Cerdas dan Bijak Memahami Masalah Klien

Hipnoterapi adalah salah satu modalitas terapi yang sangat efektif dalam membantu klien mengatasi masalah yang berhubungan dengan emosi dan perilaku. Ada banyak sekali contoh kasus yang berhasil diatasi dengan cepat menggunakan hipnoterapi. Namun, pada beberapa kasus ada klien tidak bisa sembuh atau sudah sembuh, kambuh lagi. Apa yang salah?

Ada banyak alasan mengapa klien kambuh dan masalahnya berulang. Dalam artikel ini dibahas cara pandang yang lebih menyeluruh/holistik dalam memahami masalah klien agar terapis mampu membantu klien dengan lebih baik dan penyelesaian kasus lebih tuntas.

Seorang klien wanita dari luar kota, usia 35 tahun, punya tiga anak, mengeluh bahwa ia sulit sekali mengendalikan emosinya. Ia sering uring-uringan, mudah marah bila anaknya nakal atau melakukan sesuatu tidak seperti yang ia inginkan.

Bila marah, ia bisa meledak hebat, tidak mampu mengendalikan diri sehingga sering mengeluarkan kata-kata keras dan pedas, caci-maki kepada anak dan suami, dan juga sering memukuli anak-anaknya. Singkat cerita, klien ingin mampu mengatasi dan mengendalikan emosinya dan belajar anger management.

Klien sadar bahwa ketidakmampuannya dalam pengendalian diri akan berdampak buruk terhadap anak-anak dan suaminya. Ia ingin berubah. Ia telah membaca banyak buku pengembangan diri, buku parenting, ikut pelatihan pengembangan diri yang harganya belasan juta, dan ikut program konseling keluarga yang juga sangat mahal.

Dari hasil wawancara mendalam diketahui bahwa saat ini kondisi finansial klien dan suami tidak baik karena salah investasi, suami tidak mau tahu mengenai hal ini, klien harus bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan keluarga, di rumah tidak ada pembantu, klien harus mengerjakan semua pekerjaan di rumah, suami sering marah dan mengatakan klien sebagai istri yang malas, gagal, tidak becus mengurus keluarga, cuma bisa menghabiskan uang, hanya pintar teori tapi tidak pernah bisa mempraktikkan apa yang telah klien pelajari dari buku atau pelatihan. Klien juga mengalami kurang tidur dalam waktu yang cukup lama. Rata-rata setiap malam ia hanya tidur sekitar lima jam saja dan tidak pernah tidur siang.

Semua ucapan dan tindakan suaminya sangat menyakiti hati klien. Ia merasa sendirian, kesepian, tidak mendapat perhatian, apalagi dukungan dari suami.

Bila dilihat sekilas masalah klien adalah ia tidak mampu mengendalikan diri saat mendapati anaknya berulah, nakal, atau tidak berperilaku seperti yang ia harapkan. Tindakan atau perilaku anak menjadi pemicu emosi dalam diri klien sehingga meledak dan tidak terkendali. 

Hipnoterapis bisa membantu klien, dengan teknik tertentu, mencari dan menemukan kapan ketidakpuasan atau emosi yang berhubungan dengan anaknya ini muncul lalu membereskan emosi ini.

Apakah sesederhana ini proses terapinya?

Jawabannya tidak. Klien telah beberapa kali diterapi oleh hipnoterapis dan tidak bisa tuntas. Terapinya juga tidak maksimal. Usai terapi klien kembali ke kondisi sebelumnya, sama sekali tidak ada perubahan.

Di sinilah dibutuhkan kecermatan dan kebijaksanaan dari seorang hipnoterapis dalam memahami masalah klien. Masalah tidak bisa dilihat secara parsial, sepotong-sepotong, namun haruslah secara menyeluruh, holistik.

Di sesi pertama, terapis bisa memilih untuk langsung menangani masalah yang menjadi keluhan klien atau melakukan wawancara mendalam untuk mendapatkan gambaran yang lebih utuh dan menyeluruh mengenai kondisi hidup klien.  Idealnya, terapis bisa langsung memroses masalah klien. Namun terapis berpengalaman tentu tidak akan langsung melakukan terapi. Ia akan mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi dalam hidup klien yang diperkirakan punya pengaruh signifikan terhadap kondisi pikiran dan emosi klien saat ini.

