Automatic Writing

12 Mei 2013 14:10

Salah satu calon peserta pelatihan 100 jam Scientific EEG & Clinical Hypnotherapy setelah melihat, di situs AdiWGunawan.com, materi yang akan diajarkan mengirim email dan bertanya, “Pak Adi, saya sudah lihat materi yang akan diajarkan. Tapi saya tidak melihat teknik Automatic Writing. Apakah teknik ini memang tidak diajarkan atau belum dicantumkan di situs Bapak?”

Sebelum saya menyampaikan jawaban atas pertanyaan di atas terlebih dahulu saya akan menjelaskan tentang Automatic Writing agar Anda mendapat gambaran yang jelas mengenai teknik ini.

Automatic Writing adalah salah satu teknik dalam kelompok metode hypnoprojective. Automatic Writing adalah kemampuan untuk menulis dan mengekspresikan ide-ide tanpa sepengetahuan pikiran sadar (tidak disadari) baik dalam hal tindakan menulis atau ide-ide yang diekspresikan dalam bentuk tulisan (Wolberg, 1945; Muhl, 1952).

Automatic Writing lebih sulit dilakukan daripada teknik ideomotor response menggunakan pendulum dan gerakan jari karena membutuhkan koordinasi yang lebih rumit antara jari dan gerakan tangan dan juga integrasi dengan proses munculnya ide atau pemikiran.

Walau secara teknis fisiologis dan mental termasuk cukup rumit namun Automatic Writing mudah dipelajari dan mudah diajarkan kepada klien, tentunya dengan persyaratan tertentu.

Salah satu bentuk Automatic Writing adalah coretan tangan yang dilakukan seseorang saat sedang berbicara di telpon atau saat sedang mendengarkan ceramah atau kuliah. Ide dan perasaan yang terungkap dalam coretan tangan ini biasanya keluar dengan sendirinya dan bersifat tidak disadari. Demikian pula yang terjadi dalam Automatic Writing. Bedanya adalah dalam Automatic Writing terapis secara sengaja, terstruktur, dan sistematis mengajar dan melatih klien agar bisa melakukan coretan tangan ini.

Bagaimana caranya melakukan Automatic Writing?

Berikut adalah hal-hal yang perlu dilakukan:

1. Bimbing klien masuk ke level profound somambulism (deep trance).

2. Lakukan disosiasi tangan dominan, yang digunakan untuk menulis, dari seluruh tubuh. Terapis memberikan sugesti yang sesuai untuk tujuan ini dan memastikan bahwa sugestinya telah dijalankan pikiran bawah sadar klien.  

3. Lakukan disosiasi antara pengalaman menulis dan kesadaran yang mengamati aktivitas menulis. Terapis biasanya memberi distraksi dengan cara meminta klien memegang dan membaca sebuah buku. Cara lain adalah dengan mensugestikan halusinasi yaitu dengan meminta klien, di dalam pikirannya, membaca sebuah buku atau bisa juga dengan menyaksikan film.

4. Terapis memberi sugesti untuk mulai menulis.

5. Terapis memberi pertanyaan kepada klien dan dijawab dalam bentuk tulisan tangan.

Berikut adalah beberapa hambatan yang biasanya terjadi saat melakukan Automatic Writing:

1. Klien sulit melakukan teknik ini karena tidak bisa masuk ke kondisi deep trance.

2. Klien perlu dilatih, bisa beberapa kali, agar bisa melakukan Automatic Writing. Ini cukup menyita waktu.

2. Tangan klien tidak bergerak sama sekali walau telah diberi sugesti untuk menulis.

3. Tulisan tangan yang dihasilkan dalam teknik ini sama sekali berbeda dengan tulisan tangan dalam kondisi sadar normal. Biasanya klien akan  menulis dengan cepat. Untuk itu terapis perlu menggeser papan tulis agar tulisan yang dihasilkan tidak saling menumpuk sehingga sulit / tidak bisa dibaca.

4. Tulisan yang muncul seringkali sulit dimengerti, berupa potongan kata, huruf-huruf, atau frasa yang perlu ditafsirkan lebih lanjut. Bisa juga terjadi salah ejaan atau singkatan. Terapis yang tidak berpengalaman dengan teknik ini akan menganggap bahwa tulisan tangan yang dihasilkan tidak ada artinya, misalnya hanya berupa garis lurus tanpa kata-kata. Namun, dengan teknik yang sesuai, dapat dilakukan penafsiran makna atau pesan yang terkandung dalam garis lurus ini.

5. Informasi yang diungkap melalui teknik Automatic Writing tidak serta merta merupakan informasi yang berhubungan dengan akar masalah. Terapis tetap perlu melakukan pengecekan untuk memastikan dan menemukan akar masalah.

