Cerdas dan Bijak Memahami Hipnosis Hiburan

4 Januari 2014 00:02

Akhir-akhir ini saya sering mendapat pertanyaan yang bunyinya kurang lebih sebagai berikut: Pak Adi, saya habis nonton acara hipnotis di tv. Itu benar nggak sih? Kok bisa ya orang dibikin tidur dan dikorek-korek rahasianya. Bisa dijelaskan cara melakukannya? Apa pak Adi juga mengajar hipnotis seperti yang di tv?”

Artikel ini saya tulis sebagai jawaban bagi para penonton acara hipnosis di layar kaca agar mampu cerdas dan bijak memahami hipnosis hiburan.

Hipnosis/hipnoterapi diterima sebagai cabang ilmu psikologi oleh American Psychological Association (APA) tahun 1960 dan adalah divisi ke 30 dari total 56 divisi yang ada di APA.

Ada lima cabang hipnosis yaitu stage hypnosis atau hipnosis untuk hiburan, clinical hypnosis/hypnotherapy yaitu aplikasi hipnosis dalam membantu mengatasi masalah yang berhubungan dengan emosi atau perilaku, anodyne awareness yaitu aplikasi hipnosis untuk anestesi, forensic hypnosis yaitu aplikasi hipnosis untuk penggalian data atau informasi dari pikiran bawah sadar seseorang, khususnya untuk penyidikan, dan experimental hypnosis yaitu aplikasi hipnosis untuk eksperimen.

Dari lima cabang hipnosis yang paling sering tampil di televisi, khususnya di Indonesia, adalah stage hypnosis atau hipnosis untuk hiburan atau pertunjukkan. Lima cabang hipnosis semuanya menggunakan kondisi hipnosis sebagai sarana melakukan “kerja”, namun masing-masing dengan proses yang berbeda. Untuk mampu menguasai setiap cabang hipnosis membutuhkan pelatihan yang spesifik. Dalam artikel ini saya khusus membahas mengenai hipnosis untuk hiburan.

Stage hypnotist atau lebih sering disebut sebagai hipnotis adalah orang yang melakukan hipnosis untuk hiburan. Dari pengamatan saya sejauh ini ada dua jenis hipnotis. Pertama, hipnotis yang benar-benar menguasai ilmu hipnosis dan menggunakan kondisi hipnosis sebagai sarana untuk melakukan pertunjukkan. Kedua, orang yang mengaku sebagai hipnotis dan menggunakan rekayasa dalam pertunjukkannya.

Sebelum menjelaskan cara kerja masing-masing hipnotis saya akan menerangkan terlebih dahulu beberapa hal penting sehingga Anda, pembaca, mendapat pemahaman yang benar dan jernih agar dapat mengerti uraian saya selanjutnya.

Apa itu kondisi hipnosis?

Ada banyak definisi hipnosis bergantung pada pakar yang mendefinisikannya. Berikut adalah beberapa di antaranya:

-hipnosis adalah altered state of consciousness (kondisi kesadaran yang meningkat)

-hipnosis adalah kondisi pikiran yang rileks

-hipnosis adalah kondisi pikiran yang reseptif

-hipnosis adalah kondisi pikiran yang fokus

- dll

Satu definisi yang saat ini diterima banyak kalangan adalah yang berasal dari Departemen Pendidikan Amerika, yang mendefinisikan hipnosis sebagai penembusan faktor kritis dari pikiran sadar dan diikuti dengan diterimanya suatu pemikiran atau sugesti tertentu.

Bagaimana caranya kita tahu apakah subjek berada dalam kondisi hipnosis?

Cara yang paling akurat adalah dengan melakukan pengukuran pola gelombang otak menggunakan mesin EEG. Namun tidak semua orang punya mesin EEG. Selain sulit mendapatkannya harganya juga cukup mahal.

Sebagai gantinya, kita bisa menggunakan beberapa indikator fisik dan atau mental untuk memastikan subjek telah masuk ke kondisi hipnosis.

