Cerdas dan Bijak Memahami Regresi Dalam Hipnoterapi

16 Maret 2014 22:20

Secara sederhana, kata “regresi” berarti mundur, urutan berbalik ke belakang. Dalam dunia psikologi, regresi, seperti yang dinyatakan oleh Anna Freud, adalah mekanisme pertahanan diri (defense mechanism) di mana seseorang, karena mengalami kejadian dengan muatan stres yang tinggi, berbalik ke tahap perkembangan perilaku sebelumnya. Regresi dalam hipnoterapi adalah peristiwa di mana klien di dalam pikirannya mundur menyusuri garis waktu internal ke satu waktu atau kejadian spesifik di masa lalunya. 

Ditinjau dari intensitas keterhubungan dan kedalaman keterlibatan diri dalam kejadian yang dialami klien dikenal ada dua jenis regresi dalam hipnoterapi. Yang pertama, hipermensia yaitu klien mengingat dengan jelas satu kejadian spesifik. Kedua, revivifikasi yaitu klien bukan sekedar mengingat tapi mengalami kembali, di masa sekarang, kejadian tertentu di masa lalu sama seperti ia mengalaminya dulu. Setiap jenis regresi punya manfaat yang berbeda dan aplikasinya perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan terapi. Secara teknis dikenal dua tipe hipermnesia dan dua tipe revivifikasi yang masih terbagi lagi ke dalam dua subtipe. 

Bila ditinjau dari proses dan faktor penyebab terjadinya dikenal ada sepuluh tipe regresi yaitu directive regressionnondirective regression, spontaneous regression, emotionally induced regression, recreational regression, past life regression, wannabe regressiontherapist-led regressiontherapist-forced regression, dan Ego Personality-based regression. 

Directive regression adalah regresi di mana klien mundur ke masa lalu ke satu kejadian atau waktu spesifik mengikuti bimbingan terapis. Masuk dalam tipe regresi ini antara lain regresi dengan kalender, regresi menggunakan usia, regresi kenangan indah atau kejadian spesifik.

Nondirective regression adalah regresi ke satu waktu atau kejadian spesifik namun tidak ditentukan atau secara sengaja diarahkan oleh terapis. Masuk dalam tipe regresi ini adalah regresi dengan teknik buku kehidupan, karpet ajaib, lorong waktu, sungai kehidupan, ideomotor, affect bridgesomatic bridge.  

Nondirective regression sebenarnya juga adalah directive regression. Bedanya, dalam directive regression klien mundur ke waktu atau kejadian spesifik yang ditentukan oleh terapis sedangkan dalam nondirective regression klien mundur, tetap dengan bimbingan terapis, namun pikiran bawah sadar klien yang menentukan akan mundur ke waktu atau kejadian mana yang relevan untuk menyelesaikan masalah. 

Spontaneous regression adalah regresi yang terjadi secara spontan, tanpa diarahkan oleh terapis. Dalam hal ini pikiran bawah sadar klien yang membawa klien mundur ke waktu atau kejadian spesifik. Spontaneous regression belum tentu membawa klien ke awal mula kejadian yang menjadi penyebab masalah atau yang lazim dikenal dengan istilah initial sensitizing event (ISE). Terapis perlu cermat melakukan validasi. 

Spontaneous regression terjadi karena pikiran bawah sadar mencoba mengeluarkan ”tekanan” emosi dari pengalaman traumatik masa lalu karena merasa situasinya memungkinkan (aman) dan ada orang/terapis yang bisa membantu. Dalam kondisi normal, dengan tujuan melindungi pikiran sadar, pikiran bawah sadar merepresi emosi ini sedemikian rupa sehingga tidak bisa naik dan tidak diketahui oleh pikiran sadar. 

Emotionally induced regression adalah regresi yang menggunakan perasaan atau emosi sebagai jembatan (affect bridge) yang menghubungkan simtom klien di masa sekarang dengan kejadian awal di masa lalu yang menjadi penyebabnya. Teknik ini tidak dianjurkan untuk hipnoterapis pemula kecuali bila ia mendapat pelatihan cara menangani ledakan emosi/abreaksi dan resolusi trauma. 

Recreational regression adalah regresi ke kejadian menyenangkan di masa lalu dengan tujuan untuk menikmati kembali emosi positif yang dulu pernah dirasakan atau dialami, misalnya saat ulang tahun waktu kecil, liburan, bulan madu, menerima penghargaan, atau pengalaman menyenangkan lainnya. Untuk memperkuat efek perasaan yang dirasakan klien sebaiknya klien mengalami revivifikasi, bukan sekedar hipermnesia. 