Automatic Writing dan Ego Personallity

Automatic Writing akan lebih mudah dipahami bila ditinjau dari perspektif Ego Personality. Dalam teori Ego Personality (EP) dikatakan bahwa ada Surface Ego Personality atau EP yang aktif dan berada di permukaan dan ada Underlying EP atau EP yang berada di kedalaman.

Automatic Writing bertujuan untuk mengakses Underlying EP yang membuat masalah. Untuk itu Surface EP yang sedang aktif (executive) dibuat sibuk dengan kegiatan tertentu sehingga tidak mengganggu sehingga memungkinkan terapis untuk mengakses Underlying EP. Saat Executive EP ini sibuk maka Underlying EP dapat dengan leluasa memberi jawaban kepada terapis.

Lalu, mengapa tulisan yang dihasilkan dalam Automatic Writing tidak bagus, sulit dibaca, dan “kacau”?

Ini bergantung pada usia Underlying EP yang diakses dengan teknik Automatic Writing Tulisan tangan yang dihasilkan tentunya sejalan dengan usia Underlying EP. Umumnya akar masalah terjadi saat klien berusia di bawah 10 tahun. Kualitas dan bentuk tulisan tangan anak usia 10 tahun, atau lebih muda, tentunya berbeda dengan klien yang dewasa.

Menjawab pertanyaan calon peserta di atas saya menjelaskan bahwa saya memang tidak mengajarkan teknik Automatic Writing di pelatihan saya. Alasannya adalah karena teknik ini tidak praktis dan tidak pernah saya gunakan di ruang terapi saya. Saya menggunakan teknik lain yang telah terbukti secara klinis sangat praktis, mudah digunakan, dan secara konsisten memberikan hasil yang sangat memuaskan.

Bila ada teknik yang lebih mudah, akurat, dan lebih cepat daripada Automatic Writing maka, dalam hemat saya, terapis harus menggunakan teknik ini. Hal ini mengingat satu sesi terapi biasanya berlangsung sekitar 2 jam. Bila cukup banyak waktu dihabiskan hanya untuk mengajari klien melakukan Automatic Writing maka sesi terapi yang seharusnya bisa lebih singkat akhirnya menjadi lebih panjang menjadi beberapa sesi.

Dalam hipnoterapi ada dua proses berbeda yang sangat penting. Pertama, menemukan akar masalah, dan kedua, memproses akar masalah ini. Automatic Writing adalah salah satu teknik untuk menemukan akar masalah. Setelah berhasil ditemukan akar masalah ini perlu diproses tuntas agar klien sembuh.

Saya ingat di masa awal mempraktikkan hipnoterapis saya berusaha mencari sebanyak mungkin teknik yang bisa digunakan untuk mengakses pikiran bawah sadar guna mendapatkan data atau informasi yang dibutuhkan untuk membantu klien mengatasi masalah mereka.

Salah satu teknik yang saya pelajari saat itu adalah Automatic Writing. Saya akhirnya memutuskan untuk tidak menggunakan teknik ini setelah membaca banyak literatur yang khusus membahas uncovering techniques. Selain itu, saya juga mempelajari pemikiran dan teknik yang digunakan para pakar hipnoterapi terkenal seperti  Gil Boyne, Charless Tebbetss, Ormond McGill, Tom Silver, Gerald Kein, John Kappas, Milton Erickson, dan juga Randal Churchill. Dari yang saya ketahui sejauh ini, mereka sangat jarang / tidak pernah menggunakan teknik Automatic Writing dalam praktik mereka dengan alasan teknik ini tidak praktis.

Namun, apakah teknik ini bisa digunakan dalam praktik hipnoterapi? Teknik ini tentunya bisa digunakan bergantung pada situasi dan kondisi. Dan saya sengaja tidak mengajarkan teknik ini karena menurut saya kurang bijaksana bila saya mengajarkan teknik yang tidak pernah saya gunakan. Ini lebih pada etika dan integritas, bukan pada keefektifan teknik.

Di kelas SECH Advanced barusan saya ada menyinggung mengenai teknik Automatic Writing saat menjelaskan beberapa teknik tambahan dalam kelompok hypnoprojective. Namun, ini sekedar untuk menambah pengetahuan dan bukan untuk dipraktikkan di ruang terapi.

_PRINT   _SENDTOFRIEND

Upcoming Events
Counter
Online6
Hari ini314
Sepanjang masa34.523.056
1 Facebook
2 Youtube
3 Instagram
4 Quantum Morphic Field Relaxation
5 Asosiasi Hipnoterapi Klinis Indonesia
6 The Heart Technique