Indikasi fisik yang menunjukkan subjek telah masuk kondisi hipnosis antara lain: REM (rapid eye movement) atau kelopak mata bergetar cepat, sering menelan ludah, produksi air mata meningkat, wajah menjadi pucat, otot wajah rileks dan datar, napas melambat, bicara menjadi (lebih) lambat atau pelan, bagian putih mata atau sclera berubah warna menjadi merah muda.

Sedangkan indikasi kondisi hipnosis secara mental antara lain: amnesia, halusinasi (visual,auditori,kinestetik, olfaktori, gustatori), munculnya Bagian Diri, abreaksi, dan distorsi waktu.

Sugestibilitas

Sugestibilitas adalah kepribadian hipnotik seseorang yang ditentukan atau dipengaruhi oleh semua pengkondisian dan pengalaman hidup, terutama pada usia enam hingga delapan tahun. Untuk mudahnya, sugestibilitas adalah cara seseorang belajar.

Seorang hipnotis perlu mengenal tipe sugestibilitas agar ia dapat memilih, dengan teknik tertentu, subjek yang sesuai untuk pertunjukkannya.

Ada dua tipe sugestibilitas yaitu physical suggestibility (PS) dan emotional suggestiblity (ES). Dari hasil riset didapatkan data bahwa sekitar 60% populasi adalah ES dan 40% PS.  Selain PS dan ES masih terdapat sub-kategori dari ES yang dinamakan intellectual suggestibility (IS), yang mewakili sekitar 5% populasi.

Setiap subjek biasanya merupakan kombinasi dari physical dan emotional suggestibility. Jika total sugestibilitas adalah 100% maka komposisi sugestibilitas bisa 30% physical dan 70% emotional, 40% emotional dan 60% physical, 50% physical dan 50% emotional, atau bisa kombinasi berapapun bergantung pada keunikan klien. Apakah ada yang 100% physical atau emotional? Ada, walaupun jarang.

Orang yang 50% physical dan 50% emotional disebut somnambulis. Orang ini paling baik untuk stage hypnosis karena ia berespon sangat baik terhadap sugesti baik yang bersifat physical maupun emotional.

Hipnotis pasti akan menghindari subjek tipe ES karena tipe ini sangat sulit dihipnosis dengan teknik induksi yang biasa digunakan dalam stage hypnosis. Tipe IS adalah yang paling dihindari oleh hipnotis karena ini tipe yang paling sulit untuk dihipnosis.

Untuk pertunjukkan, hipnotis akan mencari subjek tipe PS, terutama yang somnambulis karena mereka inilah yang paling sugestif sehingga sangat mudah dihipnosis dan masuk ke kondisi hipnosis yang (sangat) dalam dan mampu memunculkan berbagai fenomena trance dengan mudah.

Skala Kedalaman Trance

Hipnotis perlu memahami benar skala kedalaman trance beserta fenomena yang bisa muncul pada setiap level kedalaman. Skala kedalaman yang umumnya digunakan sebagai acuan adalah skala Davis Husband yang terdiri atas 30 level. Skala ini lebih sesuai untuk subjek tipe physically suggestible, daripada emotional suggestible.

Berikut adalah skala Davis Husband:

Insusceptible

0

1 Relaxation (relaksasi)

Hypnoidal

02 Fluttering of the eyelids (kelopak mata bergetar)

03 Closing of the eyes (menutup mata)

04 Complete physical relaxation (relaksas fisik sepenuhnya)

05 Catalepsy of the eyes (katalepsi mata)

Light Trance

06 Limb catalepsies (katalepsi tungkai)

07 Rigid Catalepsies (katalepsi rigid)

08,09,10 Glove Anesthesia (anestesi sarung tangan)

11,12 Partial posthypnothic amnesia (amnesia pascahipnotik parsial)

Medium Trance

13,14 Posthypnothic amnesia (amnesia pascahipnosis)

15,16 Personality changes (perubahan kepribadian)

17,18,19 Kinesthetic delusions (delusi kinestetik)

20 Complete amnesia by suggestion (amnesia menyeluruh dengan sugesti)

Deep Trance (Somnambulism)

21,22 Ability to open eyes without affecting the trance (mampu buka mata tanpa memengaruhi trance)

