Alasan Saya Menolak Terapi di Luar Kota

4 Maret 2014 08:43

Saya sering mendapat email atau inbox dari rekan-rekan saat tahu saya akan ke satu kota tertentu untuk seminar. Rekan ini minta waktu bertemu untuk terapi. Ada yang mau menerapikan diri sendiri, ada yang untuk keluarga, dan ada juga yang untuk rekannya.

Beberapa waktu lalu saat ke Jakarta untuk memberi seminar saya mendapat telpon dari seorang kawan lama. Kawan ini menceritakan kondisi istrinya dan minta waktu bertemu di malam hari agar istrinya dapat diterapi. 

Dengan berat hati saya selalu menolak permintaan rekan-rekan ini. Saya sebenarnya sangat ingin bisa membantu. Dan di sisi lain saya perlu selalu bekerja profesional dengan memegang teguh Kode Etik Hipnoterapis Klinis yang menjadi acuan kami di Asosiasi Hipnoterapi Klinis Indonesia (AHKI). 

Salah satu kode etik ini menyatakan bahwa terapis dan klien harus komit untuk melakukan, bila dibutuhkan, sampai empat sesi terapi. Ini adalah komitmen minimal karena dalam kasus tertentu bisa terjadi dibutuhkan lebih dari empat sesi terapi untuk menuntaskan masalah klien. Bila klien dan terapis tidak bisa memberikan komitmen ini, apapun alasannya, maka terapi tidak boleh dilakukan.

Mengapa tidak boleh?

Ketentuan komitmen empat sesi ditetapkan dengan pertimbangan bahwa ada banyak hal yang bisa terjadi dalam sesi terapi. Bisa saja hal yang tampak sederhana, di permukaan, ternyata setelah masuk ke pikiran bawah sadar, ditemukan akar masalah yang kompleks yang tidak bisa diselesaikan hanya dalam satu sesi terapi. Contohnya, pernah ada kasus wanita fobia ulat bulu setelah digali akar masalahnya ternyata ia dulu pernah mengalami pelecehan seksual. Siapa yang menyangka kalau ternyata fobia ulat bulu adalah simtom dari satu pengalaman yang sangat traumatik.

Bila terapis atau klien, karena sesuatu hal, tidak dapat melanjutkan sesi selanjutnya maka proses yang belum selesai ini akan sangat tidak baik bagi kondisi klien. Sering terjadi emosi klien menjadi labil dan mengakibatkan kondisinya menjadi bertambah parah. Ini ibaratnya kita melakukan operasi, membuka perut pasien, dan tidak menutup kembali dengan rapat. Dan saat terjadi infeksi, karena jahitannya bermasalah, pasien ini tidak ditangani lebih lanjut. Sudah tentu ini akan sangat merugikan pasien.

Saya juga sempat mendapat tawaran dari seseorang yang ingin mengundang saya ke kotanya untuk melakukan hipnoterapi. Ia berencana “memasarkan” pelayanan hipnoterapi saya di kotanya dengan memasang iklan dan woro-woro di media setempat menawarkan hipnoterapi klinis. Saya diminta datang dan dijadwalkan selama seminggu penuh menangani klien. Rencananya terapi akan dilakukan di kamar hotel mewah yang mereka sewa untuk keperluan ini.

Sudah tentu keinginan ini saya tolak dengan beberapa pertimbangan. Pertama, kalau tawarannya saya terima maka fokus saya bergeser, bukan untuk membantu sesama namun sudah lebih mengarah pada bisnis atau keuntungan finansial semata. Kedua, ini sudah tentu melanggar kode etik. Saya tidak bersedia melakukan terapi di kamar hotel karena selain suasananya tidak kondusif juga untuk menghindari persepsi yang tidak baik apalagi bila kliennya wanita. Satu-satunya tempat dan posisi yang paling nyaman untuk klien, bila diterapi di kamar hotel, bukan duduk di kursi hotel tapi berbaring di ranjang. Ini tentu sangat tidak baik untuk proses terapi.

Walau banyak yang kecewa karena saya tidak bersedia melakukan hipnoterapi saat keluar kota namun saya bergeming dengan prinsip dan keputusan ini. Saya memahami sepenuhnya harapan rekan-rekan ini. Dan solusi yang selalu saya tawarkan adalah menjalani hipnoterapi dengan hipnoterapis lulusan AWG Institute di kota tempat tinggal mereka atau di kota terdekat, atau ke klinik saya di Surabaya.

Prinsip saya adalah bila melakukan sesuatu saya harus melakukannya benar sejak dari awal. Do it right from the beginning.

_PRINT   _SENDTOFRIEND

Upcoming Events
Counter
Online3
Hari ini1.166
Sepanjang masa34.523.908
1 Facebook
2 Youtube
3 Instagram
4 Quantum Morphic Field Relaxation
5 Asosiasi Hipnoterapi Klinis Indonesia
6 The Heart Technique