Kondisi Hipnosis, Pikiran Sadar, Faktor Kritis, dan Pikiran Bawah Sadar

19 Juni 2013 17:55

Saya awali artikel ini dengan mengutip definisi hipnosis yang dilansir oleh Departemen Pendidikan Amerika, “Hypnosis is the bypass of the critical factor of the conscious mind dan followed by the establishment of acceptable selecive thingking”, yang bila diterjemahkan menjadi “Hipnosis adalah penembusan faktor kritis dari pikiran sadar dan diikuti dengan diterimanya sugesti atau pemikiran tertentu (oleh pikiran bawah sadar).”

Dengan demikian, hipnosis hanya bisa terjadi bila ada penembusan faktor kritis (critical factor) dan diikuti dengan diterimanya sugesti atau pemikiran tertentu oleh pikiran bawah sadar.

Berkenaan dengan definisi di atas saya sempat membaca dan mendengar beberapa pendapat yang mengatakan:

-  saat dalam kondisi hipnosis subjek tidak sadar.

-       saat faktor kritis berhasil ditembus maka pikiran sadar langsung nonaktif (off).

-       faktor kritis terletak di pikiran sadar.

-       faktor kritis bekerja demi kepentingan pikiran sadar.

-      saat dalam kondisi hipnosis pikiran bawah sadar berkomunikasi langsung dengan operator / terapis tanpa melalui pikiran sadar.

Melalui artikel ini saya akan menyampaikan beberapa hal penting dalam kaitan dan keterhubungan antara kondisi hipnosis, kerja pikiran sadar, faktor kritis, dan pikiran bawah sadar.

Pikiran sadar dan pikiran bawah sadar, saat seseorang dalam kondisi sadar normal, selalu aktif bersamaan (paralel), masing-masing dengan proses dan dinamikanya sendiri dan saling memengaruhi. Pikiran bawah sadar selalu aktif selama dua puluh empat jam sehari, tujuh hari seminggu, dan tiga ratus enam puluh lima hari setahun. Saat pikiran bawah sadar nonaktif atau berhenti maka saat itu pula kita meninggal.

Pikiran sadar aktif dan nonaktif bergantung situasi. Saat seseorang tidur, pingsan, atau kehilangan kesadaran akibat obat bius/anestesi maka pikiran sadarnya nonaktif, namun pikiran bawah sadar tetap aktif. Setiap kali pikiran sadar nonaktif, faktor kritis juga ikut nonaktif.

Dan satu hal yang perlu dicermati yaitu saat faktor kritis berkurang keaktifannya atau total nonaktif hal ini tidak berarti pikiran sadar juga nonaktif. Faktor kritis adalah salah satu komponen dari pikiran sadar dengan fungsi sangat spesifik yaitu sebagai penjaga data yang ada di pikiran bawah sadar (memori) agar tidak dapat diganti, dipengaruhi, dimodifikasi, atau diubah dengan mudah.

Faktor kritis melakukan tugasnya dengan cara secara terus menerus membandingkan data baru, yang akan masuk, dengan data lama yang telah ada di memori.

Bila data baru ini sejalan dan menguatkan data lama maka dapat masuk dengan mudah ke pikiran bawah sadar, diterima, dan digabungkan dengan data yang telah ada. Bila sebaliknya, data baru ini ternyata bertentangan dengan data lama maka data ini pasti akan ditolak. Penolakan terhadap data baru ini dilakukan bukan dengan membuang atau meniadakan data ini tapi dengan cara tetap menerima data baru ini dan disimpan di satu bagian memori yang khusus berisi data-data yang tidak atau belum bisa digunakan.

Dengan demikian faktor kritis sebenarnya bekerja untuk pikiran bawah sadar, bukan pikiran sadar. Sebagian dari faktor kritis terletak di pikiran sadar dan sebagian lagi di pikiran bawah sadar.

Dalam proses hipnoterapi agar dapat berkomunikasi lancar dengan pikiran bawah sadar, tanpa gangguan dan intervensi dari pikiran sadar, maka hipnoterapis perlu mengurangi keaktifan dan bila perlu men-nonaktif-kan faktor kritis. Keaktifan faktor kritis berada pada satu garis kontinum, di ujung satu adalah kondisi aktif sepenuhnya dan di ujung yang lain adalah nonaktif. Jadi, bukan seperti tombol On-Off. Seberapa jauh pergeseran terjadi dari ekstrim satu ke yang lainnya, dari aktif sepenuhnya ke nonaktif, bergantung pada motivasi klien, rapport, dan kecakapan terapis.    

Dalam proses hipnoterapi, terapis membantu klien mengurangi keaktifan atau men-nonaktif-an faktor kritis klien sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu atau mengintervensi proses yang dijalani klien. Dan sedalam apapun kondisi hipnosis yang berhasil dicapai klien, ia tetap sadar sepenuhnya karena pikiran sadarnya masih tetap aktif.

Proses komunikasi antara terapis dan pikiran bawah sadar klien, yang sebelumnya “terganggu” oleh faktor kritis, kini menjadi leluasa. Pikiran bawah sadar memberikan jawaban kepada terapis tetap harus melalui pikiran sadar. Bila pikiran sadar nonaktif maka klien tidak dapat mendengar suara terapis dan atau memberi respon secara verbal. Pikiran sadar berfungsi sebagai gerbang yang menghubungkan dunia di luar diri klien dengan dunia di dalam dirinya. Bila gerbang ini tertutup (baca: pikiran sadar nonaktif) maka tidak mungkin bisa terjadi komunikasi. Kondisi ini sama halnya bila kita mengajak bicara orang yang sedang tidur.

Dalam beberapa kejadian ada klien yang masuk ke kondisi relaksasi pikiran yang begitu dalam hingga akhirnya tertidur. Terapis tidak bisa berkomunikasi dengan klien karena pikiran sadarnya nonaktif. Satu-satunya cara agar dapat kembali terjadi komunikasi adalah dengan sedikit menggoyang tubuh klien, biasanya dengan sentuhan di pundak, sambil memanggil nama klien agar ia keluar dari kondisi tidur ke kondisi hipnosis.

_PRINT   _SENDTOFRIEND

Upcoming Events
Counter
Online3
Hari ini101
Sepanjang masa34.522.843
1 Facebook
2 Youtube
3 Instagram
4 Quantum Morphic Field Relaxation
5 Asosiasi Hipnoterapi Klinis Indonesia
6 The Heart Technique