23,24 Complete somnambulism (somnambulism menyeluruh)

25 Positive visual hallucinations, posthypnotic (halusinasi visual positif, pascahipnosis)

26 Positive auditory hallucinations, posthypnotic (halusinasi auditori positif, pascahipnosis)

27 Systematized posthypnotic amnesias (amnesia pascahipnosis tersistematis)

28 Negative auditory hallucinations (halusinasi auditori negatif)

29 Negative visual hallucinations (halusinasi visual negatif)

30 Hyperesthesia (hiperestesia)

Saat melakuan induksi, tujuan hipnotis hanya satu yaitu dengan cepat membawa subjek masuk ke kedalaman trance sedalam mungkin, semakin dalam semakin baik. Bila subjek berhasil dibawa ke kedalaman, misalnya level 13, maka subjek akan dapat memunculkan fenomena di level 13 dan di level-level sebelumnya, dari 1 hingga 12, namun tidak dapat memunculkan fenomena trance di level yang lebih dalam.

Dengan demikian bila misalnya hipnotis berhasil membawa subjek masuk ke level 29 maka ini tentu sangat memudahkannya menjalankan skenario yang telah ia susun sebelumnya karena berbagai fenomena trance dapat dimunculkan dengan mudah.

Yang sering tidak diketahui penonton adalah saat subjek telah masuk ke kondisi hipnosis yang sangat dalam, misal level 28 atau 29 dan langsung diminta buka mata oleh hipnotis, subjek sebenarnya masih berada dalam kondisi hipnosis. Ia belum atau tidak keluar dari kedalaman ini. 

Berhubung level 28 atau 29 jauh lebih dalam dari level 21 atau 22 maka, sesuai dengan fenomena trance pada skala Davis Husband, saat diminta buka mata subjek masih tetap dalam kondisi hipnosis yang dalam, namun penonton mengira ia sudah keluar. Dan justru inilah yang membuat penonton takjub karena menyaksikan subjek yang dikira sudah kembali ke kesadaran normal namun melakukan hal-hal luar biasa mengikuti sugesti hipnotis. 

Merancang Skenario Pertunjukkan

Seorang hipnotis profesional tidak akan tampil tanpa persiapan matang. Yang biasa dilakukan adalah merancang skenario pertunjukkan yang akan dimainkan setelah berhasil mendapatkan subjek yang sesuai. Kekuatan hipnotis, selain pada kecakapannya menghipnosis, juga terletak pada skenario, yang ia susun dengan sangat cermat, dan menjadi satu hiburan yang sangat menarik, asyik, dan menyenangkan bagi penonton.

Bagaimana memilih subjek?

Hipnosis untuk hiburan tidak bisa dilakukan asal-asalan. Hipnotis perlu mencari dan menemukan subjek yang bersedia dihipnosis dan adalah tipe physical suggestibility. Subjek juga harus bersedia secara sukarela menjadi “bintang” pertunjukkan.

Walau subjek bersedia menjadi bagian dari pertunjukkan, bersedia dengan sukarela dihipnosis, namun bila ia bukan tipe PS akan sangat riskan bagi hipnotis bila menghipnosis subjek ini.

Memilih subjek tipe PS dilakukan dengan uji sugestibilitas. Ada beberapa cara melakukannya. Pertama menggunakan Arm Raising Test (ART). ART dilakukan dengan meminta penonton menutup mata dan menjulurkan kedua lengan ke depan. Penonton diminta membayangkan tangan kanan memegang sebuah ember dan tangan kiri terikat dengan banyak balon gas. Mengikuti aba-aba hipnotis, ember diisi air semakin lama semakin penuh sehingga terasa berat dan lengan kanan bergerak turun. Sementara itu, lengan kiri menjadi semakin ringan dan terangkat ke atas.

Arm Raising

Penonton yang paling responsif mengikuti sugesti hipnotis adalah yang nantinya akan dipilih menjadi subjek untuk pertunjukkan. Dan yang paling responsif adalah tipe PS.