Past life regression adalah regresi ke kehidupan lampau, bisa ke satu atau beberapa kehidupan sebelum kehidupan saat ini. Ada terapis atau klien yang meyakini benar keberadaan kehidupan lampau. Ada juga yang menganggap “kehidupan lampau” ini sebagai metafora yang sengaja dimunculkan oleh pikiran bawah sadar dengan tujuan tertentu. Salah satu varian dari PLR adalah life between lives regression. 

Wannabe regression adalah regresi ke kehidupan lampau di mana klien menjadi seseorang yang ia inginkan atau yang ia yakini sebagai dirinya. Sebelum menjalani regresi ini klien sudah punya keyakinan atau merasa bahwa dulunya ia adalah seseorang atau tokoh tertentu misalnya sebagai raja, jenderal, putri bangsawan, sastrawan, atau soulmate dari seseorang. 

Therapist-led regression adalah bentuk regresi yang diarahkan oleh terapis dengan teknik leading, baik secara sengaja atau tidak dan mengakibatkan munculnya false memory. Hipnoterapis yang tidak menguasai teknik regresi dengan benar biasanya tanpa disadari, karena kesalahan dalam semantik yang digunakan, melakukan regresi ini. Idealnya, regresi dilakukan dengan prinsip membimbing (guiding) dan tidak boleh mengarahkan (leading). 

Therapist-led regression sering terjadi karena terapis, saat melakukan wawancara dengan klien, bisa berasumsi atau menyimpulkan, bahwa satu kejadian spesifik di masa lalu adalah akar masalah klien. Dengan bekal “data” ini terapis langsung meregresi klien ke kejadian itu. 

Berdasar informasi yang saya terima dari beberapa klien yang pernah kami tangani, ada hipnoterapis yang menggunakan analisis tulisan tangan (graphology) untuk menentukan akar masalah (ISE). Ada juga terapis yang menggunakan informasi yang didapatkan di sesi wawancara, menghubungkan informasi ini dengan pendapat ahli tertentu, dan sampai pada simpulan kejadian mana yang menjadi akar masalah. ISE diputuskan atau ditetapkan oleh terapis bukan diungkap oleh pikiran bawah sadar klien. 

Dari temuan kami sejauh ini, menemukan akar masalah dengan cara di atas tidak akurat dan sepenuhnya bersifat leading bukan guiding. Terapis yang melakukan regresi jenis ini biasanya tidak dapat menuntaskan masalah klien karena memroses “ISE” yang salah. Bila beruntung, regresi ini bisa secara kebetulan berhasil mencapai ISE. Namun, seringkali tidak bisa. 

Dari diskusi dengan beberapa rekan, ada yang tidak setuju dengan pernyataan saya di atas dan tetap yakin bahwa ISE bisa ditemukan hanya dengan analisis tulisan tangan dan wawancara. Saya bisa memaklumi dan setuju dengan ketidaksetujuan ini. Saya tidak dalam kapasitas dan kepentingan untuk mengubah keyakinan mereka. Yang saya sampaikan di sini adalah apa yang saya dan para hipnoterapis alumni Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology temukan di ruang praktik saat membantu klien mengatasi masalah mereka. Kejadian yang oleh terapis sebelumnya dinyatakan sebagai ISE ternyata sama sekali bukan ISE, bukan pula SSE. 

Dalam beberapa kasus, ada ISE yang terungkap di sesi wawancara. Klien biasanya akan ditanya kejadian paling awal yang bisa ia ingat yang menjadi pencetus simtom yang ia alami. Kejadian ini tervalidasi sebagai ISE setelah terapis melakukan regresi dan pikiran bawah sadar klien membawa klien mundur ke kejadian yang ternyata sama dengan yang telah disampaikan di sesi wawancara. Yang perlu diperhatikan di sini yaitu pikiran bawah sadar yang mengungkap ISE, bukan terapis yang menentukan. Terapis hanya mengecek kebenaran data hasil wawancara dengan yang terungkap saat regresi. 

Therapist-led regression mirip dengan recreational regression. Perbedaannya terletak pada tujuan yang ingin dicapai. Bila recreational regression bertujuan untuk mengalami kembali perasaan positif dari kejadian di masa lalu makatherapist-led regression adalah regresi yang diarahkan oleh terapis dengan tujuan menemukan ISE. 

Therapist-forced regression berbeda dengan therapist-led regression. Bila dalam therapist-led regression terapis menemukan, lebih tepatnya menetapkan, akar masalah (ISE) klien setelah melalui serangkaian upaya tertentu, misalnya dengan analisis tulisan tangan atau wawancara mendalam, maka therapist-forced regression adalah regresi ke akar masalah di mana terapis memaksa klien mengakui adanya akar masalah di satu waktu tertentu. 

