Proses Hipnoterapi

Dulu, di awal karir saya sebagai hipnoterapis klinis, banyak orang yang takut atau khawatir bila berada di dekat saya. Pada saat itu mereka masih berpandangan bahwa hipnoterapi menggunakan kuasa gelap, bertentangan dengan agama, berbahaya, hanya bisa dilakukan oleh orang yang telah melakukan laku atau ritual tertentu, dan masih banyak mispersepsi lain.

Sekarang, berkat edukasi yang dilakukan oleh para rekan penulis, trainer, dan hipnoterapis baik melalui seminar / lokakarya dan berbagai artikel yang dimuat di berbagai laman di internet, pandangan masyarakat telah banyak berubah.

Saat ini hipnoterapi sudah dapat diterima sebagai salah satu cabang ilmu psikologi yang bila digunakan dengan benar akan sangat membantu meringankan atau bahkan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan mental dan atau emosi.

Dalam kesempatan ini saya tidak lagi menjelaskan mengenai hipnosis dan hipnoterapi, karena sudah sangat banyak artikel yang mengulas mengenai hal ini, namun akan menjelaskan apa saja yang terjadi saat seseorang menjalani hipnoterapi.

Yang perlu pembaca catat adalah bahwa apa yang saya terangkan di sini berdasar pada standar mutu dan pelayanan yang menjadi acuan di lembaga Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology dan para hipnoterapis alumninya. Sudah tentu, standar ini bisa berbeda menurut masing-masing hipnoterapis dan lembaga. Setidaknya bila pembaca berkunjung ke hipnoterapis sudah mendapat gambaran apa yang akan terjadi sehingga tidak kaget atau was-was.

 

Sebelum Bertemu Hipnoterapis

Calon klien yang menyadari bahwa ia ada masalah dan perlu mendapat bantuan biasanya akan mencari tahu mengenai terapis. Biasanya mereka bertanya pada teman atau melakukan pencarian dengan search engine seperti Google dengan menggunakan kata kunci “hipnoterapi”. Hasil pencarian akan menampilkan banyak situs yang menawarkan pelayanan hipnoterapi di Indonesia. Biasanya setelah mendapat informasi yang cukup dan sesuai kebutuhan calon klien menghubungi lembaga atau hipnoterapis. 

Ada banyak cara calon klien menghubungi terapis. Bisa melalui email, sms, telpon, atau berkunjung langsung ke tempat praktik terapis. Melalui kontak ini terapis biasanya akan bertanya seputar masalah klien dan menentukan apakah ia mampu membantu klien ini atau tidak. Bila ia merasa yakin dan mampu maka ia akan membuat janji bertemu.

Bila terapis merasa tidak sanggup membantu maka ia akan merujuk klien ke profesional lain yang lebih cakap dan kompeten. Kami beberapa kali merujuk calon klien ke rekan psikiater karena dari hasil wawancara melalui telpon menyadari bahwa masalah klien di luar bidang keilmuan kami.  

Hipnoterapis biasanya melakukan praktik dengan jadwal yang sudah pasti dan umumnya tidak menerima klien yang datang mendadak tanpa perjanjian. Dan umumnya klien mengikuti jadwal yang telah ditetapkan terapis, kecuali bila ada kejadian atau kasus khusus.

Di sesi awal ini terapis akan menjelaskan bahwa klien perlu komit sampai empat sesi dan sekaligus diberitahu biaya terapi tiap sesi dan berapa lama setiap sesi berlangsung. Komitmen ini tidak berarti klien harus menjalani sampai empat sesi terapi. Semua bergantung hasil terapi di sesi awal. Bila masalah klien berhasil diatasi dalam satu atau dua sesi saja maka tidak perlu sesi lanjutan. Namun bila ternyata dibutuhkan sesi lanjutan maka klien, karena telah diberitahu sebelumnya, tidak akan kaget. 

Standar kami satu sesi terapi berlangsung sekitar 2 (dua) jam. Biasanya antara dua sampai tiga jam. Menurut pengalaman kami selama ini terapi tidak mungkin dan tidak pernah bisa dilakukan dalam waktu hanya satu jam saja. Alokasi waktunya sekitar satu jam untuk wawancara dan antara satu sampai dua jam untuk terapi.

 

Saat Berada di Tempat Praktik

Pada waktu yang telah disepakati klien bertemu terapis. Klien perlu datang lebih awal karena perlu mengisi intake form. Biasanya klien membutuhkan sekitar 15 menit untuk mengisinya. Bila klien datang terlambat akan mengganggu jadwal terapi klien berikutnya.

Setelah intake form diisi barulah terapis mengajak klien masuk ke ruang terapi. Namun ada juga klien yang mengisi intake form di dalam ruang terapi. Jadi, ini semua bergantung pada setting ruang terapi.