Biasanya, setelah melakuan ART, hipnotis akan melanjutkan dengan Hand Locking Test. Untuk melaksanakan test ini, subjek diminta duduk dan menjulurkan kedua lengannya ke depan. Selanjutnya subjek disugestikan untuk merapatkan tangannya, kedua telapak tangan saling  menggenggam dengan erat, dan membuat kedua lengannya menjadi kaku. Hipnotis memberikan sugesti bahwa kedua telapak tangan subjek menggenggam sangat erat, sangat kuat, sehingga tidak bisa dilepas.

Hand Lock

Subjek yang sugestif akan benar-benar mengalami kondisi seperti yang disugestikan dan tidak bisa melepas kedua tangannya. Subjek inilah yang dipilih untuk pertunjukkan karena sangat sugestif.

Bagaimana membawa subjek masuk kondisi hipnosis?

Ada beberapa cara untuk membawa subjek masuk kondisi hipnosis. Mengingat keterbatasan waktu, hipnotis menggunakan teknik induksi instan, biasa disebut dengan shock induction, yang mampu membawa subjek dengan sangat cepat masuk ke kondisi deep trance. Untuk hipnosis hiburan, semakin cepat dan dalam subjek masuk kondisi hipnosis, semakin baik.

Cara lain adalah dengan memasang anchor atau sugesti pascahipnosis. Caranya adalah dengan memilih subjek sebelum acara berlangsung. Subjek ini diberi sugesti pascahipnosis yang nantinya bila diaktifkan akan langsung membawa subjek masuk kembali ke dalam kondisi hipnosis yang dalam.

Bila ini dilakukan maka hipnotis hanya perlu mengaktifkan anchor dan subjek langsung “tertidur”. Penonton akan melihat hipnotis sebagai orang sakti mandraguna karena hanya dengan menjentikkan jari sambil berkata “tidur”, subjek langsung menutup mata dan “tidur”.

Kode Etik

Dalam melakuan hipnosis hiburan, hipnotis profesional harus mematuhi kode etik yaitu tidak boleh melakukan atau meminta subjek melakukan hal-hal yang merugikan diri subjek atau mempermalukan subjek, hal-hal yang membahayakan keselamatan hidup subjek atau orang lain, atau hal-hal yang melanggar norma, moral, atau nilai-nilai spiritual/agama.

Hukum emas yang harus dipegang teguh adalah perlakukan orang lain sama seperti bagaimana Anda ingin mereka memperlakukan diri Anda.

Saya mengenal rekan-rekan hipnotis yang bermain dengan cantik, santun, kreatif, dan sangat menghargai subjeknya. Mereka mampu menghibur penonton dengan berbagai aksi panggung yang cerdas bersama subjek dan tetap memegang teguh kode etik. 

Namun sangat disayangkan ada juga hipnotis yang tidak tahu atau mungkin tidak peduli dengan kode etik ini. Yang penting adalah acara mereka lucu dan menghibur. Dan kesan yang muncul adalah hipnosis identik dengan manipulasi pikiran, mempermalukan subjek, subjek dibuat "tidak sadar", dan tidak manusiawi. Ini yang sungguh sangat disayangkan. 

Melakukan Hipnosis Hiburan

Di atas saya menjelaskan ada dua jenis hipnotis yaitu yang sungguh menguasai ilmu hipnosis dan yang hanya mengaku atau berlagak menguasai ilmu hipnosis. Sekarang saya akan jelaskan terlebih dulu bagaimana hipnotis jenis pertama melakukan hipnosis hiburan.

Hipnotis tipe pertama memahami benar apa yang telah saya jelaskan di atas, mulai dari memahami kondisi hipnosis, indikasi trance, sugestibilitas, skala kedalaman trance, merancang skenario pertunjukkan, teknik memilih subjek, membawa subjek masuk kondisi hipnosis, dan kode etik.

Saya memberikan apresiasi yang tinggi kepada para hipnotis yang sungguh-sungguh menjalani profesi mereka dengan profesional dan memegang teguh kode etik.

Untuk melakukan hipnosis hiburan sebenarnya sangat mudah. Yang dibutuhkan hanya dua hal yaitu keahlian memilih subjek dan kreativitas hipnotis.

