Kesalahan Kecil yang Besar dalam Melakukan Regresi

1 Juni 2014 09:20

Regresi (hypnotic age regression) adalah proses membawa klien mundur ke satu masa atau kejadian di masa lalu dengan bantuan kondisi hipnosis. Ada regresi yang sifatnya diarahkan dan ada juga yang terjadi secara spontan.

Yang dimaksud dengan regresi spontan adalah klien mundur ke satu masa atau kejadian di masa lalu tanpa terapis secara sengaja membimbingnya mundur. Secara teknis dikenal dua jenis regresi spontan. Ada regresi spontan yang benar-benar spontan, tanpa diarahkan baik sengaja atau tidak oleh terapis. Regresi ini terjadi karena pikiran bawah sadar memandang penting untuk mengungkap informasi tertentu pada terapis. Ada juga regresi spontan yang terjadi karena terapis secara tidak sengaja atau lebih tepatnya kurang cermat dalam memilih semantik yang tepat saat terapi. Pikiran bawah sadar secara literal mengikuti semantik yang digunakan terapis dan membawa klien mundur ke kejadian atau pengalaman tertentu di masa lalu. Dari sisi eksplorasi dalam regresi dikenal dua jenis eksplorasi: vertikal dan horizontal.

Dalam artikel ini saya akan berbagi informasi penting mengenai sifat, proses, dan dinamika yang terjadi di pikiran bila terapi dilakukan dalam kondisi hipnosis yang dalam (deep trance) berdasar temuan penelitian kami.

Salah satu yang sangat perlu diperhatikan dan dicermati adalah pilihan semantik saat mengarahkan pikiran bawah sadar klien saat proses terapi. Semantik yang bila disampaikan pada klien saat ia dalam kondisi sadar normal, light trance, atau medium trance tidak berpengaruh ternyata sangat beda efeknya dalam kondisi deep trance.

Dari sisi cara kerja otak dapat dijelaskan sebagai berikut. Otak kanan bekerja dengan gambar, global, metafora, dan trance logic. Sedangkan otak kiri fungsinya menangani aspek bahasa, detil, berurutan, dan conscious logic.

Otak kanan membayangkan informasi yang masuk dan otak kiri memberi deskripsi verbal. Saat dalam kondisi hipnosis, apalagi hipnosis yang dalam (deep trance), di mana mata klien tertutup sehingga stimuli visual yang masuk ke dalam otak melalui kedua bola mata menjadi sangat minim, aktivitas dan fungsi otak kiri berkurang (sangat) drastis. Dengan demikian suara, lebih tepatnya semantik yang digunakan oleh terapis, berperan sebagai pengganti input verbal bagi otak kiri. Saat mendapat input verbal ini, otak kanan langsung membuat gambaran mental yang sesuai atau sejalan dengan intepretasi klien terhadap semantik yang digunakan terapis.

Satu kejadian menarik terjadi saat di kelas SECH saat para peserta berlatih mempraktikkan teknik regresi (hypnotic age regression). Setelah mendapat penjelasan detil cara melakukan regresi dan dilengkapi dengan skrip para peserta melakukan latihan praktik dengan rekannya.

Sebelum latihan, peserta A bertanya pada peserta B ingin diregresi ke pengalaman menyenangkan yang mana. B minta diregresi saat ia dan keluarga berlibur ke Alaska bulan September. Peserta A selanjutnya menginduksi B, dan berhasil mencapai kedalaman minimal profound somnambulism.

Selanjutnya A dengan menggunakan skrip yang telah diberikan meregresi B ke saat liburan di Alaska. Di sini A melakukan eksplorasi horizontal dan melakukan penggalian data pengalaman B. Kurang lebihnya seperti ini:

A: Anda sekarang di mana?

B: Lagi liburan sama keluarga.

A: Liburan di mana?

B: Di Alaska.

A: Senang ya liburan sama keluarga di Alaska?

B: Ya.. senang.

