Trance Logic

23 November 2012 20:42

Manusia punya tiga jenis pikiran, sadar, bawah sadar, dan nirsadar. Setiap pikiran memiliki fungsi, sifat, dan karakter yang berbeda. Ada banyak artikel yang ditulis oleh para pakar hipnoterapi mengenai hal ini. Dalam artikel ini saya akan mengulas salah satu karakteristik pikiran bawah sadar yang hanya bisa muncul saat seseorang dalam kondisi deep trance (somnambulisme) yaitu trance logic.

Dalam percakapan sehari-hari bila kita mendengar kata “logika” maka yang dimaksud adalah logika dari pikiran sadar atau conscious logic. Sangat jarang, atau hampir tidak pernah ada, dalam diskusi mengenai logika, sejauh yang saya ketahui, membahas logika pikiran bawah sadar atau trance logic.

Conscious logic dan trance logic bekerja dengan hukum yang berbeda. Sesuatu yang logis menurut conscious logic belum tentu logis menurut trance logic. Demikian pula sebaliknya.

Misalnya, menurut conscious logic satu tambah satu sama dengan dua. Menurut trance logic, belum tentu. Menurut trance logic satu tambah satu bisa sama dengan lima.

Jadi, apa itu trance logic?

Istilah trance logic pertama kali digunakan oleh Orne (1959). Trance logic adalah karakteristik penting dalam deep psychology yang hanya bisa muncul atau diakses saat subjek/klien berada dalam kondisi deep trance.

Trance logic adalah kemampuan seseorang, dalam kondisi hipnosis yang dalam, menoleransi, dan tanpa merasa terganggu, keberadaan dua atau lebih persepsi atau ide yang secara logika sadar tidak konsisten.

 

Fenomena dalam trance logic biasanya melibatkan dua persepsi: satu persepsi yang dipengaruhi sugesti yang diberikan dalam kondisi hipnosis dan satu lagi persepsi yang murni berdasar input sensori. Dengan kata lain dengan trance logic kita dapat mencampur atau menggabungkan dengan bebas persepsi yang berasal dari realita dan imajinasi (realita hasil sugesti)

 

Contohnya, subjek dihipnosis dan disugesti bahwa ia melihat seseorang, misal A. Setelah subjek ”melihat” A, yang sebenarnya adalah objek halusinasi visual positif, A yang asli diminta berdiri di depan subjek. Dalam hal ini subjek akan melaporkan ada dua A yang persis sama berdiri di depannya dan bisa menerima inkonsistensi ini.

 

Bisa juga terjadi double hallucination di mana subjek disugesti tidak melihat orang di sekitarnya (halusinasi visual negatif) dan melihat seseorang, yang sebenarnya tidak ada (halusinasi visual positif).

 

Trance logic, bila dipahami dengan benar, akan sangat bermanfaat dalam proses terapi. Misalnya saat diregresi klien berhadapan dengan orang yang menyakitinya. Klien yang kecil, misal berusia lima tahun, tidak berani melawan karena merasa dirinya kecil. Ia tidak berani mengutarakan pendapat dan perasaannya. Klien merasa lemah dan tidak berdaya.

 

Terapis bisa mensugestikan tubuh klien menjadi besar, semakin besar, dan tubuh pelaku yang menyakiti klien menjadi semakin kecil dan kecil, hingga akhirnya klien  dengan tubuh yang besar berhadapan dengan pelaku dengan tubuh yang kecil. Dari sini timbul keberanian dalam diri klien kecil untuk menghadapi si pelaku.

 

Dalam kondisi sadar normal hal ini sudah tentu ditolak logika pikiran sadar Logika pikiran sadar menolak realita tubuh seseorang bisa membesar atau mengecil. Namun karena ini semua terjadi di kondisi deep trance, yang mana logika yang aktif saat itu adalah trance logic, maka hal ini bisa diterima sebagai satu hal yang wajar, benar, dan masuk akal.

 

Trance logic juga sangat efektif digunakan untuk melakukan rewriting history. Misalnya klien dewasa yang takut bicara di depan umum ternyata akar masalahnya bersumber dari kejadian waktu di SD kelas 1. Saat itu ia diminta menyanyi di depan kelas ia tidak bisa menyanyi atau tersendat-sendat karena lupa syair lagu sehingga ditertawakan teman-temannya. Sudah tentu pengalaman ini membekas di hatinya dan terbawa sampai dewasa.

 

Setelah melalui proses terapi dengan menggunakan teknik khusus, terapis dapat membantu klien dengan melakukan rewriting history. Dalam hal ini klien kecil, SD kelas 1, diminta membuat persiapan matang dengan menghapalkan lagu yang akan ia nyanyikan di depan kelas. Setelah lagu ini dikuasai dengan baik, klien diminta bernyanyi di depan kelas dengan lancar dan mendapat tepuk tangan dari rekan-rekannya.

 

Penerimaan inkonsistensi realita oleh trance logic berbeda dengan inkonsistensi perilaku di mana seseorang, yang katanya cinta damai, melakukan aksi protes menggunakan kekerasan demi mencipta kedamaian.

 

Trance logic yang sangat besar manfaatnya dalam proses hipnoterapi misalnya untuk restrukturisasi kejadian traumatik, dan atau rekonstruksi memori dan pengalaman sehingga mampu memberdayakan klien secara luar biasa sayangnya hanya bisa diakses saat seseorang berada di kedalaman somnambulisme atau deep trance. 

 

_PRINT   _SENDTOFRIEND

Upcoming Events
Counter
Online2
Hari ini1.234
Sepanjang masa34.530.876
1 Facebook
2 Youtube
3 Instagram
4 Quantum Morphic Field Relaxation
5 Asosiasi Hipnoterapi Klinis Indonesia
6 The Heart Technique