The only hypnotherapy school in Indonesia approved by American Council of Hypnotist Examiners (ACHE), USA
Seorang kawan SD, setelah 25 tahun berpisah, baru-baru ini bertemu dalam seminar saya. Sudah tentu saya kaget dan senang sekali bertemu dengannya. Dan saat kawan ini bertanya, “Masih ingat saya?” Sudah tentu saya masih ingat sambil menyebut nama kawan saya ini. Sekarang gantian kawan saya yang kaget kok saya masih ingat namanya.
Setelah saling bertukar sapa dan kabar kawan saya bertanya, “Di, apa sih yang sebenarnya kamu lakukan? Khususnya yang berhubungan dengan terapi?”
Nah, ini pertanyaan yang singkat tapi membutuhkan jawaban yang panjang. Setelah berpikir cepat, dan karena keterbatasan waktu, saya akhirnya memberikan penjelasan yang to the point mengenai Scientific EEG and Clinical Hypnotherapy.
Apa sih yang dilakukan terapis terhadap klien?
Untuk mudahnya begini. Kita ibaratkan pikiran seperti necktop computer. Saat komputer kita bermasalah atau bekerja tidak seperti yang kita harapkan, ada gangguan, dan kita tidak bisa membereskannya sendiri maka kita akan meminta bantuan orang lain, yang ahli di bidang komputer, untuk mencari tahu apa yang terjadi dan sekaligus membereskan masalahnya.
Nah, terapi itu ibarat saya melakukan otak-atik pada program yang ada di drive C, di folder Program Files. Untuk bisa masuk ke dalam komputer sudah tentu saya harus mendapat ijin dari administrator. Jika administrator tidak mengijinkan maka saya tidak bisa masuk. Karena untuk masuk dibutuhkan login password yang hanya diketahui oleh administrator. Jika saya diijinkan maka admin akan memberikan saya password sehingga saya bisa masuk dengan leluasa.
Setelah berhasil masuk, berdasar informasi yang saya dapatkan dari administrator, saya mulai melakukan otak-atik. Saya mencari tahu apa yang tidak beres dengan komputer ini. Program mana yang bermasalah. Apakah masalahnya ada di program aplikasi ataukah justru di operating system? Apakah masalah muncul karena terjadi perubahan setting yang dilakukan oleh administrator baik secara disengaja atau tidak ataukah perubahan ini dilakukan oleh orang lain tanpa sepengetahuan admin? Atau mungkin ada virus? Saya bisa juga melakukan pemeriksaan melalui Control Panel.
Semua kemungkinan bisa terjadi. Dengan pengalaman dan ditunjang dengan berbagai tools yang tersedia maka saya bisa melakukan scanning dengan cepat untuk menemukan sumber masalah. Setelah berhasil ditemukan maka tinggal diputuskan apakah file/program yang bermasalah ini apakah akan di-delete, dikarantina, di-repair, di-uninstall, atau bahkan di-upgrade. Mengapa perlu upgrade? Karena bisa jadi program yang dulunya bekerja sangat baik, dan hingga saat ini juga tetap sangat baik, menjadi bermasalah karena tidak mampu memenuhi tuntutan kebutuhan yang semakin berkembang. Dengan kata lain program ini telah obsolete.
Jika ditemukan virus maka virus ini akan di-delete dan segera dipasang anti virus, jika sebelumnya belum ada program anti virus. Jika sudah ada tapi tetap bisa terinfeksi berarti virus definition perlu diupdate secara berkala.
Setelah selesai melakukan perbaikan maka saya perlu memastikan bahwa perubahan yang telah dilakukan akan bersifat permanen. Caranya adalah dengan memproteksi perubahan ini, misalnya dengan mengubah atribut file menjadi “read only” sehingga tidak bisa dimodifikasi tanpa sepengetahuan administrator. Bisa juga saya memasang program tertentu sehingga bila ada yang mau melakukan modifikasi program tanpa ijin administrator maka akan muncul peringatan.
Pembaca, apa yang saya ceritakan di atas, mengenai komputer, sebenarnya serupa dengan terapi yang saya lakukan pada klien saya. Klien datang ke terapis karena masalah yang tidak bisa ia selesaikan sendiri. Di tahap awal klien akan menceritakan masalahnya dan terapis akan mencatat serta bertanya hal-hal yang perlu ia ketahui. Proses ini dikenal dengan wawancara atau ada yang menyebutnya dengan anamnesa.