Hipnotis profesional dan berpengalaman biasanya akan memilih subjek dari para penonton. Semakin banyak penonton yang hadir semakin baik karena semakin besar peluang ia menemukan subjek yang sangat sugestif melalui uji sugestibilitas.

Namun, bila ternyata jumlah penontonnya sedikit, atau pertunjukkannya disiarkan live, atau ini dilakukan di komunitas tertentu yang tidak memungkinkan hipnotis memilih subjek dari penonton, atau hipnotis ingin mencari aman dan memastikan show-nya berjalan dengan baik, maka ia akan menyiapkan subjeknya sendiri. Subjek ini adalah orang atau anak buah si hipnotis yang disusupkan seolah-olah menjadi salah satu dari hadirin. Nanti, melalui cara yang sangat halus hipnotis akan memilih subjek ini dari penonton. Dan ini yang seringkali terjadi.

Hadirin lain yang tidak menyadari hal ini tentu akan sangat kagum dengan kehebatan si hipnotis yang mampu menghipnosis salah satu dari mereka dengan begitu cepat, mudah, dan setelahnya melakukan pertunjukkan yang sangat menarik dan menghibur.

Di salah satu pasar swalayan Surabaya pernah hadir seorang hipnotis terkenal yang sering tampil di layar kaca. Setelah penonton berkumpul, si hipnotis memanggil salah satu karyawan pasar swalayan itu. Dan dengan tiba-tiba ia menghipnosis subjeknya hanya dengan menjentikkan jari dan berkata,“Tidur”. Selanjutnya ia melakukan pertunjukkan yang sangat heboh, mencengangkan, luar biasa, dan mengundang decak kagum para penonton. Pertunjukkan diakhiri dengan tepuk tangan luar biasa dari para hadirin. Semua puas dan gembira karena mendapat tontonan yang spektakuler.

Namun, yang tidak diketahui oleh si hipnotis, di pasar swalayan ini ada konter salah satu rekan saya, sebut saja, Joni. Joni kenal semua karyawan yang bekerja di sana. Ternyata Joni tidak mengenal karyawan yang menjadi subjek si hipnotis.

Usai acara, setelah semua penonton pergi, Joni bertanya kepada para karyawan lain yang tadi juga menyaksikan acara itu apakah mereka mengenal subjek. Barulah mereka tersadar bahwa subjek itu, walau mengenakan seragam yang sama seperti yang mereka kenakan, ternyata tidak mereka kenal. Dengan kata lain, “karyawan” yang dijadikan subjek sebenarnya adalah orangnya si hipnotis yang disusupkan seolah-olah adalah karyawan pasar swalayan, lengkap dengan mengenakan seragam.

Hipnotis tipe kedua, lain lagi ceritanya. Hipnotis inilah yang “merusak” citra dunia hipnosis/hipnoterapi. Mereka biasanya tidak menguasai ilmu hipnosis. Ia hanya mengandalkan keberanian dan rasa percaya diri yang tinggi. Orang yang menjadi subjeknya biasanya bukan berasal dari penonton tapi sudah ia siapkan sebelumnya.  

Berdasar penjelasan saya di atas, tampak bahwa subjek yang tampil di pertunjukkannya bukanlah dari hasil uji sugestibilitas. Dengan demikian ini semua hanyalah rekayasa belaka. Yang hipnotis ini gunakan hanyalah skenario yang telah disepakati atau diatur sebelumnya dengan si subjek. Dan seringkali subjek adalah orang yang khusus dibayar untuk melakukan pertunjukkan itu. Tentu semua kesepakatan ini terjadi di balik layar.

Ada orang yang bersedia menjadi subjek dan melakukan yang diskenariokan oleh hipnotis karena ia dibayar. Ada pula yang melakukan untuk mendapat publikasi karena acaranya disiarkan di tv nasional.

Untuk menjadi hipnotis tipe kedua Anda tidak perlu ikut pelatihan. Yang dibutuhkan hanyalah rasa percaya diri yang tinggi, pintar bermain peran, komunikatif, pintar merancang skenario pertunjukkan, dan menemukan orang yang bersedia dibayar untuk pura-pura Anda hipnosis dan melakukan apapun yang Anda minta ia lakukan, atau orang yang senang menjadi pusat perhatian. Mudah, kan?

