AWG & Ericksonian Hypnosis

Ada calon peserta kelas hipnoterapi (SECH) yang bertanya, "Pak Adi, saya lihat di materi pelatihan yang Bapak ajarkan di kelas SECH tidak ada materi Ericksonian Hypnosis. Ini memang tidak ada di kelas 100 jam ya? Kalau di kelas advanced apa diajarkan?" 

"Saya tidak mengajarkan Ericksonian Hypnosis baik di kelas 100 jam dan di kelas SECH Advanced," jawab saya. 

"Apakah Pak Adi menguasai Ericksonian Hypnosis?," tanyanya lagi. 

Saya sudah beberapa kali mendapat pertanyaan ini. Secara formal, saya belum pernah belajar Ericksonian Hypnosis baik di Milton H. Erickson Foundation atau dengan salah satu muridnya seperti Stephen Gilligan, Ernest Rossi, Bill O'Hanlon, atau yang lain.  

Walau demikian saya sangat tertarik memelajari dan mendalami teknik para pakar hipnoterapi, siapa saja, yang telah terbukti secara klinis dan empiris mampu membantu klien mengatasi masalah yang berhubungan dengan emosi dan perilaku. Saya tidak fanatik pada satu atau dua pakar dan membuka diri untuk belajar teknik siapa saja. Syaratnya hanya satu, teknik ini harus telah terbukti secara klinis efektif dan efisien.

Saya punya pemikiran dan strategi yang agak berbeda saat mendalami teknik Milton Erickson. Saya tidak bisa hanya sekedar belajar tekniknya. Sebagai orang yang sangat logis dan kritis saya perlu memahami secara mendalam dasar teori dan pemikiran di balik setiap teknik yang digunakan oleh Milton Erickson. Dan satu-satunya cara adalah dengan membaca sebanyak mungkin artikel atau buku yang Beliau tulis.

Saya membeli semua artikel/paper yang ditulis oleh Milton Erickson, yang bisa saya dapatkan, baik yang diterbitkan (published) dalam bentuk buku/jurnal maupun yang tidak diterbitkan (unpublished) dan juga beberapa videonya di Milton H. Erickson Foundation dan beberapa toko buku di Amerika. Saya dapatkan dalam dua format, buku dan digital. Total ada sekitar 6.000 halaman. Dari sini barulah saya bisa lebih memahami pemikiran Milton Erickson. 

Format digital menyediakan fasilitas “search” sehingga hanya dengan mengetikkan satu kata atau kalimat maka program ini akan mencari di semua artikel yang ada yang mengandung kata yang saya ketik. Dengan demikian saya tidak perlu susah payah membaca semua artikel untuk menemukan hal yang ingin saya baca atau ketahui. 

Saya juga membaca berbagai buku yang ditulis oleh para murid Erickson untuk bisa mendapat pemahaman lebih mendalam aplikasi dan varian teknik yang mereka gunakan di ruang terapi, yang berasal dari Erickson. 

Pemahaman dan pengetahuan yang saya dapatkan dari berbagai sumber ini, mengenai pemikiran dan teknik Erickson, sangat memperkaya wawasan dan pengetahuan saya, dan saya integrasikan ke dalam teori dan protokol terapi yang saya kembangkan. 

Satu contoh tentang induksi. Erickson sering menangani klien yang sulit, klien yang tidak bersedia dihipnosis, atau secara pikiran bawah sadar menunjukkan kesediaan untuk dihipnosis namun pikiran sadar menolak atau skeptis. Induksi yang Erickson gunakan memang sangat dahsyat. Lama waktu yang digunakan juga berbeda. Ada yang 40 menit, dan bahkan ada yang sampai 4 jam. 

Di sisi lain, saat saya mendalami teknik induksi Erickson, saya mengalami kesulitan untuk bisa menghasilkan efek yang sama dengan yang Erickson capai. Erikson sangat lihay dan kreatif menggunakan berbagai cara sehingga dapat menembus faktor kritis pikiran sadar kliennya. Kesulitan saya, setelah saya renungkan, lebih disebabkan keterbatasan pengetahuan dan pemahaman saya saat itu. 

