False Memory

11 Desember 2012 16:30

“Pak Adi, apakah informasi yang berhasil digali melalui proses hypnoanalysis adalah informasi yang valid? Bagaimana kalau ternyata informasi ini salah? Apa pengaruhnya terhadap proses dan hasil terapi?”

Ini adalah pertanyaan yang saya terima dari seorang rekan sejawat hipnoterapis. Walau pertanyaannya singkat namun saya perlu hati-hati dalam menjawab agar dapat memberikan jawaban yang akurat. Untuk itu saya perlu mendapat kepastian dan balik bertanya, “Apa tujuan penggalian informasi di pikiran bawah sadar? Apakah untuk menemukan akar masalah yang menjadi penyebab munculnya simtom ataukah untuk keperluan investigasi atau penyidikan?”

“Tujuannya untuk menemukan akar masalah” jawab sejawat ini.

Setelah mendapat kepastian ini baru saya berani memberi jawaban. Memang bila ditilik dari kata “hypnoanalysis” ini adalah untuk keperluan menemukan akar masalah atau ISE (Initial Sensitizing Event). Saya sengaja bertanya untuk memastikan bahwa pemahaman saya tentang hypnoanalysis sama dengan yang ia maksudkan dalam pertanyaannya.

Teknik dan proses eksplorasi pikiran bawah sadar untuk menggali dan menemukan data di memori sangat ditentukan oleh tujuan eksplorasi. Bila tujuannya adalah untuk menemukan akar masalah maka terapis tidak perlu melakukan pengecekan kebenaran data. Apapun yang dimunculkan oleh pikiran bawah sadar dianggap sebagai hal yang benar. Terapis memproses informasi ini untuk membantu klien mengatasi masalahnya. Namun bila tujuannya adalah untuk penyidikan atau forensik maka validasi data mutlak harus dilakukan.

Akurasi objektif dari memori adalah satu aspek penting, sedangkan tingkat keyakinan individu terhadap akurasi memorinya adalah hal yang lain. Ini adalah dua hal yang berbeda. Dalam proses hipnoterapi yang lebih dipentingkan adalah keyakinan individu terhadap akurasi memorinya, bukan akurasi objektif dari memori.

Pandangan dan pemahaman awam mengenai memori seringkali tidak tepat. Menurut pandangan ini pikiran bawah sadar merekam semua kejadian apa adanya, seperti layaknya sebuah handycam. Dengan demikian saat rekaman ini diputar ulang maka yang muncul di layar adalah kejadian yang persis sama. Ini adalah pandangan yang salah.

Apakah pengalaman masa kecil yang berhasil digali benar-benar terjadi? Atau ini adalah memori yang tercipta berdasarkan cerita yang didengar dari orangtua atau lingkungan, atau dari foto-foto lama yang dilihat?

Apakah memori itu diingat dari perspektif seorang anak kecil di masa dewasa, ataukah memori ini diingat dengan perspektif dewasa mengenai pengalaman masa kecil?

Untuk bisa menjawab pertanyaan rekan saya di atas saya akan menjelaskan lebih dulu apa itu memori dan cara kerjanya.

Bagaimana Kerja Memori?

Apakah memori itu? Satu definisi bagus berasal dari pengacara dan psikolog Alan Scheflin yang menyatakan bahwa memori adalah kapasitas dan kemampuan mental untuk mempertahankan informasi, pikiran, perasaan, dan pengalaman lain di pikiran dan mengingat apa yang telah berlalu.

Memori bukan sekedar data, informasi, kejadian atau peristiwa melainkan adalah sebuah proses. Ada banyak tahapan mulai dari pembentukan memori sampai ke mengingatnya lagi. Secara sederhana langkah-langkahnya dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Registrasi sensori dari stimulus.

2. mengatur informasi menjadi unit-unit yang bermakna.

3. menyimpan informasi.

4. mengambil informasi.

Informasi apapun yang akan masuk ke memori pasti melewati salah satu dari indera fisik kita yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan pengecap. Dengan demikian pasti terjadi perbedaan antara apa yang terjadi di “luar sana” dan apa yang terekam di “dalam sini” sebagai memori, akibat keterbatasan pada masing-masing indera. Selain dipengaruhi keterbatasan indera proses pembentukan memori juga dipengaruhi secara signifikan oleh persepsi. Jadi, memori adalah representasi dari pengalaman, bukan pengalaman itu sendiri.