Menjadi Penonton yang Cerdas dan Bijak

Saya sering mendapat pertanyaan dari calon klien, “Saya lihat di tv, ada hipnotis yang hanya dengan bakar tisu mampu membuat subjeknya tidur. Ini benar ya? Trus, kok bisa ya orang itu dikorek-korek rahasianya. Hipnotisnya pake ilmu apa?”

Saya katakan padanya bahwa yang ia saksikan di tv itu adalah hiburan. Apakah bisa hanya dengan bakar tisu subjek langsung masuk kondisi hipnosis atau trance? Jawabannya, “Bisa”. Tapi ini butuh persiapan. Sebelumnya, subjek telah dipasangi anchor dan sugesti pascahipnosis, yaitu setiap kali ia melihat tisu yang terbakar maka ia langsung masuk ke dalam kondisi trance.

Masuk kondisi hipnosis membutuhkan beberapa persyaratan. Pertama, subjek/klien harus bersedia dan mengijinkan secara sadar untuk dihipnosis. Kedua, subjek/klien bersedia mengikuti bimbingan hipnotis/hipnoterapis. Ketiga, subjek/klien percaya sepenuhnya pada hipnotis/hipnoterapis dan sama sekali tidak ada rasa takut atau penolakan. Keempat, hipnotis/hipnoterapis cakap dan menguasai dengan sangat baik teknik induksi yang sesuai dengan tipe sugestibilitas subjek/klien.

Dalam kondisi hipnosis, sedalam apapun, subjek/klien tetap sadar dan sepenuhnya memegang kendali pikirannya. Hipnotis tidak bisa dan tidak akan mungkin mampu mengorek rahasia subjek. Yang terjadi adalah subjek secara sukarela menceritakan “rahasia”nya.

Logikanya sederhana sekali. Bila memang apa yang dilakukan di tv itu benar, bila hipnotis mampu membuat atau lebih tepatnya memaksa subjek menceritakan rahasianya maka kita tidak perlu KPK (Komisi Pemberantas Korupsi). Bawa saja para koruptor ke hipnotis dan selanjutnya semuanya akan terungkap terang benderang. Kenyataannya sampai saat ini belum pernah kita dengar ada koruptor yang dikorek rahasianya oleh hipnotis yang sering tampil di tv. Mengapa demikian? Ya karena memang ini tidak bisa dilakukan.

Saya pernah membaca di salah satu pemberitaan, saat ramai kasus Bank Century, anggota DPR, yang kesal karena para tersangka tidak bersedia mengungkap data sebenarnya dengan alasan lupa, hendak minta bantuan hipnotis yang sering muncul di tv untuk menghipnosis dan mengungkap rahasia yang disembunyikan oleh tersangka.

Saat dihubungi, si hipnotis berkata bahwa ia tidak bisa melakukan seperti yang diminta oleh anggota DPR. Dengan gamblang ia menjelaskan bahwa apa yang ditayangkan di tv adalah hipnosis hiburan, sesuatu yang sudah diatur sebelumnya sehingga menimbulkan kesan lucu dan menghibur. Hipnosis hanya bisa dilakukan bila subjek bersedia dihipnosis, bersedia bekerjasama sepenuhnya. Bila subjek menolak, hipnosis tidak bisa dilakukan.  

Selain itu, sebagai penonton yang cerdas dan bijak, kita bisa tahu apakah subjek benar masuk ke kondisi hipnosis atau itu hanya pura-pura alias rekayasa.

Bagaimana caranya?

Memang akan sulit untuk menggunakan indikasi kondisi hipnosis secara mental seperti amnesia, halusinasi (visual,auditori,kinestetik, olfaktori, gustatori), munculnya Bagian Diri, abreaksi, dan distorsi waktu. Saya katakan sulit karena ini bisa direkayasa atau subjek sengaja berbohong.