Walau klien datang dengan simtom emosi yang sulit dikendalikan, dan ini adalah satu masalah yang jelas, namun penyelesaiannya bukan hanya dengan memroses emosi ini. Ada banyak kemungkinan yang membuat klien mudah marah dan meledak, antara lain:

-       klien pernah mengalami trauma masa kecil

-       klien merasa frustrasi dengan hidupnya

-       klien kecewa dengan suami

-       klien merasa sakit hati karena sering dihina oleh suami

-       klien mengalami kecemasan kronis mengenai masa depan karena kondisi finansial yang buruk

-       klien merasa tidak punya kendali atas hidupnya

-       klien mengalami ketidakseimbangan atau gangguan emosi, fisik, pengendalian diri, dan kemampuan berpikir akibat kurang tidur dalam waktu lama

-       klien kelelahan mengurusi tiga anak dan tidak dibantu suami

-       klien sebenarnya marah pada suami namun melampiaskannya ke anak

-       dan berbagai kemungkinan lain

Setelah memberikan konseling mendalam, terapis perlu mengajarkan klien beberapa teknik self-healing untuk ia lakukan di rumah. Hal ini penting dilakukan sebagai langkah awal untuk mengajari dan menunjukkan pada klien bahwa ia punya kendali atas hidupnya dan mampu mengatasi emosinya sendiri, tanpa bantuan orang lain.

Langkah selanjutnya, terapis bisa meminta klien untuk menyusun rencana hidupnya secara tertulis. Ini penting sebagai langkah awal untuk memulai perubahan secara sistematis dan menyeluruh. Tidak mungkin hidup bisa berubah tanpa dirancang dengan cermat. Mengacu pada temuan di atas, terapis juga perlu meminta klien untuk cukup istirahat malam hari, tidur minimal tujuh jam, akan lebih baik delapan jam, dan juga perlu melakukan relaksasi secara rutin.

Masalah klien, bila diteliti dengan cermat, bukan sekedar masalah emosi pada dirinya namun juga berhubungan dengan relasinya dengan suami. Untuk itu terapis perlu meminta suami klien hadir bersama klien, di sesi lanjutan, untuk mendiskusikan langkah-langkah strategis dalam melakukan perubahan dan perbaikan relasi mereka. Dengan kata lain, klien butuh dukungan penuh dari suami.  

Temuan penting lainnya adalah klien sangat sugestif. Klien bisa dengan cepat masuk ke kondisi profound somnambulism / deep trance dengan mata terbuka. Suami yang sering menghina, mengucapkan kata-kata negatif, dan meremehkan klien tentu sangat memengaruhi kondisi pikiran dan emosinya. Apalagi klien sangat sugestif. Kata atau kalimat yang diucapkan suaminya berlaku sebagai sugesti yang masuk ke pikiran bawah sadar klien dan sangat memengaruhi pikiran dan perasaan klien.

Dengan demikian, penanganan masalah tidak bisa hanya berdasar apa yang disampaikan oleh klien atau seperti yang ditulis di Intake Form. Terapis perlu cerdas dan bijak melakukan pendalaman informasi sehingga terungkap inti masalah yang sebenarnya.

Saat terapis melakukan hipnoterapi pada klien, saat klien duduk di kursi terapi, saat itu terapis berperan sebagai hipnoterapis. Namun saat klien sudah selesai diterapi, saat memberikan masukan, saran, atau konseling mengenai kehidupan rumah tangga, relasi suami istri, terapis beralih peran sebagai konselor keluarga. Saat membantu dan mengajarkan cara merancang hidup terapis berperan sebagai life coach. Dengan demikian seorang hipnoterapis perlu belajar banyak hal, tidak hanya hipnoterapi, untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan maksimal bagi kliennya.

 

 



Dipublikasikan di https://adiwgunawan.com/index.php?p=news&action=shownews&pid=188 pada tanggal 13 Januari 2014