Penelitian memori menunjukkan bahwa yang membuat suatu stimulus menjadi mudah diingat adalah arti atau makna yang diberikan pada  stimulus ini.

Selain makna faktor lain yang memengaruhi akurasi memori adalah:

1. motivasi seseorang untuk mengamati, memberi makna, dan mengingat.

2. pengharapan yang mengakibatkan seseorang “hanya melihat yang ia ingin lihat”, dan bukan apa yang sebenarnya ada di sana.

3. metode yang digunakan untuk mengingat, yang dapat mengakibatkan seseorang menambah, mengurangi, atau mengubah total informasi.

4.hubungan antara subjek dengan terapis, yang dapat meningkatkan atau mengurangi kemampuan daya ingat.

5. kepribadiaan seseorang dan reaksinya terhadap celah memori (memory gap) yang mungkin ada. Ada orang yang bisa menerima adanya celah ini, sementara yang lain merasa perlu mengisi celah ini, bahkan dengan informasi palsu, seperti dalam proses yang dikenal sebagai konfabulasi.

Kesimpulannya, memori adalah suatu proses yang melibatkan banyak variabel, setiap variable ini berpotensi untuk meningkatkan atau mengganggu penyimpanan dan mengingat memori yang akurat. Memori bersifat rekonstruktif, bukan reproduktif. Memori sering terbentuk dari berbagai sumber informasi dan dapat dimodifikasi atau mengalami perubahan seiring perjalanan waktu.

False Memory

Memori, seperti semua proses mental lain yang melibatkan persepsi, sangat mudah dipengaruhi. Peneliti di bidang hipnosis telah lama tahu, lebih dari seratus tahun lalu, bahwa false memory dapat ditanamkan melalui penggunaan prosedur hipnosis formal atau bahkan melalui sugesti sederhana tanpa hipnosis formal. Di tahun 1889, hipnotis Albert Moll, menuliskan pengalamannya menanam false memory. Alan Scheflin penulis buku Trance on Trial telah mendokumentasi sejarah panjang hipnosis dalam mencipta false memory dan kesaksian yang tidak dapat diandalkan dalam konteks investigasi kepolisian dan di pengadilan. 

Seringkali dalam proses terapi, terapis berhasil membantu klien mengungkap data yang sebelumnya sama sekali tidak diingat klien. Data yang “disembunyikan” pikiran bawah sadar ini adalah repressed memory yang biasanya berasal dari kejadian traumatik. Proses represi adalah salah satu mekanisme pertahanan diri.

Yang perlu dicermati repressed memory berbeda dengan false memory. Repressed memory adalah memori yang ada di pikiran bawah sadar, berasal dari satu kejadian atau peristiwa, dan ditekan ke bawah sadar sehingga tidak dapat diakses atau diingat oleh pikiran sadar. False memory adalah memori yang tercipta akibat proses penggalian data dengan semantik atau proses yang salah. 

Untuk memahami false memory perlu dipahami perbedaan antara:

- kasus di mana klien tahu dan ingat bahwa ia mengalami pengalaman traumatik.

- kasus di mana klien, tanpa bantuan orang lain, mampu mengingat memori yang direpresi.

- kasus di mana memori yang direpresi berhasil digali dengan bantuan terapis.

- kasus di mana terapis mensugestikan, baik secara langsung atau tidak langsung, pada kliennya mengenai memori tentang suatu kejadian.

Bagaimana kita mengungkap repressed memory? Apa teknik yang digunakan terapis untuk menemukan repressed memory yang diasumsikan ada? Apakah teknik yang digunakan valid, yaitu benar-benar dapat menggali repressed memory, ataukah teknik yang digunakan melibatkan sugesti mengenai suatu kejadian yang tidak pernah terjadi namun klien percaya benar-benar terjadi?

Salah satu proses yang dapat mengakibatkan false memory adalah leading, yang tentunya sangat berbeda dengan guiding. Berikut saya berikan contoh perbedaan leading dan guiding.

Seorang wanita datang ke terapis dengan keluhan vaginismus. Saat fase wawancara ia mengatakan bahwa samar-samar ia ingat atau merasa bahwa perasaan takut berhubungan seks ini ada hubungannya dengan salah satu pamannya di satu kejadian saat ia masih kecil. Namun ia tidak bisa ingat dengan jelas apa yang terjadi.