Yang mudah kita amati adalah indikasi fisiknya. Indikasi subjek sudah masuk ke kondisi hipnosis, secara fisik, antara lain: REM (rapid eye movement) atau kelopak mata bergetar cepat, sering menelan ludah, produksi air mata meningkat, wajah menjadi pucat, otot wajah rileks dan datar, napas melambat, bicara menjadi (lebih) lambat atau pelan, dan bagian putih mata atau sclera berubah warna menjadi merah muda.

Saya sering mengamati subjek yang dihipnosis oleh hipnotis, di tv, dan dari pengamatan menggunakan indikasi fisik saya menyimpulkan subjek itu sama sekali tidak masuk kondisi hipnosis.

Dari mana saya sampai pada simpulan ini?

Berikut adalah indikasi yang menunjukkan subjek tidak masuk kondisi hipnosis:

- teknik induksi yang dilakukan, dari pengalaman klinis, tidak bisa membawa klien masuk kondisi deep trance. Ditambah lagi hipnotis tidak melakukan deepening untuk membawa subjek masuk kondisi hipnosis yang semakin dalam.

- tidak ada REM, mata klien sama sekali tidak bergetar.

- wajah subjek tetap normal, sama seperti sebelum “dihipnosis”.

- subjek sering mengernyitkan alis mata, seolah tegang atau sedang berpikir. Ini tidak mungkin bisa terjadi bila subjek tipe PS ini benar-benar telah masuk ke kondisi hipnosis yang dalam. Ingat, untuk bisa melakukan hipnosis hiburan, subjek perlu masuk kondisi hipnosis yang dalam. Dan dalam kondisi ini otot-otot wajahnya rileks dan tampak datar.

- subjek bicara dengan cepat. Orang dalam kondisi hipnosis cenderung bicara lebih lambat.

- subjek setelah menjawab, bisa mengoreksi jawaban yang ia anggap salah. Ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang dalam kondisi hipnosis yang dalam.

- subjek tidak literal. Saat ditanya, “Apakah boleh tahu mengenai ……..?”, subjek langsung bercerita panjang lebar. Padahal, salah satu ciri kondisi hipnosis adalah sifat literal, yaitu pola pikir subjek kembali seperti anak kecil yang bila ditanya akan menjawab apa adanya sesuai pertanyaan, bukan menjawab berdasar simpulan. Bila ditanya, “Apakah boleh tahu mengenai…..?”, maka jawaban seharusnya adalah, “Boleh.”

- usai dihipnosis, saat buka mata, mata subjek sama sekali tidak ada perubahan warna. Yang umum terjadi, apalagi untuk subjek yang sugestif dan tipe physically suggestible, saat keluar dari kondisi hipnosis, sclera atau bagian putih mata akan berubah warna menjadi kemerahan atau merah mudah seperti baru bangun tidur.

Saat sedang menyelesaikan artikel ini saya sempat menyaksikan di salah satu televisi seorang subjek sedang diwawancarai oleh hipnotis. Hal-hal yang saya tulis di atas semuanya terjadi pada subjek. Ini adalah bukti bahwa apa yang ditampilkan di tv itu hanya rekayasa. Bahkan subjek sempat mengoreksi jawabannya dengan berkata, “Saat itu dia bilang ….eh.. aku yang bilang …..”

Apakah Hipnotis Sama Dengan Hipnoterapis?

Jawaban singkat, “Tidak sama.” Hipnotis adalah orang yang melakukan hipnosis untuk hiburan. Sedangkan hipnoterapis adalah orang yang melakukan terapi dengan atau dalam kondisi hipnosis untuk membantu klien mengatasi masalah yang berhubungan dengan emosi atau perilaku. Kemampuan hipnotis berbeda dengan hipnoterapis. Apa yang disaksikan di tv, sekali lagi, hanya untuk hiburan, tidak bisa diaplikasikan untuk terapi.

_PRINT   _SENDTOFRIEND

Upcoming Events
Counter
Online5
Hari ini966
Sepanjang masa34.523.708
1 Facebook
2 Youtube
3 Instagram
4 Quantum Morphic Field Relaxation
5 Asosiasi Hipnoterapi Klinis Indonesia
6 The Heart Technique