A: Apa yang membuat Anda memutuskan liburan ke Alaska?

(Pertanyaan ini benar tapi salah. Benar karena ini adalah kalimat tanya yang secara tata bahasa benar. Salah karena digunakan dalam konteks klinis di mana klien berada dalam kondisi deep trance dan sedang mengalami revivifikasi bukan hipermnesia dan mengakibakan hal yang tak terduga. Pertanyaan ini tanpa disadari telah membuat B teregresi spontan ke bulan Januari saat B dan keluarga sedang berunding ingin liburan ke mana. Di Januari inilah B dan keluarganya memutuskan akan liburan ke Alaska di bulan September. A tidak tahu atau tidak menyadari B telah mundur dari posisinya sedang liburan di Alaska, bulan September, ke Januari. A masih berpikir bahwa B sedang di Alaska.)

B:  Ya ini kami lagi rundingan satu keluarga. Ada beberapa pilihan mau liburan ke mana. Tapi setelah dirunding kami putuskan liburan ke Alaska.

(Di sini A masih tidak sadar atau tahu bahwa B telah mundur ke bulan Januari. A tidak tahu bila keputusan untuk liburan ke Alaska adalah keputusan bersama, bukan diputuskan oleh klien sendiri. Bila terapis tidak tahu maka hal ini bisa dimaklumi. Namun bila terapis berasumsi, ini tidak dibenarkan.)

A: Di Alaska dingin ya?

(Tanpa disengaja di sini A melakukan dua kesalahan. Ingat, dalam kondisi deep trance B mengalami revivifikasi bukan hipermnesia. Pertama, secara tidak sengaja A telah membawa B maju dari Januari, saat sedang berunding mau liburan ke mana, ke September saat sedang liburan di Alaska. Kedua, pertanyaan ini sifatnya leading yang yang tanpa disadari membuat B tiba-tiba merasa kedinginan. Padahal sebelumnya B tidak merasa dingin. Pertanyaan yang benar adalah, “Bisa ceritakan apa yang Anda rasakan saat di Alaska sekarang ini? Dan untuk membawa B maju ke bulan September, A perlu menyiapkan pikiran B lebih dulu, tidak langsung diminta maju.)

B: Ya… dingin.

(B merasa kedinginan dan agak menggigil. Pikiran bawah sadar B secara literal mengartikan dan melaksanakan kalimat sugesti yang terkandung di dalam pertanyaan yang diajukan A.)

Ada beberapa pertanyaan lagi yang secara tidak sengaja membuat B mundur ke masa sebelum liburan ke Alaska dan secara tiba-tiba mengalami progresi ke saat liburan di Alaska. B beberapa kali mundur dari September ke Januari dan maju dari Januari ke September. Ini semua terjadi tanpa disadari oleh A. Dan A tidak menyiapkan pikiran B untuk proses maju atau mundur ini. Sesuai protokol yang diajarkan di kelas SECH, untuk regresi dan progresi yang benar, pikiran klien perlu disiapkan dan dituntun. Dalam contoh di atas B mengalami maju mundur secara spontan, tanpa persiapan atau lebih tepatnya tidak disiapkan atau dituntun oleh A. Dan akibatnya B menjadi pusing.

Semantik yang sama tentu akan berbeda efeknya bila klien dalam kondisi light trance atau medium trance. Perbedaan mendasar adalah dalam kondisi deep trance pikiran yang aktif dan dominan adalah pikiran bawah sadar dan sangat literal. Klien mengalami revivifikasi, bukan sekedar hipermnesia. Efeknya tentu akan beda bila klien hanya hipermnesia. Saat mengalami hipermnesia klien hanya mengingat. Dengan demikian tidak akan jadi masalah bila klien ingatan klien lompat dari satu masa ke masa lain. Prosesnya sangat berbeda dengan revivifikasi.

