The only hypnotherapy school in Indonesia approved by American Council of Hypnotist Examiners (ACHE), USA

Artikel


Jeda Antara Dua Pikiran dan Kesadaran Murni

22 Oktober 2024
Jeda Antara Dua Pikiran dan Kesadaran Murni

Sejak bangun tidur hingga kembali tidur, pikiran senantiasa aktif. Ia bekerja dalam dua mode: diarahkan secara sadar atau dibiarkan bebas. Pada mode pertama, individu secara aktif menggunakan dan mengarahkan pikirannya untuk memikirkan hal-hal yang diinginkan. Dengan demikian, pikiran menjadi alat yang sangat baik bagi individu tersebut.

Sementara, pada mode kedua, jika pikiran tidak diarahkan secara sadar, dibiarkan bebas, ia akan memikirkan hal-hal yang diinginkannya sendiri. Hal ini seringkali tidak baik atau tidak produktif.

Dalam kondisi tertentu, seseorang bisa "kehilangan" kendali atas pikirannya. Meskipun ia berusaha secara sadar mengarahkan pikirannya untuk fokus pada hal tertentu, pikirannya tetap berjalan menurut kehendaknya sendiri. Hal ini bisa berdampak buruk pada kesejahteraan individu.

Untuk dapat mengendalikan dan mengarahkan pikiran, ia harus dilatih secara sadar dan konsisten. Melatih pikiran dilakukan dengan membuatnya fokus pada satu objek tertentu. Objek ini bisa berupa napas, gerakan perut, kalimat atau kata tertentu, atau objek lainnya.

Saat pikiran dapat dibuat fokus hanya pada satu objek, cepat atau lambat ia akan menjadi tenang. Dalam kondisi tenang ini, gerak pikiran yang tadinya begitu cepat akan melambat, sangat lambat, hingga akhirnya berhenti. Dalam kondisi ini, individu dapat menyadari bahwa sejatinya terdapat jeda di antara dua pikiran.


Jeda Antara Dua Pikiran

Jeda antara dua pikiran mengacu pada momen singkat di mana satu pikiran berakhir dan sebelum pikiran berikutnya muncul. Dalam kondisi normal, pikiran kita biasanya mengalir terus-menerus tanpa henti. Namun jika kita mengamati dengan cermat, ada jeda singkat di antara setiap pikiran, suatu saat keheningan di mana tidak ada aktivitas pikiran sama sekali. Jeda ini adalah pintu menuju kesadaran murni.

Jeda ini bukan sekadar absennya pikiran, melainkan momen di individu berada di kesadaran murni. Dalam jeda ini, tidak ada identifikasi dengan pikiran atau perasaan, hanya ada kesadaran yang murni nan hening. Banyak tradisi spiritual dan praktik meditasi memandang jeda ini sebagai momen penting untuk mengalami kesadaran yang lebih dalam, karena dalam keheningan ini kita dapat menyentuh inti dari kesadaran kita.


Kesadaran Murni

Kesadaran murni adalah esensi dasar dari kesadaran, di mana seseorang sepenuhnya sadar akan dirinya tanpa teridentifikasi dengan pikiran, emosi, atau rangsangan eksternal. Kondisi ini melampaui aktivitas mental dan membawa individu pada kesadaran mendalam yang bebas dari gangguan pikiran atau reaksi emosional. Dalam banyak ajaran spiritual, kesadaran murni dianggap sebagai fondasi pengalaman manusia sejati, yang jika diakses, dapat membawa transformasi hidup yang lebih damai, jernih, dan terpenuhi.

Kesadaran murni tidak bisa diakses ketika pikiran aktif, karena saat pikiran aktif, individu "terlepas" dari kesadaran murni. Kesadaran murni hanya dapat diakses saat pikiran tidak aktif—yaitu saat jeda antara dua pikiran. Kesadaran murni dapat dikenali melalui rasa dan pengalaman batin. Saat seseorang mengakses kesadaran murni, ia merasakan kondisi keheningan yang indah, kedamaian tak terlukiskan, rasa syukur mendalam, dan kepasrahan total.

Kesadaran murni dan jeda antara dua pikiran adalah kondisi alami yang bisa diakses oleh siapa saja yang bersedia melatih kehadiran dan perhatian. Dengan meditasi, pengamatan pikiran yang penuh kesadaran, dan latihan lainnya, kita bisa mulai memperpanjang jeda di antara pikiran, memungkinkan kita untuk mengakses kesadaran yang lebih dalam. Saat kita terhubung dengan kesadaran murni, hidup kita akan dipenuhi dengan lebih banyak kedamaian, kejelasan, dan kebebasan. Transformasi ini terjadi bukan dari luar, tetapi dari dalam, dari cara kita berhubungan dengan pikiran, emosi, dan dunia di sekitar kita.

Pada akhirnya, kesadaran murni membantu kita menyadari bahwa kunci kebahagiaan dan kepuasan tidak terletak pada pencapaian eksternal, tetapi pada kesederhanaan menjadi hadir di saat ini.

_PRINT