Berbekal informasi ini, dengan teknik regresi, terapis membawa klien mundur menyusuri garis waktu internal dan akhirnya berhenti di satu kejadian. Saat itu klien berusia 5 tahun dan hanya berdua dengan pamannya yang berusia 20 tahun di ruang keluarga.

Terapis yang tidak hati-hati akan mengajukan pertanyaan leading berikut:

Terapis: Jadi, Anda sekarang ini sedang berduaan dengan paman ya?

Klien    : Ya.

Terapis:  Paman ada pegang-pegang badanmu, ya?

Klien    : Ya.

Terapis : Apa dia pegang pahamu?

Klien     : Ya.

Terapis : Terus, dia pegang mana lagi?

Bisa Anda bayangkan ke mana arah pertanyaan terapis selanjutnya. Apakah ada yang salah dengan pertanyaan di atas? Tentu pertanyaan-pertanyaan ini salah karena bersifat leading. Saat seseorang dalam kondisi deep trance ia berada dalam kondisi yang sangat sugestif. Pertanyaan-pertanyaan di atas mengakibatkan pikiran klien memunculkan gambaran mental tertentu mengikuti alur pertanyaan. Dan saat gambar ini muncul akan langsung terekam di pikiran bawah sadar dan menjadi memori. Inilah yang dimaksud dengan false memory.

Sudah tentu akan berbeda bila terapis hanya melakukan guiding atau membimbing tanpa mengarahkan. Guiding dilakukan dengan memilih semantik yang tepat, sebagai berikut:

Terapis: Anda di mana sekarang?

Klien    : Di ruang keluarga.

Terapis: Ceritakan apa yang terjadi.

Klien    : Saya sedang nonton tv dengan paman.

Terapis : Terus……

Klien     : Di tv itu ada perempuan lagi dikejar orang jahat…

Terapis  : Terus….

Klien     : Perempuan itu ditangkap….

Terapis : Terus……

Klien     : Bajunya dirobek…dia disiksa… sampai berdarah-darah… aduh kasihan… saya takut….(klien menyaksikan adegan perkosaan)

Terapis : Terus…..

Klien     : Saya minta paman matikan tv-nya.

Terapis : Terus…..

Klien     : Paman matikan tv…..

Terapis : Terus….

Klien     : Saya masuk ke kamar terus tidur….

Anda bisa lihat bedanya antara skenario pertama dan kedua? Yang pertama di atas adalah leading dan yang kedua adalah guiding.

Apakah false memory hanya tercipta dengan cara ini? Tentu tidak. Masih ada cara lain yang dapat mengakibatkan munculnya false memory.

Misinformation Effect

Dalam eksperimen yang dilakukan Dr. Loftus dan banyak peneliti lain di bidang memori di Amerika,Canada, Inggris, Jerman, Australia, dan Belanda, ditemukan fenomena yang disebut “misinformation effect”.

Misinformation Effect terjadi saat suatu informasi yang salah disampaikan oleh seseorang yang dipandang sebagai figur otoritas atau seseorang dengan kredibilitas yang tinggi maka informasi ini diterima sebagai hal yang benar dan selanjutnya memengaruhi memori yang telah tersimpan di pikiran bawah sadar. Saat informasi ini diterima sebagai hal yang benar maka orang akan secara tidak sadar melakukan revisi terhadap memori mereka sendiri sehingga sejalan dengan informasi yang ia terima dari figur otoritas ini.

Dalam eksperimen ini Dr. Loftus menyusun skenario terjadi pencurian barang yang dilakukan oleh seseorang di dalam kelas yang dapat disaksikan oleh mahasiswanya. Kejadian pencurian ini terjadi sangat cepat dan pencuri berhasil melarikan diri. Saat ditanya, para mahasiswa masing-masing memberikan gambaran mengenai rupa pencurinya. Masing-masing memberi gambaran yang berbeda.

Setelah itu Dr. Loftus mengatakan bahwa si pencuri adalah pria dengan kumis dan jenggot yang tebal. Ini sama sekali berbeda dengan rupa pencuri yang digambarkan para mahasiswa yaitu seorang pria yang tidak berjenggot.

Mendapat informasi dari Dr. Loftus para mahasiswa mulai melakukan revisi terhadap memori mereka sendiri dan akhirnya setuju dengan rupa pencuri yang berkumis dan berjenggot tebal seperti yang digambarkan Dr. Loftus. 

