal yang perlu diketahui, setiap insan pada dasarnya pasti dapat masuk kondisi hipnosis dengan mudah. Kondisi hipnosis adalah kondisi alamiah yang sering kita masuki atau alami. Dalam sehari, minimal dua kali kita mengalami kondisi hipnosis. Pertama, saat akan tidur. Untuk masuk kondisi tidur, kita akan melewati kondisi hipnosis yang disebut hypnagogic. Sedangkan saat bangun, untuk “naik” ke kesadaran normal, kita pasti melewati kondisi hypnopompic.

Kondisi hipnosis alamiah yang sering kita alami, walau kita tidak sadar bahwa ini adalah kondisi hipnosis, yaitu saat pikiran sadar kita menerawang, saat mengendarai mobil, saat pikiran fokus dan tercerap dalam aktivitas yang dilakukan, misal nonton tv, baca buku, atau berolahraga.

Kondisi hipnosis yang cukup dalam, yang terjadi secara alamiah, juga terjadi saat kita tidak bisa menemukan atau melihat benda, misal kunci, pen, atau kacamata, padahal benda ini ada di depan kita. Kondisi hipnosis yang lebih dalam lagi, yang juga terjadi secara alamiah adalah saat kita mengalami luka tertentu namun kita tidak merasakan atau menyadarinya. Baru pada saat mandi, luka ini terasa perih.

Kondisi hipnosis yang dijelaskan di atas terjadi secara alamiah tanpa perlu induksi formal. Dengan demikian, ini mementahkan pendapat atau asumsi bahwa ada individu yang sulit atau tidak bisa dihipnosis. Intinya, semua orang pasti bisa masuk kondisi hipnosis.

Dalam dunia hipnosis dikenal sepuluh teknik dasar induksi. Dari sepuluh teknik dasar ini lahir beragam varian teknik hipnosis, termasuk sangat banyak skrip hipnosis.

Bila kita cermati, seringkali teknik atau skrip yang sama, saat dipraktikkan atau digunakan oleh operator yang berbeda, hasilnya tidak sama. Ada yang dapat dengan mudah membimbing klien masuk kondisi hipnosis yang dalam. Ada juga yang telah berusaha berulangkali menggunakan skrip atau teknik yang sama namun gagal total.

Lalu, apa yang sebenarnya faktor penentu keberhasilan melakukan hipnosis?

Hipnosis, lebih tepatnya, proses hipnosis bukan sekedar teknik atau skrip. Inilah kesalahan paling mendasar yang sering dialami oleh kebanyakan hipnoterapis. Mereka berpikir bila sudah belajar teknik atau punya skrip yang “ampuh” maka mereka bisa menghipnosis siapa saja. Kenyataannya tidak demikian. Bahkan teknik induksi kejut (shock induction) yang dianggap paling ampuh untuk menghipnosis klien seringkali gagal.

Ada hal penting dan mendasar yang menjadi kunci keberhasilan hipnosis yang sering diabaikan. Dan ini berlaku universal, dengan siapa, kapan, dan di mana saja.    

Berbicara tentang hipnosis sejatinya membahas interaksi dua atau lebih individu dalam upaya mencapai tujuan yang sama. Hipnoterapis membimbing klien masuk kondisi hipnosis dan klien bersedia dan berharap masuk kondisi hipnosis.

Untuk bisa melakukan induksi atau hipnosis dengan efektif membutuhkan prakondisi berupa pemahaman akan proses yang dijalani, saling pengertian antara operator dan klien, kepercayaan klien pada operator dan sebaliknya, perasaan mampu baik pada diri operator maupun klien, pengharapan (yang tinggi) untuk masuk ke kondisi hipnosis, motivasi, otoritas, relasi, dan ketiadaan rasa takut.

Bila syarat di atas telah terpenuhi, teknik apapun, dapat dengan mudah dan pasti membawa klien masuk kondisi hipnosis yang dalam. Bahkan, bila motivasi klien untuk masuk kondisi hipnosis cukup tinggi, operator hanya perlu meminta klien menutup mata dan meniatkan masuk, klien pasti masuk dengan sendirinya ke kondisi hipnosis, tanpa operator melakukan apapun.

Proses belajar atau pelatihan hipnosis yang semata-mata hanya menekankan teknik atau skrip tanpa memerhatikan prakondisi yang dijelaskan di atas niscaya tidak akan membuahkan hasil seperti yang diharapkan. 

_PRINT   _SENDTOFRIEND

Upcoming Events
Counter
Online4
Hari ini955
Sepanjang masa34.511.620
1 Facebook
2 Youtube
3 Instagram
4 Quantum Morphic Field Relaxation
5 Asosiasi Hipnoterapi Klinis Indonesia
6 The Heart Technique