Tujuan utama setiap hipnoterapis adalah ia mengalami perkembangan dan pemberdayaan diri, melalui pendidikan hipnoterapi yang ia jalani, sehingga mampu membantu klien-kliennya, melalui proses konseling dan atau terapi yang aman, nyaman, relatif singkat, efektif, berdampak positif signifikan dan bertahan lama.
Terapis pemula fokus pada teori, teknik, strategi yang digunakan dalam membantu klien mencapai tujuan terapi. Pada tahap selanjutnya, terapis yang telah berkembang wawasannya menyadari bahwa semua teknik dalam hipnoterapi harus dipraktikkan dalam hubungan interpersonal yang konstruktif, dan bahwa dalam analisis akhir, keberhasilan atau kegagalan terapi lebih ditentukan oleh sikap, kepedulian, kasih, dan hati terapis saat berhubungan dengan klien daripada apa yang ia lakukan pada klien.
Ini menjelaskan mengapa dua praktisi menggunakan teknik yang identik namun yang satu mencapai hasil yang jauh lebih baik daripada yang lain.
Walau tujuan hipnoterapi adalah membantu klien mengatasi masalah emosi atau perilaku, dalam hipnoterapi sejatinya terdapat dua strategi penanganan masalah, menggunakan sugesti dan hipnoanalisis.
Hipnoterapi berbasis sugesti mengandalkan pemberian sugesti kepada klien dalam kondisi hipnosis. Pemberian sugesti dilakukan saat klien jumpa terapis di ruang praktik, dan ada pula yang direkam dan klien diminta mendengarnya berulang kali di rumah, dengan harapan sugesti ini akan memberi dampak positif dan masalah klien berhasil diatasi. Hipnoterapi berbasis sugesti bersifat "memasukkan" (putting-in).
Hipnoterapi berbasis hipnoanalisis cukup kompleks dan butuh kecakapan tinggi agar dapat dilakukan dengan benar dan efektif. Ia mengandalkan kejelian dan rangkaian strategi untuk menelisik pikiran bawah sadar (PBS), mencari, menemukan, dan melakukan resolusi akar masalah. Hipnoterapi jenis ini bersifat "menarik keluar" (pulling-out).
Terlepas dari jenis hipnoterapi yang dipraktikkan, syarat mutlak agar proses hipnoterapi berjalan lancar, klien harus berada dalam kondisi hipnosis dengan kedalaman tertentu, bergantung teknik yang digunakan dan tujuan terapi yang hendak dicapai.
Untuk itu, terapis harus mampu menuntun klien masuk kondisi hipnosis, melakukan uji kedalaman dan memvalidasi kondisi hipnonis yang klien capai, serta mampu mempertahankan klien di rentang kedalaman optimal selama proses terapi berlangsung, dengan durasi antara satu hingga empat jam dalam satu sesi.
Untuk uji kedalaman dan validasi kondisi hipnosis yang dicapai para klien, hipnoterapis AWGI menggunakan tiga uji kedalaman spesifik mengacu pada Adi W. Gunawan Hypnotic Depth Scale, skala kedalaman hipnosis yang yang disusun tahun 2010.
Hipnoterapi berbasis hipnoanalisis, selain mampu mengungkap materi memori yang tersembunyi atau direpresi jauh di kedalaman PBS, juga mampu melakukan resolusi akar masalah hingga akhirnya klien mencapai pemahaman mendalam tentang apa yang ia alami, wawasan (insight) konstruktif, resolutif, integratif, dan bersifat memberdayakan dirinya.
Wawasan inilah kunci pengikat semua proses yang klien alami selama sesi terapi dan membuat hasil terapi menjadi sangat kuat dan mampu bertahan lama. Wawasan selain bersifat meningkatkan kesadaran juga menguatkan klien sehingga di masa mendatang bila klien mengalami hal serupa atau sama dengan yang dulu ia alami, kejadian serupa ini tidak lagi berdampak negatif pada klien.
Wawasan ini tidak bisa diberikan oleh terapis pada klien, dalam bentuk sugesti. Wawasan terbaik muncul sebagai hasil proses terapi yang berpusat pada klien (client centered), setelah klien mengalami pengalaman emosional korektif tuntas.
Dari temuan kami di ruang praktik, agar benar efektif dan berdampak optimal bagi kebaikan dan kesejahteraan klien, wawasan harus tercipta pada diri individu di usia dan momen kejadian akar masalah, tidak hanya di tataran intelektual, namun ia harus berdasarkan pengalaman, melibatkan respon afektif, motorik serta kognitif sebagai satu kesatuan.
Dipublikasikan di https://adiwgunawan.com/index.php?p=news&action=shownews&pid=399 pada tanggal 22 April 2024