Apa yang klien isi di intake form adalah informasi berharga yang perlu diketahui terapis untuk bisa lebih mengenal diri klien dan sebagai bahan untuk menjalin rapport yang baik dengan klien.

 

Di Dalam Ruang Praktik

Berdasar intake form terapis mulai berdialog dengan klien. Dialog ini bukan sekedar bicara tak tentu arah namun adalah wawancara yang sifatnya sangat terstruktur dengan tujuan untuk mengetahui latar belakang masalah klien.

Terapis mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh klien. Bila masih ada yang kurang jelas maka terapis perlu terus bertanya hingga ia merasa puas dan cukup dengan keterangan yang disampaikan klien. Dalam dunia psikologi wawancara ini disebut dengan anamnesa.

Selain melakukan wawancara mendalam terapis juga perlu menjelaskan mengenai apa itu hipnosis / hipnoterapi, menjawab pertanyaan klien yang mungkin masih belum mengerti atau memiliki persepsi yang salah, menetralisir rasa takut atau cemas dalam diri klien mengenai proses yang akan ia jalani,  dan masih banyak hal lain yang perlu klien ketahui. Ini semua bertujuan untuk memperoleh rasa percaya klien dan juga menghilangkan rasa takut yang akan sangat menghambat proses terapi.

Melalui wawancara mendalam terapis akan mendapat gambaran yang jelas mengenai asal muasal masalah klien, apa yang terjadi, siapa saja yang terlibat dalam peristiwa itu, mulai kapan simtom muncul, dalam kondisi apa simtom muncul, apakah ini murni faktor organik atau psikis. Yang perlu dicatat adalah data ini diperoleh melalui wawancara dalam kondisi sadar normal. Nanti akan disesuaikan dengan data yang tergali saat dalam kondisi hipnosis.

Di akhir sesi wawancara terapis sudah harus bisa memutuskan teknik intervensi apa yang akan ia gunakan untuk membantu klien mengatasi masalah kliennya.  

Lama waktu yang dibutuhkan untuk wawancara mendalam dan edukasi klien, dari pengalaman saya, biasanya minimal satu jam. Sering kali ada yang berlangsung hingga  satu setengah atau dua jam. Bila wawancara berlangsung cukup lama maka di sesi pertama terapis tidak akan melakukan terapi karena waktunya tidak cukup.

Saya biasanya akan melakukan induksi pada klien sebagai persiapan untuk sesi berikutnya. Saya membimbing klien masuk kondisi relaksasi pikiran yang dalam (deep trance) dan memasang anchor sehingga di sesi selanjutnya saya dapat menghemat banyak waktu.

Bisa juga saya tidak melakukan induksi namun memberi klien tugas yang perlu dilakukan di rumah. Tugas ini, yang sifatnya terapeutik, akan dievaluasi saat bertemu di sesi lanjutan.

Bila waktu masih cukup maka saya melakukan terapi yang diawali dengan meminta klien untuk ke kamar kecil. Anda mungkin heran mengapa saya minta klien ke kamar kecil? Ini untuk mencegah klien, di tengah sesi terapi, tiba-tiba buka mata atau gelisah karena ingin buang air kecil, mengingat ruang terapi ber-ac.

Setelah itu saya melakukan induksi dan membimbing klien masuk ke kondisi deep trance, minimal di kedalaman full somnambulism. Akan sangat baik bila klien bisa mencapai profound somnambulism. Untuk ini dibutuhkan teknik induksi yang efektif dengan uji kedalaman yang presisi.

Sebelum terapi dilakukan terapis menyiapkan pikiran bawah sadar klien dengan memberikan sugesti awal. Setelah itu barulah terapi dilakukan menggunakan teknik yang sesuai yang telah ditentukan saat wawancara.

Proses terapi biasanya berlangsung antara satu sampai dua jam di luar waktu untuk wawancara. Dalam beberapa kasus saya pernah menangani satu klien hingga lima jam. Lamanya proses terapi ini disebabkan dua hal. Pertama, dalam kondisi deep trance klien tidak bisa menjawab dengan cepat. Ada waktu jeda saat pertanyaan diajukan oleh terapis dan jawaban diberikan oleh pikiran bawah klien. Terapis tidak bisa meminta klien menjawab dengan lebih cepat karena prosesnya memang demikian, lebih lambat dan sangat literal. Kedua, dibutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk mencari dan menemukan akar masalah dan dilanjutkan dengan memproses akar masalah itu hingga benar-benar tuntas. Belum lagi bila ada Bagian Diri klien yang menolak bekerjasama dan menghambat proses terapi.

