Pemahaman Tentang Pain & Pleasure yang Kurang Tepat

8 April 2013 08:46

Saya sering mendengar pernyataan bahwa manusia termotivasi oleh dua emosi mendasar yaitu menghindari rasa sakit (PAIN) dan mengejar kesenangan (PLEASURE). Berdasar pemahaman ini, seorang rekan, menerapkan teknik Pain-Pleasure untuk mengatasi masalah enuresis (mengompol saat tidur) yang dialami anaknya yang berusia 5 tahun. 

Apa yang dilakukan rekan ini? 

Ia menunggu sampai pagi hari dan memeriksa apakah anaknya masih mengompol. Ternyata, seperti perkiraannya, anaknya masih juga mengompol. Dan tanpa banyak bicara rekan ini langsung menyiram anaknya dengan air dingin satu ember. Tentu saja anaknya kaget bukan main karena tidak menyangka akan mendapat guyuran air dingin. 

Mengapa ia melakukan hal ini? 

Menurutnya, si anak pasti akan menghindari rasa sakit (Pain) yaitu disiram air dingin. Dan untuk mengejar rasa senang (Pleasure) yaitu bisa bangun nyaman dan tidak disiram air dingin maka ia akan berhenti mengompol. 

Apakah sesederhana ini solusinya?

Tentu tidak. Saya bisa menulis kisah ini karena rekan ini akhirnya menghubungi saya. Ternyata setelah disiram air dingin masalah anaknya malah bertambah. Kalau sebelumnya, masalah si anak hanya mengompol, sekarang ditambah lagi trauma dengan air.

Saat saya tanya dari mana ia belajar teknik “guyur air dingin seember” untuk mengatasi enuresis ia menjelaskan bahwa ia belajar teknik ini dari rekannya. Saat tanya lagi apakah rekannya sudah pernah mencoba teknik ini dan bagaimana hasilnya, ia menjawab tidak tahu. 

Saya katakan bahwa pemahamannya tentang pain dan pleasure tidak tepat. Karena pemahamannya salah dan diaplikasikan menjadi teknik terapi maka hasilnya pasti juga salah atau tidak baik. 

Lalu, apakah yang dimaksud dengan Pain dan Pleasure dari perspektif ilmu pikiran?

Teori Pain dan Pleasure ini berasal dari psikologi Behaviorisme yang penelitiannya menggunakan hewan, bukan manusia.  Hewan tidak bisa berpikir dan hanya bereaksi secara instingtif. Sedangkan manusia adalah makhluk yang sangat kompleks dan memiliki kemampuan berpikir. Tokoh yang sangat terkenal dalam aliran psikologi ini adalah BF Skinner dengan Operant Conditioning.

Rasa sakit (Pain) dan rasa senang (Pleasure) dipahami di dua level, level pikiran sadar dan bawah sadar. Di level pikiran sadar rasa sakit adalah sesuatu yang tidak menyenangkan atau mengakibat penderitaan. Sedangkan rasa senang adalah sesuatu yang menimbulkan rasa bahagia, aman, atau nyaman. Pain dan Pleasure ini dirasakan baik secara fisik maupun mental/emosi.  

Di level pikiran bawah sadar lain  pula ceritanya karena pain dan pleasure punya makna yang berbeda. Pain atau rasa sakit bukan sekedar penderitaan atau sakit yang dialami atau dirasakan seseorang. Pain, di level pikiran bawah sadar, lebih merujuk pada sesuatu yang tidak dikenal (unknown). Sedangkan bila sesuatu itu dikenal (known) walaupun mengakibatkan rasa sakit atau penderitaan akan dimaknai sebagai hal yang menyenangkan atau pleasure. 

Keluar dari zona kenyamanan (comfort zone), yang sebenarnya tidak nyaman, adalah penderitaan (pain) karena yang di luar itu tidak dikenal (unknown) oleh pikiran bawah sadar. Sedangkan sesuatu yang dikenal (known) oleh pikiran bawah sadar walaupun mengakibatkan penderitaan dimaknai sebagai pleasure. 

Ini yang menjadi alasan mengapa ada orang yang tidak berani pindah kerja walaupun ia merasa tidak puas dengan karirnya sekarang. Walaupun merasa tidak puas ia merasa “nyaman” (pleasure) karena ia mengenal (known) hal yang tidak nyaman ini. Sedangkan kalau harus memulai karir baru adalah tidak menyenangkan (pain) karena tidak ia kenal (unknown). 

Saya juga pernah bertemu dengan seorang wanita cantik, cerdas, dan punya karir yang bagus. Sudah delapan tahun ia menjalin kasih dengan pria yang keras, semaunya sendiri, dan suka melakukan kekerasan baik verbal dan fisik (abusive). Namun saat saya tanya mengapa ia tidak putuskan saja hubungan ini dan menjalin relasi baru dengan orang yang lebih bisa menghargai dirinya, ia memberi jawaban yang tanpa ia sadari namun secara gamblang menjelaskan kerja Pain dan Pleasure. 

Wanita ini berkata bahwa ia telah pacaran selama delapan tahun. Ia sudah cukup mengenal pacarnya ini dan berharap suatu saat nanti pacarnya berubah. Menurutnya, usianya saat ini juga sudah tidak muda. Bila harus memulai relasi dengan pria lain maka ini membutuhkan waktu yang tidak sedikit sampai ke komitmen untuk berkeluarga. Dan belum tentu pria baru ini akan lebih baik dari pacarnya saat ini. Bisa jadi lebih buruk. Yang lebih luar biasa lagi adalah sampai saat ini pacarnya belum bersedia memberi komitmen bahwa mereka akan menikah. 

Dari sini dapat disimpulkan bahwa sesuatu yang menyakitkan tapi dikenal dengan sangat baik oleh pikiran bawah sadar diberi makna sebagai Pleasure, bukan Pain. 

_PRINT   _SENDTOFRIEND

Upcoming Events
Counter
Online2
Hari ini136
Sepanjang masa34.522.878
1 Facebook
2 Youtube
3 Instagram
4 Quantum Morphic Field Relaxation
5 Asosiasi Hipnoterapi Klinis Indonesia
6 The Heart Technique