Hal Penting Yang Perlu Diketahui Klien Agar Terapi Bisa Benar-Benar Efektif

Seorang calon klien, sebut saja Pak Edi, menghubungi saya melalui sms dan minta bertemu dengan penjelasan, “Saya pernah diterapi oleh Pak Budi seorang hipnoterapis. Hasilnya nol besar. Pak Budi tidak bisa membawa saya sampai kondisi trance. Saya juga tidak tahu apa sebabnya saya sulit dihipnoterapi. Kemungkinan Pak Budi belum menguasai ilmu cara kerja pikiran dan tidak memahami jenis-jenis / tipe cara berpikir seorang klien.”

Saat ditanya lebih lanjut apa masalahnya dan sudah berapa kali ia menjalani terapi dengan Pak Budi, Pak Edi tidak memberi jawaban hingga artikel ini saya tulis.

Pembaca, saya tidak tahu persis apa yang sebenarnya terjadi dalam proses terapi yang dijalani Pak Edi. Kebetulan saya kenal Pak Budi. Saya tahu Pak Budi cakap dan kompeten melakukan hipnoterapi.

Artikel ini saya tulis untuk memberikan informasi khususnya bagi klien yang ingin menjalani hipnoterapi sebagai jalan keluar untuk mengatasi masalahnya agar dicapai hasil optimal seperti yang diharapkan.

Pertanyaan awal yang perlu diajukan, “Apakah benar hipnoterapi efektif dalam membantu mengatasi masalah yang berhubungan dengan mental dan emosi?”

Survei literatur psikoterapi yang dilakukan Alfred A. Barios, Ph.D., dan dimuat di American Health Magazine menyatakan hal menarik berikut:

-       Psikoanalisa : 600 sesi, sembuh 38%

-       Behavior Therapy: 22 sesi, sembuh 72%

-       Hipnoterapi : 6 sesi, sembuh 93%.

 

Dengan demikian sebenarnya tidak ada keraguan mengenai keefektifan hipnoterapi. Pertanyaan berikutnya, “Mengapa hipnoterapi dalam kasus tertentu ternyata tidak efektif?”

Ada banyak faktor yang menyebabkan hipnoterapi tidak efektif. Saya akan jelaskan beberapa faktor penting yang perlu diketahui klien sebelum menjalani hipnoterapi. Faktor-faktor ini saya rangkum dari pengalaman klinis saya menerapi klien sejak 2005. Dengan memahami faktor-faktor ini maka hipnoterapi akan memberikan hasil optimal seperti yang diharapkan.

Penjelasan berikut ini khusus ditujukan kepada calon klien dengan asumsi hipnoterapisnya cakap dan kompeten.

1. Semua hipnosis adalah self-hypnosis

Pandangan yang salah adalah bila klien berpikir bahwa ia akan dihipnosis oleh terapis. Seolah-olah hipnosis adalah sesuatu yang dilakukan oleh hipnoterapis kepada klien. Yang benar, hipnosis adalah sesuatu yang dilakukan oleh klien kepada dirinya sendiri dengan mengikuti anjuran, saran, sugesti, atau bimbingan terapis.

2. Hipnoterapis hanya sebagai navigator sedangkan klien adalah pengemudi

Saat melakukan terapi peran hipnoterapis hanya sebagai navigator yang mengarahkan dan membimbing pikiran bawah sadar klien untuk melakukan hal tertentu. Bila klien tidak bersedia melakukan yang disarankan hipnoterapis maka terapi tidak bisa berjalan dengan baik. Dengan demikian dibutuhkan kerjasama antara hipnoterapis dan klien. Klien berperan sebagai co-therapist.

3. Klien tetap sadar walau telah masuk kondisi trance yang dalam

Banyak yang berpikir bia seseorang masuk kondisi hipnosis maka ia akan lupa ingatan atau menjadi tidak sadar, tidak tahu apa yang terjadi di sekitarnya dan begitu bangun sudah sembuh. Ini pandangan yang salah. Yang benar, saat dalam kondisi trance, sedalam apapun trance-nya, klien tetap sadar dan memegang kendali penuh atas pikirannya.

Namun ada juga klien yang bersikeras dengan pandangannya yaitu orang dihipnosis akan tidak sadar. Bila terapis sudah menjelaskan dengan gamblang apa itu kondisi hipnosis dan klien tetap bersikukuh dengan pandangan atau pemahamannya maka terapi tidak bisa dilanjutkan.

4. Kesembuhan klien sepenuhnya adalah tanggung jawab klien, bukan tanggung jawab terapis.

Klien perlu menyadari bahwa tanggung jawab kesembuhan ada pada diri klien, bukan pada terapis. Peran terapis hanya membantu atau memfasilitasi proses terapi dengan menggunakan sumber daya yang ada dalam diri klien untuk kesembuhan klien.