Dalam konteks klinis, saya menyimpulkan harusnya ada cara yang lebih mudah dan pasti untuk membimbing klien masuk ke kondisi trance yang (sangat) dalam. Dari sini saya mengembangkan teknik induksi khusus, EAI, menggabungkan pendekatan psiko-somatis dan somato-psikis. Dari hasil praktik hingga saat ini teknik induksi EAI terbukti secara klinis dan empiris sangat efektif dan efisien membawa subjek, tanpa memandang tipe sugestibilitas, masuk ke kondisi deep trance atau lebih dalam lagi dengan tingkat keberhasilan berkisar antara 97% - 99,5%. Dan satu hal lagi, teknik induksi EAI sangat mudah dipelajari dan diduplikasi tanpa harus bingung dengan semantik yang digunakan. Semua alumnus pelatihan SECH (Scientific EEG & Clinical Hypnotherapy) hanya dengan membaca skrip saja dijamin pasti mampu membawa klien masuk deep trance.

Perjalanan karir sebagai hipnoterapis klinis, yang sempat jatuh bangun di tiga tahun pertama, memberikan saya pemahaman dan strategi untuk bisa membuat proses terapi menjadi lebih mudah dan menyenangkan, baik untuk klien maupun saya sebagai terapis, dengan mengembangkan protokol terapi yang saya beri nama Quantum Hypnotherapeutic Protocol (QHP). Berhubung saya tidak bisa menghipnosis orang yang tidak mau dihipnosis, seperti yang bisa dilakukan oleh Milton Erickson, maka saya membuat syarat dan kriteria klien yang bisa dan bersedia saya tangani. 

Saya melakukan penyaringan melalui wawancara awal, biasanya melalui telpon, alasan klien minta diterapi, apakah atas keinginan sendiri ataukah atas permintaan, dorongan, rayuan, atau paksaan pihak lain. Saya hanya menerima klien yang datang atas kemauannya sendiri. 

Selanjutnya klien perlu jelas mengenai masalah yang ia ingin dibantu untuk diselesaikan atau diatasi. Hal ini akan tampak saat wawancara pertama, melalui telpon, juga saat mengisi intake form dan wawancara di dalam ruang terapi. Bila klien tidak jelas tujuannya maka terapi tidak saya lakukan.

Bila klien berhasil melewati saringan awal ini maka sudah jelas ia ingin saya terapi untuk mengatasi masalahnya. Jadi, dalam hal ini, saya tidak akan pernah jumpa klien yang tidak bersedia dihipnosis. Mereka pasti bersedia dihipnosis karena ingin sembuh. Kalaupun mereka dengan sengaja tidak bersedia dihipnosis maka yang rugi adalah diri mereka sendiri. Mereka akan jumpa saya lagi di sesi berikutnya. Dan untuk setiap sesi mereka perlu membayar profesional fee saya. Ini tentu menjadi satu pertimbangan serius bagi klien yang mungkin hanya ingin coba-coba atau tidak serius. 

Saat klien bersedia dihipnosis maka urusan selanjutnya menjadi sangat mudah. Saya tinggal menggunakan teknik induksi EAI yang saya kembangkan, dan dengan cepat, mudah, dan pasti klien masuk ke kondisi minimal profound somnambulism (deep trance). 

Membawa klien masuk kondisi deep trance adalah satu hal. Apa yang dilakukan setelah ini adalah hal lain. Di sinilah saya menggunakan teknik intervensi klinis yang berbeda dengan Milton Erickson.

Pendekatan dan teknik terapi yang saya gunakan lebih banyak dipengaruhi oleh teknik yang saya pelajari dari Gil Boyne, Dave Elman, Charles Tebbetts, dan terakhir adalah Randal Churcill. Saya sangat nyaman, pas, dan mantap menggunakan pendekatan mereka sehingga tidak menggunakan cara Erickson dalam menangani klien. Hal ini tidak berarti pendekatan atau teknik pakar lainnya tidak efektif. 

Selain itu, di berbagai literatur yang saya baca, Milton Erickson tidak membahas secara mendalam mengenai regresi, abreaksi, Ego Personality, dan beberapa teknik lain yang biasa saya gunakan, seperti yang dibahas oleh pakar lain yang saya sebutkan di atas.

Terlepas dari ini semua, saya sangat menikmati tulisan dan pemikiran Milton Erickson. Di salah satu kesempatan saya mendengar bahwa Milton Erickson pernah menangani pasangan suami istri, keduanya enuresis. Yang Erickson lakukan, saat pertama kali saya mendengar caranya, sungguh tidak masuk akal.