Unconscious Confabulation

Apakah memori, atau hanya keyakinan bahwa memori itu ada, dapat tercipta untuk kejadian yang sebenarnya tidak pernah terjadi? Jawabannya bisa.

Memori melibatkan proses persepsi. Memori adalah sebuah proses rekonstruksi, bukan sekedar mengingat. Detil yang hilang atau celah pada memori secara perlahan diisi dengan memori palsu yang berasal dari tebakan-tebakan yang masuk akal. Inilah yang dimaksud dengan konfabulasi.

Unconscious confabulation adalah proses di mana pikiran bawah sadar mengkonstruksi memori tentang suatu kejadian. Dalam satu eksperimen peneliti mengundang dua orang bersaudara. Pada saudara yang lebih tua, John, peneliti meminta untuk berbohong kepada saudaranya yang lebih muda, George, dengan mengatakan bahwa saat di usia 5 tahun, George pernah terpisah dari orangtuanya saat di mal. George ditemukan oleh seorang pria sebelum dipertemukan kembali dengan orangtuanya.

Hanya ini data yang diberikan kepada George. Seminggu kemudian George mengatakan samar-samar ia ingat siapa orang yang menemukannya. Beberapa hari kemudian, ingatan George lebih jelas bagaimana rupa orang ini, warna pakaiannya, dan bagaimana ia menggandeng tangan George. Selang beberapa hari kemudian, George ingat detil yang lain. Semakin lama detil ini semakin lengkap menjadi satu cerita yang utuh.

Setelah satu bulan George ditanya apakah ia yakin dengan memori kejadian ia terpisah dari orangtuanya saat usia 5 tahun di mal. George menjawab bahwa ia sangat yakin dan ingat benar mengenai kejadian ini.

Terapis “Memaksa” Klien

Belief system terapis mengenai memori, proses pelatihan dan sertifikasi, pengalaman teknis dan kecakapan, penguasaan teori, ragam teknik yang dikuasai mempengaruhi cara terapis memperlakukan kliennya dan menggali memori.

Saya pernah menemukan kasus di mana seorang “terapis” melakukan penyembuhan luka batin dengan mengatakan bahwa masalah klien adalah karena ia adalah anak yang tidak diinginkan oleh ibunya dan pernah mau digugurkan. Bisa Anda bayangkan apa yang terjadi pada klien ini?

Yang lebih luar biasa lagi adalah “terapis” ini menggunakan cara yang sama pada semua kliennya. Jadi, apapun masalah klien, siapapun kliennya, bila ia bertemu dengan “terapis” ini maka akar masalah selalu, “Anda adalah anak yang tidak diinginkan Ibu Anda dan pernah mau digugurkan.”

Ada klien yang sampai shock berat mendapat informasi ini. Dan yang luar biasa lagi si “terapis” melakukan regresi membawa klien kembali ke dalam kandungan Ibunya dan mengalami proses tidak diinginkan dan mau diaborsi. Apa yang terjadi setelah itu?

False memory ini mengakibatkan goncangan batin yang sangat dahsyat mengakibatkan kondisi klien menjadi tidak stabil. Untungnya klien ini cepat sadar dan tidak melanjutkan terapi dan segera mencari bantuan terapis yang benar-benar kompeten. Terapis yang cakap ini menganulir proses terapi yang dilakukan “terapis” sebelumnya, menetralisir semua false memory beserta emosi yang muncul akibat false memory ini.

Ada lagi terapis yang memaksa klien dengan bertanya, “Apakah Anda pernah mengalami pelecehan seksual waktu Anda kecil?”.

Pertanyaan ini hanya memberi klien dua opsi jawaban yaitu “ya” atau “saya tidak tahu”. Bila klien menjawab tidak tahu atau tidak ingat pernah mengalami pelecehan seksual maka terapis akan berkata, “Anda merepresi pengalaman traumatik ini”. Bila klien menjawab, “Tidak pernah”, maka terapis berkata, “Anda melakukan penyangkalan atau denial. Ini bagus. Penyangkalan adalah awal dari proses untuk mengakui keberadaan atau kebenaran suatu peristiwa traumatik.”

Apapun jawaban klien, ia tidak bisa lepas dari belief terapis yang meyakini bahwa akar masalah kliennya adalah pelecehan seksual.

