The only hypnotherapy school in Indonesia approved by American Council of Hypnotist Examiners (ACHE), USA
Dalam hipnoterapi berbasis hipnoanalisis, sangatlah penting untuk dapat mengungkap kejadian paling awal (ISE - Initial Sensitizing Event) dan kejadian-kejadian lanjutan (SSE - Subsequent Sensitizing Event) yang menjadi akar masalah—penyebab utama muncul, bertahan, dan berkembangnya simtom yang dialami klien. Saat ISE dan SSE berhasil diproses tuntas, simtom hilang dengan sendirinya.
Setiap hipnoterapis tentu berharap bahwa proses pengungkapan informasi dari Pikiran Bawah Sadar (PBS) dapat berjalan secara mudah dan lancar. Namun faktanya, dalam praktik klinis, sering dijumpai situasi di mana informasi yang seharusnya dapat diakses justru tertahan—sulit muncul, bahkan tidak terungkap sama sekali. Ketika diberikan pertanyaan eksploratif, klien berulang kali menjawab, “Tidak tahu.”
Ada banyak faktor yang mengakibatkan kondisi ini, antara lain:
- Klien tidak berada di kedalaman hipnosis yang menjadi syarat dilakukan hipnoanalisis secara efektif dan optimal,
- Klien, karena alasan tertentu, merasa tidak nyaman atau takut dengan terapis atau proses hipnoterapi yang ia jalani,
- PBS memilih untuk "mengubur" data tersebut demi menjaga keberlangsungan keseimbangan psikologis klien, terutama jika data itu berkaitan dengan pengalaman yang secara moral, sosial, atau emosional dianggap sangat tidak dapat diterima.
- PBS secara aktif menahan akses terhadap memori karena adanya emosi intens seperti rasa bersalah, malu, takut, atau trauma yang belum terselesaikan,
- Klien analitis atau overthinking, tidak mengizinkan dirinya untuk rileks sehingga PS (Pikiran Sadar) terus aktif dan menghambat proses pengungkapan informasi,
- Klien memiliki kepercayaan (belief) yang membatasi, seperti keyakinan bahwa masa lalu tidak relevan, atau bahwa mengungkap masa lalu justru berbahaya,
- Adanya trauma berat yang menciptakan disosiasi, sehingga memori kejadian terekam dan terputus dari akses normal,
- Protokol penggalian data tidak disesuaikan dengan struktur pengalaman subjektif klien, sehingga tidak membangun jembatan komunikasi yang efektif dengan PBS.
- Dan masih banyak lagi alasan PBS menolak mengungkap data yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah klien.
Selain faktor-faktor yang telah dijelaskan di atas, bila ditilik dari pola gelombang otak, terdapat kondisi khusus yang juga bersifat menghambat proses pengungkapan data dari PBS: alpha blocking.
Saya pertama kali mendengar dan belajar tentang alpha blocking dari guru saya, alm. Anna Wise, tahun 2009 di Berkeley, Amerika, saat saya mendalami The Awakened Mind menggunakan mesin EEG khusus Mind Mirror.
Selanjutnya, saya menggunakan Mind Mirror untuk melakukan uji coba dan pengukuran gelombang otak pada banyak subjek di Indonesia, dan memvalidasi pola gelombang otak yang mengakibatkan alpha blocking.
Alpha blocking adalah kondisi neurofisiologis di mana amplitudo gelombang alfa (8–12 Hz) menurun drastis atau bahkan terhambat total. Gelombang alfa berperan sebagai jembatan antara pikiran sadar (beta) dan pikiran bawah sadar (theta–delta). Ketika gelombang alfa terhambat, proses transfer dan integrasi informasi dari level bawah sadar ke pikiran sadar menjadi terganggu.
Varian dari alpha blocking adalah pola gelombang otak yang dinamakan repressed content. Pada pola ini, gelombang theta sangat aktif–menandakan ada konten PBS yang sedang berusaha naik, tapi terhambat oleh jembatan alfa yang menyempit atau menutup.
Dalam konteks hipnoterapi, terutama yang menggunakan pendekatan hipnoanalisis, alpha blocking menjadi tantangan serius. Walaupun klien terlihat berada dalam kondisi hipnosis dalam, namun dalam kenyataannya akses terhadap memori atau data bawah sadar menjadi tertutup atau terblokir, sehingga proses penggalian informasi yang dibutuhkan untuk penyembuhan menjadi sangat terbatas.
Bila saya tidak belajar The Awakened Mind dan tidak memiliki mesin EEG Mind Mirror, saya tidak akan pernah tahu tentang alpha blocking. Dari sekian banyak buku yang saya pelajari, berbagai pelatihan yang telah saya ikuti di luar negeri, tidak pernah sekalipun ada yang membahas tentang alpha blocking, kecuali di kelas The Awakened Mind.
Biasanya, bila sampai terjadi klien menjawab "Tidak tahu" berulang kali, kami, hipnoterapis AWGI, akan melakukan beberapa teknik khusus untuk dapat menjangkau lebih dalam dan menarik keluar data dari PBS. Bila segala cara telah diupayakan dan klien tetap menjawab "Tidak tahu", sangat perlu dicurigai klien mengalami alpha blocking.
Alpha blocking sejatinya adalah manifestasi dari resistensi PBS. Terdapat dua strategi yang bisa dilakukan untuk membuka alpha blocking, yaitu melalui edukasi PBS untuk mengatasi resistensi, dan melalui jalur fisik.
Proses edukasi PBS untuk menurunkan resistensi sehingga data bisa diungkap membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Ini tentunya akan sangat menyita waktu yang telah dialokasikan untuk terapi. Untuk itu, saya lebih memilih menggunakan jalur fisik, yaitu dengan memanfaatkan keterhubungan antara tubuh fisik dan PBS, kami bisa membuka jalur alpha dengan cepat sehingga data bisa segera terungkap.
Walau alpha blocking sangat jarang ditemukan di ruang praktik, saya tetap mengajarkan teknik khusus untuk membuka blocking ini kepada para hipnoterapis AWGI. Ini sebagai antisipasi bila suatu saat mereka bertemu kondisi ini di ruang praktik, mereka tahu apa yang harus dilakukan untuk membuka alpha blocking guna menarik keluar data yang dibutuhkan dari PBS.
Beberapa hipnoterapis AWGI melaporkan bahwa ada klien mereka yang mengalami alpha blocking. Setelah mereka menggunakan teknik untuk membuka blocking ini, data yang tadinya tidak bisa naik karena terhambat oleh rendahnya amplitudo alpha—sehingga klien selalu menjawab "tidak tahu"—tiba-tiba langsung bisa diketahui oleh klien. Selanjutnya proses pengungkapan data menjadi lancar, ISE dan SSE berhasil ditemukan dengan mudah.
Bila proses pengungkapan informasi dari PBS terhambat, ISE dan SSE tidak berhasil ditemukan, maka sesi hipnoterapi yang dilakukan bisa dikatakan mengalami hambatan serius dan belum tuntas secara terapeutik.