Ada klien, pada level pikiran bawah sadar, bersikeras tidak ingin sembuh dari masalahnya karena ternyata ia mendapat keuntungan dari masalah yang dialaminya. Terapis sudah tentu dapat melakukan edukasi ulang pikiran bawah sadar klien. Namun bila klien bersikeras tidak atau belum bersedia sembuh maka terapis harus menghargai keputusan ini.  

5. Klien datang atas keinginan atau kesadarannya sendiri.

Untuk mengatasi suatu masalah dibutuhkan motivasi yang tinggi dari klien. Semakin tinggi motivasinya maka akan semakin mudah klien sembuh. Klien yang datang ke terapis dengan motivasi yang tinggi sebenarnya sudah sembuh. Tugas terapis tinggal melakukan sentuhan akhir saja.  

Namun yang seringkali terjadi klien datang bukan atas kemauan atau kesadarannya sendiri namun karena rayuan, bujukan, desakan, paksaan, dan atau ancaman orang lain. Bila ini yang terjadi dapat dipastikan klien tidak akan sembuh.

6. Klien mengijinkan dirinya untuk diterapi.

Ada klien yang karena alasan tertentu tidak mengijinkan dirinya untuk diterapi. Alasannya bisa takut, merasa tidak nyaman, tidak percaya sama terapis, pandangan atau pemahaman yang kurang tepat mengenai hipnoterapi, atau klien menemui terapis bukan atas kesadaran dan keinginannya sendiri.

Agar hasil terapi bisa maksimal maka harus ada niat sungguh-sungguh dari klien untuk berubah atau keluar dari masalah.

7. Klien terbuka dan jujur

Keterbukaan dan kejujuran dalam berkomunikasi dan mengungkap berbagai data yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah adalah hal yang sangat penting. Klien, dalam kondisi hipnosis, tetap sadar dan dapat mengendalikan pikirannya sepenuhnya. Ia dapat berbohong atau tidak mengungkap data penting yang dibutuhkan.

8. Klien percaya pada terapis

Bila klien, karena alasan tertentu, merasa kurang yakin atau percaya pada terapis maka sebaiknya jangan melakukan terapi. Ketidakpercayaan atau perasaan ragu terhadap terapis sangat menghambat proses terapi. Klien berhak memutuskan tidak melanjutkan terapi.

9. Klien pasrah dan ikhlas menjalani bimbingan terapis

Kepasrahan dan keikhlasan adalah hal mutlak. Klien bersikap pasif, reseptif, dan mengijinkan terapi berjalan tanpa ia perlu melakukan upaya secara sadar. Hipnoterapi bukan cognitive therapy. Hipnoterapi adalah terapi yang dilakukan dalam kondisi atau dengan bantuan kondisi hipnosis.

Untuk bisa masuk ke pikiran bawah sadar yang dibutuhkan adalah niat, kepasrahan, dan keikhlasan. Semakin pasrah semakin baik. Bila klien berusaha atau berupaya untuk bisa tance maka semakin ia berusaha akan semakin tidak bisa. Trance adalah sesuatu yang terjadi secara alamiah dan tidak membutuhkan upaya sadar.

10. Klien jelas aspek apa yang ingin diatasi dengan hipnoterapi.

Ada klien yang datang ke terapis namun tidak jelas apa yang ingin diterapi. Ketidakjelasan ini membuat pikiran bawah sadar bingung dan tidak bisa fokus membantu klien dalam proses terapi.

11. Dalam satu sesi hipnoterapi hanya satu aspek saja yang dibereskan.

Ada klien, mungkin karena ingin hemat biaya, meminta terapis membereskan beberapa masalah dalam satu sesi terapi. Untuk terapi yang efektif dibutuhkan pikiran yang fokus serta target dan prioritas yang jelas. Untuk itu klien perlu menetapkan dengan hati-hati dan jelas apa masalah paling utama dan penting untuk dibereskan di sesi hipoterapi. Dan yang juga perlu diingat yaitu satu sesi hipnoterapi berlangsung sekitar 2 jam. 

Biasanya bila waktunya masih cukup maka terapis bisa membantu klien mengatasi masalah lain. Jadi, dalam satu sesi sebaiknya fokus pada satu masalah saja.

12. Hipnoterapi adalah kontrak upaya bukan kontrak hasil

Terapis tidak boleh memberikan jaminan atau garansi kesembuhan. Hal ini juga berlaku bagi healing profession lain seperti psikiater, dokter, psikolog, dan konselor.  Dengan demikian bila ada klien yang meminta jaminan atau garansi kesembuhan maka klien seperti ini tidak bisa dilayani.