Cara lain yang digunakan terapis dalam memaksa kliennya mengakui adanya suatu kejadian traumatik adalah dengan berkata, “Salah satu klien saya dengan keluhan seperti Anda punya akar masalah X. Berarti Anda juga punya akar masalah yang sama karena simtomnya sama.”

Bagaimana dengan terapis yang percaya bahwa akar masalah ada di kehidupan lampau atau past life?

False Memory Karena Ekspektasi

Apa yang dimaksud dengan false memory karena ekspektasi? Di Amerika ada terapis dengan spesialisasi tertentu antara lain sexual abuse, ritual abuse, childhood abuse, birth trauma, dan past life regression.

Bila Anda adalah klien dengan masalah tertentu dan datang ke terapis dengan spesialisasi di atas apa yang akan terjadi?

Spesialisasi ini secara tidak langsung merupakan satu bentuk sugesti yang meningkatkan ekspektasi Anda mengenai akar masalah. Bila Anda ditangani oleh terapis dengan spesialisasi sexual abuse maka suka atau tidak, sadar atau tidak, pikiran bawah sadar Anda sudah memutuskan bahwa masalah Anda pasti disebabkan oleh sexual abuse yang Anda alami di masa kecil. Ekspektasi Anda ditambah dengan ekspektasi terapis, sesuai dengan bidang spesialisasinya, akan mengarahkan proses terapi sedemikian rupa sehingga sudah tentu akan berhasil “menemukan” akar masalah yang sejalan dengan pengharapan Anda dan terapis.

Di salah satu sesi pelatihan dengan Randal Churchill di Hypnotherapy Training Institute di San Fransisco saat sertifikasi sebagai clinical hypnotherapist saya belajar teknik untuk mengungkap false memory. Dalam pelatihan ini Randal memutar rekaman video saat ia menangani klien wanita yang mengalami false memory sebagai korban dari ritual abuse. Yang dimaksud dengan ritual di sini adalah upacara pemujaan setan yang sangat mengerikan.

Apakah benar wanita ini pernah mengalami ritual abuse? Ternyata tidak. Wanita ini, sebelumnya, telah diterapi oleh seorang terapis dengan spesialisasi ritual abuse, delapan tahun lalu. Dan sejak saat itu memori ini selalu mengganggu hidupnya.

Randal, dengan menggunakan teknik tertentu, berhasil menemukan bahwa memori tentang ritual abuse ini adalah false memory, dan berhasil menetralisir memori ini.

Bagaimana dengan memori dari kehidupan lampau?

Saya sempat disuksi dengan salah satu rekan sejawat dan mendapat informasi menarik berikut.

“Seorang rekan wanita saat ini sedang dalam kondisi stress berat. Ia mengikuti seminar mengenai past life yang diselenggarakan komunitas tertentu dan menghadirkan hipnoterapis dengan spesialisasi past life regression therapy. Rekan saya ini sebelumnya memang sudah sering down. Namun setelah seminar ini kondisinya menjadi lebih tidak karuan. Ia bahkan ingin bunuh diri. Ternyata setelah diregresi ke kehidupan lampau rekan saya ini dulunya adalah seorang anak perempuan yang hidup seorang diri, sudah tidak ada keluarga dan sanak saudara, miskin, dan mati kelaparan. Saat ia meninggal tidak ada yang tahu dan juga tidak ada yang mengubur jasadnya. Ia sangat terpukul mengetahui hal ini. Ia merasa betapa hina dan sial dirinya. Di kehidupan lampau hidup menderita. Di kehidupan sekarang juga menderita.”

Pembaca, setelah saya tanya lebih lanjut ternyata hipnoterapis ini melakukan regresi kehidupan lampau secara masal kepada semua peserta seminar yang hadir di acara itu.

Apakah benar wanita ini dulunya seperti itu? Tidak ada yang tahu. Yang menjadi keprihatinan saya adalah hipnoterapis ini, setelah dilapori bahwa ada peserta yang mengalami shock berat, tidak melakukan tindakan apapun untuk membantu wanita ini. Ia hanya berkata, “Diterima saja...itu sudah karmanya dia.”