Usai latihan kami membahas apa yang terjadi dalam pikiran B saat diregresi oleh A dan memberi saran, arahan, dan masukan kepada semua peserta apa yang perlu diperhatikan dan dicermati, terutama pilihan semantik, saat melakukan terapi atau regresi. Salah sedikit saja dalam hal semantik akan berakibat sangat serius bagi klien.

Hal yang tampak sangat sepele seperti yang diceritakan di atas ternyata berpengaruh sangat signifikan terhadap pikiran klien dan sangat memengaruhi proses dan hasil terapi.

Di awal karir saya sebagai hipnoterapis klinis saya juga pernah mengalami kondisi di mana saya telah berhasil meregresi klien ke satu kejadian spesifik di masa lalunya, bisa ISE atau SSE, sempat saya lakukan eksplorasi horizontal, namun tiba-tiba klien diam, tidak bisa menjawab pertanyaan saya, dan emosi yang tadinya ia rasakan intens tiba-tiba hilang tak berbekas.

Semula saya berpikir ada penolakan dari pikiran bawah sadar klien sehingga enggan mengungkap apa yang terjadi. Kembali saya meregresi klien, hasilnya sama. Saya ulangi lagi... hasilnya tetap sama. Emosi yang semula intens tiba-tiba hilang dan klien diam tidak bisa menjawab.

Ternyata saat itu secara tidak sengaja saya menggunakan semantik yang salah sehingga klien yang sudah berada di ISE atau SSE, tiba-tiba mengalami progresi kembali ke masa sekarang saat diterapi. Kesalahan kecil ini, yang efeknya sangat besar, terjadi akibat saya tidak cermat menggunakan satu atau dua kata saja. Benar.. hanya salah menggunakan satu atau dua kata, bukan satu kalimat.

Berikut ini adalah penjelasan apa yang terjadi. Setelah klien, sebut saja sebagai Ibu Susan, 45 tahun, diregresi ke kejadian paling awal yang menjadi penyebab munculnya masalah (ISE), terjadi dialog berikut:

Terapis: Ceritakan apa yang terjadi?

Klien : (sambil menangis) Aku takut…. Papa ribut sama mama….teriak-teriak…

Terapis : Siapa yang teriak-teriak?

Klien : Papa….

Terapis : Terus….

Klien   : Mama nangis….

Terapis :  Bu Susan sedang di mana waktu papa ribut sama mama? Di kamar atau ada di ruangan papa dan mama berada?

Klien   : ………….(diam, tidak bereaksi. Wajahnya yang tadinya tegang dan takut tiba-  tiba menjadi datar. Tidak lagi tampak ada emosi.)

Terapis : Bu Susan, ceritakan apa yang terjadi kemudian?

Klien   : ………… (tetap diam dan tidak bereaksi)

Terapis : Bu Susan, ceritakan apa yang terjadi kemudian?

Klien  : Tidak ada apa-apa Pak.

(Di sini terapis melakukan kesalahan kecil yang besar walau tidak disengaja. Kesalahannya ada pada penggunaan panggilan “Bu Susan”. Saat teregresi ke masa kecil maka klien adalah anak kecil. Saat dipanggil sebagai “Bu Susan” maka secara otomatis klien mengalami progresi atau maju dari kejadian saat kedua orangtuanya bertengkar ke masa sekarang, sebagai wanita dewasa. Kata “Bu” Susan ini secara tidak sengaja mengakibatkan terjadinya progresi spontan. Dan ini tidak disadari oleh terapis. Itu sebabnya klien yang tadinya sedang mengalami emosi intens tiba-tiba tidak lagi merasakan emosinya. Ia telah menjadi Ibu Susan yang dewasa, keluar dari kondisi revivifikasi, dan hanya mengalami hipermnesia.)

Kalimat tanya “Di kamar atau ada di ruangan papa dan mama berada?” ini juga salah karena sifatnya leading bukan guiding. Dalam hal ini terapis telah berasumsi. Dan secara teknis hal ini tidak dibenarkan.

