Energi Psikis Lemah, Diri Dikendalikan EP Dorman

Pengalaman saya belajar dan praktik hipnoterapi, dari tahun 2005 hingga saat ini, memberi saya satu pemahaman sangat penting, sebagai bekal untuk mengajar dan membimbing para peserta pelatihan hipnoterapi SECH mencapai standar kompetensi tinggi hipnoterapis. 

Satu hal sangat penting ini adalah bahwa para hipnoterapis pemula perlu memiliki basis data kuat, tidak hanya teori, teknik, strategi, juga contoh-contoh kasus yang telah ditangani, beserta variannya. 

Itu sebabnya, selama 10 hari pelatihan, saya banyak cerita tentang beragam kasus yang pernah kami tangani. Dengan mendengar kisah-kisah ini, para calon hipnoterapis ini walau belum pernah praktik atau praktiknya masih minim, telah memiliki banyak pengetahuan yang bisa dijadikan referensi saat membantu klien. 

Salah satu kisah menarik yang saya ceritakan kepada para peserta SECH adalah saat saya diminta membantu seorang klien, sebut saja sebagai Ibu Ani, usia 60 tahun. 

Anak Ibu Ani menghubungi saya dan menjelaskan situasi dan kondisi ibunya. Ibu Ani menderita sakit serius, dan sudah sekitar satu minggu mengalami sulit tidur.

Ibu Ani, tubuhnya lemah, dan entah karena apa, jadi tidak kenal orang. Ia tidak kenal suaminya dan anak-anaknya. Ia juga berkata bahwa ia mau pulang ke rumahnya. Padahal posisi ibu Ani sudah berada di kamar tidurnya, di rumahnya sendiri. 

Ibu Ani juga berkata bahwa ia melihat nenek dan kakeknya, yang telah meninggal. Mereka mengajaknya pulang ke rumah.

Mengingat kondisi Ibu Ani tidak mungkin bisa jumpa saya di tempat praktik saya, saya putuskan untuk berkunjung ke rumahnya. Saya biasanya tidak akan pernah ke rumah klien. Namun ini kondisi khusus sehingga saya membuat perkecualian. 

Ibu Ani pernah jumpa saya, saat beliau mengantar suaminya untuk terapi setelah suaminya mengalami stroke. Jadi, ini adalah satu kemudahan bagi saya. 

Saat jumpa Ibu Ani di rumahnya, saya mencoba berkomunikasi dengan beliau. Sambil menunjuk suami dan anak-anaknya, saya tanya, apakah ia kenal mereka. 

Bu Ani dengan tatapan mata kosong tidak menjawab dan hanya menggelengkan kepala. Saat saya tanya apakah ia kenal atau tahu saya, kembali ia menggeleng kepala dengan lemah. 

Setelah berpikir sejenak, saya mencoba satu teknik komunikasi dengan pikiran bawah sadar (PBS) Ibu Ani.  Secara teori, harusnya bisa dilakukan. Namun saya belum pernah melakukannya. 

Dari analisis saya, kondisi Ibu Ani ini, ia tidak kenal orang-orang di sekitarnya, disebabkan oleh lemahnya energi fisik dan terutama energi psikisnya. 

Energi psikis ini yang menjadi daya aktivasi kesadaran dan  mengelola "kehidupan" bawah sadar. Lemahnya energi psikis mengakibatkan PBS bekerja tidak seperti yang seharusnya dan individu tidak dapat mengendalikan aktivasi Ego Personality dalam dirinya.

Saya jelaskan kepada para peserta pelatihan cara efektif mengakses PBS dalam kondisi energi psikis lemah seperti ini. Intinya, setelah mendapat persetujuan PBS Ibu Ani, sebagai satu kesatuan, saya mengakses sub-unit PBS, atau yang dikenal dengan Bagian Diri / Ego Personality (EP). 

Saat jumpa saya, tubuh Ibu Ani dikendalikan oleh EP yang selama ini dorman, bukan EP yang biasa menjalankan diri dan menjadi Ibu Ani. Sudah tentu EP ini tidak kenal keluarganya dan juga saya.  EP ini juga tidak mengenali rumah tinggal Ibu Ani. 

Saya mulai dengan mengakses EP yang kenal saya. Setelah EP ini berhasil saya akses, saya tanya Ibu Ani, "Ibu Ani, anda kenal saya?"

Mata yang tadinya kosong, tiba-tiba berubah. Walau masih lemah, ia menjawab, "Ya.. Pak Adi."

Setelahnya, saya melakukan teknik khusus untuk semakin menguatkan aktivasi EP ini dan lanjut bertanya, "Ibu kenal mereka?", sambil saya menunjuk suami dan anak-anaknya. Ibu Ani menjawab kenal dan menyebut nama suami dan anak-anaknya. 

Saat itulah saya mendengar suaminya menangis haru dan bahagia. Suami Ibu Ani berkata, "Puji Tuhan...istri saya sudah kembali sadar dan bisa ingat siapa kami. Sudah sekitar satu minggu istri saya sama sekali tidak kenal siapapun. Saya pikir rohnya sudah tidak lagi di tubuhnya."

Mengingat kondisinya yang masih lemah, saya membatasi diri untuk tidak banyak bicara dengan Ibu Ani. Saya beri sugesti agar kondisi tubuh dan kesadarannya semakin kuat dan semakin pulih. 

Setelahnya saya minta keluarganya untuk beri Ibu Ani minum dan makanan halus. Usai makan dan minum, saya minta Ibu Ani untuk kembali ke kamar dan istirahat. 

Esoknya saya dapat kabar dari keluarganya bahwa kesadaran Ibu Ani telah pulih. 

Cerita ini seperti dongeng, seolah saya menggunakan daya magis. Sama sekali tidak. Saya hanya kebetulan sedikit paham tentang cara kerja pikiran, khususnya pikiran bawah sadar, dan aplikasinya untuk membantu sesama. 

Para peserta pelatihan yang mendengar cerita ini merasa takjub. Saya bilang ke mereka, bila saya bisa melakukannya maka mereka juga pasti bisa melakukan hal yang sama, karena dasar ilmunya sama.



Dipublikasikan di https://adiwgunawan.com/index.php?p=news&action=shownews&pid=371 pada tanggal 14 April 2021