Berikut diberikan dua contoh agar menjadi jelas. Ada orang yang mengaku sebagai terapis dan membantu klien mengatasi masalah mereka. Terapis ini selalu menyimpulkan, siapapun kliennya dan apapun masalahnya, bahwa akar masalah klien berawal saat klien di dalam kandungan ibunya. Menurut terapis ini klien adalah anak yang tidak diinginkan dan ditolak oleh orangtuanya, sehingga mengalami luka batin yang menjadi penyebab masalahnya. Di sini terapis memaksakan ISE kepada klien. 

Contoh lain, dan ini adalah kejadian nyata, ada terapis yang berusaha mencari akar masalah dengan teknik regresi sederhana yaitu klien, misalnya berusia 45 tahun, dibawah mundur ke usia sebelumnya, tahun demi tahun. Terapis bertanya ke pikiran bawah sadar klien apakah akar masalah muncul di usia 45 tahun dan dijawab tidak. Kemudian mundur lagi ke usia 44 tahun, 43 tahun, demikian seterusnya hingga usia 1 tahun, lanjut ke usia 11 bulan, 10 bulan, terus hingga ke usia 1 bulan. Sampai di sini terapis tetap belum bisa menemukan akar masalah. 

Selanjutnya, dengan frustrasi terapis meregresi klien ke dalam kandungan dan dengan tegas berkata kepada klien, “Saat ini Anda adalah bayi di dalam kandungan Ibu Anda. Saat di dalam kandungan Anda pasti pernah sakit. Sekarang ceritakan Anda pernah sakit apa selama dalam kandungan Ibu Anda?” Terapis mengulangi sugesti ini beberapa kali dan berharap klien akan mengungkap pernah sakit apa. 

Di sini tampak jelas bahwa terapis memaksa klien mengakui bahwa saat di dalam kandungan klien pernah mengalami sakit tertentu. Sakit ini diyakini oleh terapis sebagai akar masalah klien. 

Ego Personality-based regression dilakukan dengan mengakses ego personality / Bagian Diri tertentu dan selanjutnya meregresi klien, dengan bantuan EP ini, ke satu kejadian atau waktu spesifik, bisa dengan menggunakanaffect bridge atau cognitive bridge. Ditinjau dari perspektif teori Ego Personalitysemua terapi, apapun jenis atau teknik yang digunakan, selalu mengakses ego personality tertentu. 

Satu hal penting yang perlu dicermati oleh terapis yang melakukan regresi berbasis EP yaitu hasil regresi biasanya tidak mencapai akar masalah (ISE) tapi EPCE. ISE berbeda dengan EPCE. ISE bisa sekaligus sebagai EPCE. EPCE bisa juga adalah SSE atau SPE. Proses terapi menggunakan regresi berbasis EP memang tidak bertujuan menemukan ISE tapi EPCE dan perlu diproses adalah EPCE, bukan ISE. 

Pentingnya Menemukan Akar Masalah

Dalam upaya membantu klien mengatasi masalahnya, sangat penting bagi terapis yang menggunakan teknik regresi untuk bisa membantu klien menemukan akar masalah atau ISE. Resolusi trauma yang dilakukan bukan di ISE akan membuahkan hasil tidak maksimal dan sering mengakibatkan klien kambuh (relapse).   

Kesulitan menemukan akar masalah sering disebabkan oleh beberapa faktor berikut:

- relaksasi pikiran yang dicapai klien masih kurang dalam sehingga pikiran sadar klien masih aktif menganalisis dan melakukan intervensi.

- terapis tidak menguasai teknik regresi dengan baik.

- teknik regresi yang dikuasai terapis tidak sesuai untuk menemukan akar masalah.

- terapis tidak melakukan validasi ISE.

- terapis tidak bertanya dengan cara yang benar: semantik yang digunakan tidak sesuai, intonasi dan tekanan suara yang tidak tepat sehingga memengaruhi pikiran bawah sadar klien memberikan jawaban seperti yang diharapkan terapis, bukan jawaban yang sebenarnya.

- pengharapan terapis yang berlebih untuk menemukan ISE dan ini terbaca oleh pikiran bawah sadar klien sehingga memberi jawaban yang tidak akurat karena ingin menyenangkan terapis. 

- terapis menggunakan teknik regresi berbasis EP namun salah mengakses EP sehingga hasil regresi tidak valid. 

_PRINT   _SENDTOFRIEND

Upcoming Events
Counter
Online3
Hari ini864
Sepanjang masa34.523.606
1 Facebook
2 Youtube
3 Instagram
4 Quantum Morphic Field Relaxation
5 Asosiasi Hipnoterapi Klinis Indonesia
6 The Heart Technique