13. Hipnoterapi bukan pil ajaib / Klien tidak over-ekspektasi

Walau hipnoterapi terbukti secara klinis dan empiris sangat efektif untuk mengatasi berbagai masalah yang berhubungan dengan mental dan atau emosi, namun sama halnya teknik terapi lainnya hipnoterapi juga punya keterbatasan. Proses terapi membutuhkan waktu.

14. Komit menjalani hingga 4 sesi konsultasi dan atau terapi

Klien perlu komit untuk menjalani terapi antara satu hingga empat sesi. Komitmen awal adalah untuk 2 sesi. Satu sesi berlangsung selama 2 (dua) jam. Bila masih dibutuhkan terapi bisa dilanjutkan hingga 4 sesi.

Pada sesi pertama, bila terapis menilai klien siap, maka bisa langsung dilakukan terapi. Namun bila terapis menilai klien belum siap maka hanya akan dilakukan konsultasi atau konseling.

Komitmen ini sangat penting mengingat dalam proses terapi terapis dan juga klien tidak dapat memprediksi data apa yang akan diungkap oleh pikiran bawah sadar klien. Seringkali terjadi masalah yang tampaknya sepele dan mudah diatasi ternyata adalah simtom dari satu akar masalah yang sangat serius yang membutuhkan beberapa sesi terapi agar tuntas.

Apa akibatnya bila terapi hanya dilakukan satu sesi padahal belum tuntas?

Yang terjadi adalah klien bisa menjadi semakin labil dan justru akan semakin bermasalah. Ibaratnya seorang dokter bedah yang telah membuka perut pasien namun tidak menutup rapat bekas bukaan operasi ini. Akibatnya bisa sangat fatal.

15. Klien datang ke terapis untuk terapi, bukan untuk melawan, menguji, atau ingin mengalahkan terapis

Ada klien yang melakukan therapy shopping. Ia bangga telah diterapi banyak terapis namun tidak sembuh. Pola pikir klien tipe ini adalah ia ke terapis bukan untuk mencari bantuan menyembuhkan masalahnya namun ia ingin menguji atau mengalahkan terapisnya.

Ada juga klien yang bangga bila terapisnya gagal menghipnosis dirinya. Ia merasa lebih unggul atau kuat dibanding terapisnya.

16. Klien tidak menganalisa

Ada klien yang ingin diterapi dan sekaligus ingin “belajar” teknik yang digunakan terapis. Akibatnya, ia tidak bisa masuk ke kondisi hipnosis dan terapinya tidak berhasil.

Klien tipe ini rugi dua kali. Pertama, ia sudah bayar mahal untuk menjalani terapi namun tidak ada hasilnya. Kedua, ia tidak dapat mengerti apa yang dilakukan hipnoterapis karena klien tidak belajar teori dan teknik yang digunakan hipnoterapis.

Keingintahuan klien membuat pikiran sadarnya tetap aktif karena melakukan analisa. Hal ini menghambat proses induksi sehingga ia tidak bisa berpindah dari kesadaran normal ke kondisi trance.

17. Klien mampu berkomunikasi secara verbal

Komunikasi verbal sangat penting dalam hipnoterapi. Setelah proses induksi biasanya klien akan menutup mata sampai terapis selesai dilakukan. Terapis berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar klien secara verbal.

Untuk itu klien harus bisa memahami bahasa yang digunakan terapis. Bila misalnya terapis menggunakan bahasa Indonesia dan klien kurang cakap berbahasa Indonesia maka terapi tidak bisa dilakukan dengan efektif.

Hambatan lain adalah bila, misalnya, klien mengalami masalah pendengaran yang mengakibatkan komunikasi antara klien dan terapis menjadi tersendat.

Hambatan komunikasi juga bisa terjadi karena berkurangnya kemampuan berpikir (kognisi) akibat usia lanjut atau klien mengalami dementia.

18. Klien tidak di bawah pengaruh obat penenang

Klien yang sedang di bawah pengaruh obat penenang biasanya akan sulit diinduksi. Namun dengan teknik induksi khusus klien tipe ini tetap dapat masuk kondisi trance. Hambatan lain akibat pengaruh obat penenang yaitu perasaan klien menjadi tumpul. Klien tidak dapat merasakan emosinya padahal emosi inilah yang akan diproses dalam terapi.

19. Masalah klien murni karena faktor mental atau emosi, bukan karena gangguan pada fungsi otak.

Dalam beberapa kasus, ada terjadi klien mengalami masalah karena adanya gangguan pada fungsi otak, misalnya karena stroke, terbentur, jatuh, atau karena mengkonsumsi narkoba. Bila ini penyebab masalah klien maka hipnoterapi tidak bisa membantu. Klien perlu penanganan medis, bukan hipnoterapis.



Dipublikasikan di https://adiwgunawan.com/index.php?p=news&action=shownews&pid=107 pada tanggal 2 September 2012