Saya tidak setuju dengan past life therapy bila dilakukan secara sengaja yaitu terapis sengaja membimbing klien ke past life untuk menemukan akar masalah. Apalagi dilakukan secara masal. Alasan ketidaksetujuan saya ada dua. Pertama, terapis dengan spesialisasi past life regression therapy sudah tentu akan membimbing klien ke past life sehingga pasti "menemukan" akar masalah di past life. Kedua, proses regresi ke kehidupan lampau yang dilakukan dengan sengaja bersifat leading. Contohnya: “Anda mundur ke kehidupan lampau anda…..” atau “Anda mundur ke waktu yang lain, ke kehidupan sebelum kehidupan ini, ke tubuh Anda yang lain…..”.

Dari pengalaman klinis saya menangani klien dan juga para alumni pelatihan saya, kami jarang menemukan akar masalah di kehidupan lampau. Kalaupun sampai terjadi regresi ke kehidupan lampau maka ini sifatnya spontan, tidak diarahkan. Apapun data yang muncul di “kehidupan lampau” ini kami proses sebagai metafora dan kami tidak berkepentingan untuk melakukan validasi.

Ada juga klien yang minta saya melakukan regresi kehidupan lampau dengan alasan untuk mengetahui apa pekerjaannya dulu, dengan demikian ia dapat meneruskan pekerjaannya di kehidupan saat ini.

Saya bertanya ke calon klien ini, “Anda ingin saya regresi ke kehidupan lampau yang mana? Apakah satu kehidupan sebelum kehidupan sekarang, dua kehidupan, sepuluh, dua puluh, seratus, atau berapa kehidupan sebelumnya? Bagaimana bila ternyata Anda dulunya adalah seorang pembunuh atau perampok, apakah Anda akan meneruskan pekerjaan ini di kehidupan sekarang?”

Lalu, dari mana asal informasi kehidupan lampau?

Bagi yang percaya mengenai past life, informasi ini bisa saja benar. Namun lebih sering informasi ini berasal dari buku yang pernah dibaca, cerita yang pernah didengar, atau film yang pernah ditonton. Semua informasi ini tersimpan di pikiran bawah sadar dan dapat muncul ke permukaan, biasa dalam bentuk metafora, seolah-olah benar terjadi di kehidupan lampau karena klien tidak pernah ingat mengenai informasi ini sebelumnya. Kondisi ini disebut sebagai cryptomnesia.

Terapis Memaksakan ISE harus di bawah 5 tahun

Satu lagi sumber false memory yaitu terapis yang punya keyakinan bahwa akar masalah atau ISE pasti dan harus terjadi di bawah usia 5 tahun. Saya pernah bertemu dengan hipnoterapis yang bersikeras bahwa ISE pasti terjadi di bawah 5 tahun. Bila ISE yang diungkap pikiran bawah sadar ternyata di atas usia 5 tahun maka ia akan terus mencari ISE, dengan segala cara, yang terjadi di bawah usia 5 tahun.

Terapis ini melakukan terapi dengan pendekatan therapist centered, bukan client centered. Sebenarnya tidak masalah ISE terjadi di usia berapa. Selama proses hypnoanalysis dilakukan dengan cermat dan tidak bersifat leading maka data yang diungkap oleh pikiran bawah sadar harus dihormati dan diterima sebagai satu kebenaran. Yang penting, terapis bisa memproses data ini demi kebaikan dan kesembuhan klien.

Solusi Untuk False Memory

Solusi terbaik sebenarnya adalah dengan tidak mencipta false memory. Untuk itu terapis harus benar-benar memahami cara kerja pikiran, pemilihan semantik, cara kerja memori, teknik hypnoanalysis yang aman, dan benar-benar netral. Semua ini bergantung pada pendidikan yang dijalani seorang terapis.

Namun bila sampai terjadi false memory maka terapis yang menangani klien dengan false memory harus mampu melakukan hal berikut. Pertama, memastikan bahwa ini adalah false memory. Kedua, melakukan resolusi trauma dengan menetralisir emosi akibat kejadian itu. Dari beberapa kasus yang saya temui dan pelajari dari literatur luar negeri, masalah muncul karena terapis hanya bisa “menemukan” akar masalah, yang sebenarnya adalah false memory, namun tidak mampu melakukan resolusi trauma dengan baik.

_PRINT   _SENDTOFRIEND

Upcoming Events
Counter
Online2
Hari ini713
Sepanjang masa34.530.355
1 Facebook
2 Youtube
3 Instagram
4 Quantum Morphic Field Relaxation
5 Asosiasi Hipnoterapi Klinis Indonesia
6 The Heart Technique