Terapis yang bingung dengan kondisi klien yang tiba-tiba tidak bisa lagi menceritakan apa yang terjadi dan tidak merasakan emosi apapun kembali melakukan regresi dan klien mundur ke kejadian yang sama.)

Terapis: Ceritakan apa yang terjadi?

Klien : (klien menangis lagi) Aku takut…. Papa sama mama ribut….

Terapis : Terus….

Klien    : Mama nangis….

Terapis : Waktu itu Bu Susan sedang di mana saat papa ribut sama mama?

Klien   : ………….(diam, tidak bereaksi. Wajahnya yang tadinya tegang dan takut tiba-  tiba menjadi datar. Tidak lagi tampak ada emosi.)

(Terapis melakukan dua kesalahan yang berakibat klien mengalami progresi dan keluar dari kejadian (revivifikasi). Kata “waktu itu” secara semantik memaksa pikiran klien untuk melepas revivifikasi dan berpindah ke kondisi hipermnesia. Kata “waktu itu” juga membuat klien mengalami progresi dari kejadian di masa kecil yang sedang ia alami kembali ke masa sekarang saat ia sedang diterapi. Kesalahan kedua, penggunaan kata “Bu Susan”. Penjelasannya sama seperti yang di atas.)

Pengalaman berharga ini baik yang saya dan para alumni AWGI alami saat melakukan terapi kami kumpulkan, teliti, telaah, pelajari, perbaiki, kembangkan, sempurnakan, dan diajarkan di kelas SECH saat ini. Itu sebabnya di setiap angkatan SECH selalu ada update dan penyempurnaan teknik atau semantik. Dengan demikian semakin hari pengetahuan yang didapat oleh para peserta SECH selalu semakin berkembang dan adalah berdasar hasil riset terkini.

Inilah beberapa contoh kesalahan kecil tapi besar yang pernah saya lakukan di awal karir saya sebagai hipnoterapis. Dan ini juga yang menjadi alasan mengapa Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology mensyaratkan pelatihan SECH (Scientific EEG & Clinical Hypnotherapy) 100 jam tatap muka di kelas untuk menjadi hipnoterapis profesional. Ada begitu banyak hal yang harus diketahui, dipahami, dan dikuasai oleh hipnoterapis agar benar-benar cakap dan mampu melakukan hipnoterapi yang benar, efektif, dan efisien sesuai dengan standar lembaga AWGI.

Contoh di atas hanya membahas sebagian kecil dari teknik regresi. Ada begitu banyak hal yang perlu diketahui oleh hipnoterapis bila ia benar-benar ingin menguasai teknik regresi dan mampu mempraktikkannya dengan fasih, efektif, dan efisien. 

Materi yang juga dibahas secara mendalam dalam konteks regresi adalah semantik yang digunakan klien saat menceritakan pengalamannya. Dari analisis semantik klien, terapis dapat mengetahui dengan presisi di mana klien berada pada suatu saat. Apakah klien sudah mengalami regresi atau belum, apakah ia mengalami hipermnesia tipe 1 atau 2, atau revivifikasi tipe 1 atau 2? Apakah revivifikasi tipe 1 yang klien alami sifatnya complete atau partialDan dengan menggunakan semantik ini terapis dengan mudah menggeser kondisi kesadaran klien sehingga bisa berpindah dari hipermnesia ke revivifikasi dan sebaliknya, sesuai dengan kebutuhan terapi dan teknik yang digunakan. 

Saya butuh minimal setengah hari untuk mengajar teknik regresi secara lengkap dan mendalam. Ini belum termasuk waktu yang dibutuhkan untuk melakukan praktik di kelas dengan supervisi yang ketat oleh para asisten.

_PRINT   _SENDTOFRIEND

Upcoming Events
Counter
Online2
Hari ini591
Sepanjang masa34.524.561
1 Facebook
2 Youtube
3 Instagram
4 Quantum Morphic Field Relaxation
5 Asosiasi Hipnoterapi Klinis Indonesia
6 The Heart Technique