Apa yang ia lakukan? Ia meminta baik suami dan istri untuk selama dua minggu ke depan, setiap malam sebelum tidur, dengan sengaja dan bersama-sama, jongkok dan buang air kecil di atas ranjang mereka. Setelah itu mereka diharuskan tidur di atas matras yang basah. Bila sampai dua minggu mereka masih tetap belum sembuh maka proses terapi ini dilanjutkan ke fase berikutnya di mana mereka diharuskan melakukan hal yang sama selama tiga minggu berturut-turut. Ternyata menjelang dua minggu mereka tidak lagi enuresis. Mereka bangun pagi dengan ranjang yang kering. Mereka sembuh. 

Saya tentunya sangat penasaran dengan hal ini. Ada tiga pertanyaan besar dalam pikiran saya. Pertama, apa alasannya sehingga Erickson memilih strategi ini? Kedua, bagaimana caranya sehingga ia bisa membuat kedua klien ini bersedia melakukan teknik yang sungguh tidak masuk akal ini? Ketiga, mengapa klien bisa sembuh? 

Barulah setelah membaca uraiang lengkap mengenai proses terapi ini, seperti yang ditulis Erickson di bukunya dan juga di buku lain yang ditulis oleh muridnya, akhirnya saya memahami benar pemikiran Erickson, dan bagaimana ia bisa membuat kedua kliennya patuh dan bersedia menjalankan teknik yang ia ajarkan, dan sembuh. Hal ini sejalan dengan sifat dan hukum pikiran bawah sadar yang telah saya pelajari dari sumber lain. Pemahaman ini saya integrasikan ke dalam dasar teori yang saya gunakan untuk terapi. 

Saya juga pernah menyaksikan video saat Erickon menghipnosis subjek dan membuat subjek ini mengalami katalepsi dan disosiasi.Erickson mengangkat lengan kanan subjek dan lengan ini berhenti, menggantung di udara, dan subjek sama sekali tidak bisa menggerakkan lengannya. 

Di lain kesempatan Erickson membuat seorang subjek mengalami disosiasi sehingga sama sekali tidak bisa menggerakkan lengannya. Lengan subjek terpisah dari kontrol pikiran sadarnya dan “tertidur”. 

Barulah setelah saya membaca penjelasan detil melalui sumber lain akhirnya saya mengerti apa yang terjadi. Dengan pemahaman ini, menggunakan semantik yang sedikit berbeda dengan yang Erickson gunakan, sekarang saya juga bisa melakukan hal yang sama. Cara ini saya ajarkan kepada murid saya dan mereka juga bisa melakukan hal yang sama. Ternyata sangat mudah. 

Demikian pula mengenai amnesia, distorsi waktu, dan berbagai fenomena trance lainnya. Sempat ada yang bertanya pada saya, “Apakah terapis perlu membuat klien amnesia terhadap proses terapi yang dilakukan?” 

Saya tidak pernah melakukan hal ini pada klien saya karena dalam protokol terapi yang saya kembangkan klien perlu tahu dan memetik pembelajaran /hikmah dari kejadian masa lalunya. Justru bila terapis melakukan amnesia, apa lagi ini sering ia lakukan, perlu ditanyakan tujuannya.

Namun pertanyaan ini sangat menggelitik rasa ingin tahu saya. Apakah boleh? Apa efeknya terhadap klien? Dalam situasi apa saja amnesia boleh dilakukan secara sengaja pada klien?  

Saat membaca salah satu artikel yang menceritakan sesi tanya jawab antara Rossi dan Erickson mengenai amnesia, barulah saya mendapat jawaban yang gamblang. Ternyata Erickson tidak setuju dengan terapis melakukan amnesia pada klien. Amnesia hanya boleh dilakukan pada klien dengan kondisi khusus. Dan pemahaman ini saya jelaskan dan ajarkan kepada murid-murid saya. 

Jadi, apakah saya menguasai dan mengajar Ericksonian Hypnosis? Jawaban saya, “Secara formal saya tidak pernah belajar apalagi mengajar Ericksonian Hypnosis. Secara informal, saya belajar secara mendalam pemikiran dan teknik Milton Erickson langsung dari berbagai artikel/paper dan buku yang Beliau tulis, video-video Erickson, dan juga yang ditulis oleh murid-muridnya.”



Dipublikasikan di https://adiwgunawan.com/index.php?p=news&action=shownews&pid=174 pada tanggal 28 Oktober 2013