Setelah selesai diproses maka terapis perlu mengecek ke pikiran bawah sadar klien bahwa masalahnya sudah benar-benar tuntas dan tidak lagi ada sisa. Bila tidak dicek besar kemungkinan klien akan kambuh.

Selanjutnya terapis membimbing klien keluar dari kondisi relaksasi pikiran dan kembali ke kesadaran normal dan dilanjutkan dengan wawancara pascahipnosis. Klien tidak boleh diijinkan langsung bangkit dari kursi terapi dan pulang. Ini cukup riskan karena klien perlu waktu untuk bisa benar-benar kembali ke kondisi sadar normal. Jangan sampai saat klien masih setengah trance ia pulang menyetir mobil atau mengendarai sepeda motor.

Bila waktu telah habis dan masalah klien belum selesai diproses maka terapis harus mengkarantina semua emosi yang sudah terlanjur keluar dan belum selesai diproses. Bila hal ini tidak dilakukan akan cukup berbahaya dan merugikan klien.

 

Sesi Lanjutan

Bila dibutuhkan maka klien menjalani sesi lanjutan. Bisa sesi dua, tiga, dan maksimal empat. Biasanya bila sudah empat sesi klien belum menunjukkan perkembangan signifikan seperti yang diharapkan maka saya akan menghentikan terapi dan mengakui bahwa saya tidak sanggup membantunya. Ia perlu mencari terapis lain yang lebih cakap.

 

Follow Up

Terapis perlu melakukan follow up sekitar satu minggu setelah terapi. Di sesi follow up ini terapis akan bertanya mengenai perkembangan klien. Bila klien sudah benar-benar merasa nyaman maka ia tidak perlu kembali bertemu terapis. Namun bila dirasa belum tuntas atau masih ada yang perlu diproses maka segera dibuat janji bertemu untuk sesi lanjutan.

 

Siapa Yang Menyembuhkan Klien? 

Satu prinsip yang kami pegang teguh yaitu tidak ada satupun hipnoterapis yang bisa menyembuhkan klien. Klien sembuh bukan karena kehebatan hipnoterapis. Yang terjadi sebenarnya adalah hipnoterapis, atas ijin klien, menjadi fasilitator dan membantu mengarahkan klien menggunakan sumber daya yang ada di dalam diri klien, yang biasanya tidak klien sadari, untuk memberdayakan dan menyembuhkan dirinya sendiri.

 

Berapa Klien Dalam Satu Hari?

Ini bergantung pada masing-masing terapis. Ada yang hanya menangani satu atau dua klien dalam sehari. Ada rekan yang mengatakan bisa menangani hingga empat atau lima klien dalam sehari.

Saya sebelumnya rata-rata per hari menangani dua klien dengan jadwal sesi 1 jam 10.00 - 12.00 dan sesi 2 jam 14.00 - 16.00. Waktu jeda antara sesi 1 dan 2 sekitar dua jam digunakan untuk memberi keleluasaan bila ternyata terapi berlangsung lebih lama dari rencana. Selain itu juga untuk istirahat dan memulihkan kembali kondisi mental dan emosi saya usai menerapi klien pertama. Pemulihan kondisi ini sangat penting untuk bisa tetap mampu beroperasi secara maksimal dalam membantu klien selanjutnya. 

Dulu pernah sehari empat klien dan ini hanya sekali itu saja. Saya menerima sampai empat klien sehari karena dimintai tolong oleh seorang rekan yang berasal dari luar kota untuk menerapi keluarganya. Namun hasil terapi tidak bisa maksimal seperti yang saya harapkan karena setelah dua klien saya sudah lelah baik secara fisik maupun mental.

Saat ini sehari saya hanya menangani satu klien. Sebenarnya bisa dua klien namun setelah itu saya cukup lelah dan tidak lagi bisa belajar, membaca, dan menulis karena energi psikis saya cukup terkuras saat menerapi klien. 

Melakukan hipnoterapi adalah sesuatu yang sangat serius. Tidak bisa dilakukan asal-asalan. Seorang hipnoterapis harus menyiapkan dirinya dengan baik. Persiapan ini tidak hanya meliputi pengetahuan dan kecakapan terapi juga persiapan dan kesiapan secara fisik dan mental.

Sebelum melakukan terapi hipnoterapis harus dalam kondisi fisik yang sehat dan segar. Demikian pula kondisi mental dan emosinya. Hipnoterapis tidak boleh sampai kurang tidur, lelah, belum makan, atau sedang dalam kondisi pikiran yang kacau.

Terapis perlu melakukan relaksasi pikiran secara rutin untuk meningkatkan energi psikis, ketenangan pikiran, dan ketajaman intuisinya.



Dipublikasikan di https://adiwgunawan.com/index.php?p=news&action=shownews&pid=151 pada tanggal 9 Juni 2013