Setelah dirasa cukup terapis selanjutnya akan meminta persetujuan dan kesediaan klien untuk merilekskan pikiran (klien) dengan tuntunan terapis. Persetujuan ini sangat penting karena jika klien tidak bersedia maka terapis tidak akan bisa masuk ke pikiran bawah sadar klien (drive C). Saat klien merilekskan pikirannya maka gelombang otaknya akan turun dari yang dominan beta menjadi dominan theta dan delta yang sebenarnya merupakan lokasi penyimpanan memori dan emosi.
Penting bagi klien untuk bisa turun ke theta dan delta karena saat beta sudah sangat minim maka pada kondisi ini ibaratnya berbagai program yang tidak dibutuhkan sudah berhasil dinonaktifkan sehingga tidak menganggu proses perbaikan yang dilakukan. Jika masih ada banyak program yang aktif maka komputer bisa berjalan lambat dan tersendat-sendat. Penonaktifan program ini mirip dengan kita menekan tombol Ctrl-Alt-Del yang akan memunculkan Windows Task Manager. Dari sini kita bisa melakukan End Task pada program yang tidak kita butuhkan.
Terapi dilakukan dengan menggunakan teknik yang spesifik untuk mencari dan menemukan segmen memori tertentu yang ada di pikiran bawah sadar. Perintah search dilakukan dengan bertanya langsung ke pikiran bawah sadar, bisa menggunakan Ego State/Parts Therapy, bisa menggunakan Affect Bridge, Somatic Bridge, Regression (ada banyak cara), mimpi (dream therapy), atau teknik-teknik lainnya.
Setelah memori (baca: program) yang menjadi sumber masalah berhasil ditemukan maka langkah selanjutnya adalah memproses emosi yang melekat pada memori ini. Sebenarnya memori sendiri tidak akan jadi masalah. Yang membuat hidup kita susah adalah emosi khususnya emosi negatif.
Saat menemukan memori itu kita akan tahu history program: siapa yang memasang program, kapan dipasang, sudah mengalami update berapa kali, dan seterusnya dan kapan pertama kali program ini aktif. Saat pertama kali program dipasang maka ini dikenal dengan istilah initial sensitizing event atau ISE. Update selanjutnya adalah subsequent sensitizing event (SSE). Dan saat program mulai aktif bekerja dikenal dengan istilah activating event (AE).
Proteksi yang diberikan agar program yang telah berhasil diperbaiki tidak dapat dimodifikasi tanpa seijin administrator disebut dengan advanced reinforcement dengan sugesti pascahipnosis yang bersifat self-reinforcing dan self-sustained. Hal ini termasuk tindakan pencegahan agar klien, baik disengaja maupun tidak, tidak dapat kembali lagi ke pola lamanya. Bila terpaksa dan dirasa perlu maka proteksi ini juga dilakukan terhadap administrator. Admin, tanpa seijin terapis, tidak akan bisa melakukan modifikasi pada program yang telah diproteksi.
Anda mungkin akan bertanya, “Ah… masa sih terapi yang Bapak lakukan seperti otak-atik komputer?
Memang demikianlah adanya. Saya bahkan pernah me-recover data-data penting dari pikiran seorang klien karena mengalami amnesia yang dipaksakan oleh “seseorang”. Dan ini saya lakukan secara live di dalam kelas pelatihan QHI angkatan 4 di Jakarta dan disaksikan 25 peserta workshop dan beberapa alumni yang reseat saat itu.
Ceritanya begini. Klien ini pernah mengikuti satu pelatihan dan setelah itu sebagian memorinya yang berhubungan dengan pengetahuan tertentu hilang atau tidak lagi bisa diakses. Saya selanjutnya melakukan crack password, karena segmen memori ini telah diproteksi oleh “seseorang” itu, dan selanjutnya melakukan proses recovery melalui back up yang disimpan di tempat tertentu di harddisk pikiran bawah sadarnya.
Saat proses recovery berlangsung iseng-iseng saya bertanya, “Laporkan status anda saat ini?” dan saya mendapat jawaban, “Sudah 73%”, persis seperti di komputer. Peserta pelatihan saya yang mengerti benar mengenai IT hanya bisa geleng-geleng kepala karena heran tapi takjub dan sudah tentu sangat penasaran.
Sungguh suatu pengalaman yang begitu mengasyikkan dan sangat menantang. Itulah sebabnya mengapa saya begitu mencintai dunia pikiran. Semakin digeluti semakin asyik dan mencerahkan. Pikiran manusia mirip seperti komputer tapi jauh lebih canggih dan dahsyat.