Jembatan ke Masa Lalu

Dalam hipnoterapi ada banyak teknik yang digunakan untuk membawa klien mundur menyusuri garis waktu, di dalam pikirannya, untuk menemukan kejadian atau memori yang menjadi penyebab masalah. Secara teknis cara ini dikenal dengan nama regresi.

Regresi dapat dilakukan baik dengan kondisi hipnosis dangkal (light trance) atau hipnosis yang dalam (deep trance). Khusus untuk regresi yang dilakukan dengan kondisi hipnosis yang dalam disebut dengan hypnotic age regression. Ini untuk membedakannya dengan regresi yang dilakukan dengan kondisi hipnosis yang dangkal karena efek regresi dan memori yang berhasil diungkap juga berbeda.

Ada beragam cara melakukan regresi. Mulai dari yang sederhana sampai yang cukup rumit. Yang sederhana, misalnya, adalah regresi dengan menghitung mundur, regresi dengan kalender, regresi ke kejadian yang spesifik.

Teknik regresi yang lebih rumit adalah dengan menggunakan teknik visualisasi seperti teknik buku kehidupan, terbang mundur menyusuri garis waktu dengan naik karpet ajaib, naik kapal menuju ke hulu sungai kehidupan, teknik lorong waktu, menatap bola kristal, dan masih banyak teknik lainnya.

Dalam artikel ini secara khusus saya membahas satu teknik yang umumnya digunakan dalam banyak sesi konseling atau terapi nonhipnoterapi yaitu jembatan kognisi (cognitive bridge), dan dua teknik yang sangat sering digunakan dalam hipnoanalisa yaitu jembatan perasaan (affect bridge) dan jembatan tubuh (somatic bridge). 

Dalam psikoanalisa dan teknik konseling yang sifatnya analitikal, aliran kesadaran bergerak dari masa sekarang menuju ke memori masa lalu melalui serangkaian ide-ide yang saling terhubung. Klien biasanya berkata, “…. oh… saya ingat dulu waktu saya umur 6 tahun… dan ini mengingatkan saya pada kejadian ….”

Contoh lain adalah saat saya bertanya pada klien, “Kalau saya bilang makanan, apa yang muncul di pikiran Anda?”

“Ayam goreng,” jawabnya.

“Kalau saya bilang ayam goreng, apa yang muncul di pikiran Anda?” kejar saya.

“Mama,” jawabnya.

“Kalau saya bilang mama, apa yang muncul di pikiran Anda?” tanya saya lagi.

“Teh hangat,” jawabnya.

“Makanan” mencapai “teh hangat” melalui jembatan “ayam goreng” dan “mama”.

Memori A mencapai memori C karena keduanya saling tumpang tindih di memori B. Memori B, dalam hal ini, berfungsi sebagai jembatan kognisi atau cognitive bridge.

Jembatan kognisi dari pengalaman kami selama ini tidak efektif untuk menemukan akar masalah karena bermain di wilayah pikiran sadar dan tidak melibatkan emosi.

 

Affect Bridge

Memori, selain saling terhubung dengan ide yang sama atau mirip, juga ditautkan oleh atau terhubung dengan perasaan atau emosi yang sama atau sejenis.

Affect Bridge (AB) adalah teknik yang diciptakan oleh John G. Watkins dan pertama kali dipublikasi dalam bahasa Spanyol di tahun 1961. Selanjutnya ditulis dalam bahasa Inggris dengan penjelasan yang lebih detil dan mendalam di tahun 1971.

AB sangat efektif mengatasi kendala yang sering dijumpai dalam terapi konvensional yang menggunakan pendekatan intelektual atau analitikal. Dengan AB, yang digunakan sebagai jembatan untuk menghubungkan masa sekarang dan masa lalu adalah emosi atau perasaan spesifik yang dirasakan klien saat ini, bukan menggunakan ide atau bentuk pikiran tertentu. AB membuat proses keterhubungan ini menjadi lebih cepat dan dengan hasil yang sangat akurat.

Saat telah mencapai memori spesifik di masa lalu klien biasanya secara otomatis mengalami revivifikasi atau mengalami kembali kejadian itu sama seperti ia mengalaminya dulu, namun ia alami sekarang. Revivifikasi ini bisanya diikuti dengan luapan emosi atau yang dikenal dengan abreaksi.

AB yang digagas Watkins berbeda dengan abreaksi hipnotik tradisional dalam cara bagaimana revivifikasi dimulai. AB memang mirip dengan teknik flooding (Wolpe & Lazarus, 1966), dan teknik terapi implosif (Stampfl & Levis, 1967) namun berbeda pada proses penanganan abreaksi dan teknik intervensi setelah abreaksi tuntas dilakukan.

Kunci penyelesaian masalah klien bukan pada abreaksi namun apa yang dilakukan pada abreaksi dan setelahnya. Abreaksi memungkinkan klien menembus hambatan intelektual, menjangkau perasaan, memungkinkan dan memampukan klien mengalami perubahan dan pertumbuhan emosi.

Cara melakukan AB adalah dengan meminta klien untuk merasakan emosi (apapun emosinya) yang berhubungan dengan masalahnya.  

Setelah klien merasakan emosinya, terapis kemudian mensugesti agar intensitas emosi itu semakin meningkat. Berikut saya kutip sugesti untuk melakukan AB seperti yang ditulis di buku Hypnotherapy: The Art of Subconscious Restructuring:

Saya akan menghitung naik dari satu ke sepuluh. Setiap hitungan naik membuat intensitas emosi yang anda rasakan semakin kuat. Satu.... rasakan emosi anda. Dua.... rasakan emosi ini semakin kuat..... 3..... semakin kuat dan meningkat.... 4..... rasakan emosi itu semakin kuat seiring dengan hitungan naik yang anda dengar.......5, 6, 7, 8, 9, dan 10..... rasakan kuatnya emosi ini. Saya akan membimbing anda untuk mundur ke masa lampau anda saat emosi ini pertama kali muncul dan anda rasakan..... 10....... 9..... 8..... semakin mundur ke masa lampu.... 7....6....5.... terus mundur.... 4.....3...2..., kembali ke masa pertama kali emosi ini muncul....SATU!

 

Somatic Bridge

Somatic Bridge (SB) atau jembatan tubuh adalah modifikasi dari AB dan dikembangkan oleh Helen Watkins (1997). Bila dalam AB terapis meminta klien merasakan emosi atau perasaan tertentu dan kemudian meningkatkan intensitas emosi ini sebagai jembatan penghubung ke masa lalu maka dalam SB “perasaan” yang digunakan adalah sensasi yang dirasakan di tubuh fisik.

Dengan demikian secara prinsip, cara kerja AB dan SB sama. Bedanya hanya pada sumber emosi atau perasaan yang digunakan. AB menggunakan emosi sedangkan SB menggunakan sensasi di tubuh fisik.

Bila misalnya klien merasa sakit kepala maka terapis meminta klien fokus pada rasa sakitnya. Kemudian terapis mensugestikan klien untuk meningkatkan perasaan sakit ini sedemikian rupa dan menggunakan rasa sakit ini sebagai jembatan untuk mundur ke masa lalu.



Dipublikasikan di https://adiwgunawan.com/index.php?p=news&action=shownews&pid=171 pada tanggal 3 Oktober 2013