The only hypnotherapy school in Indonesia approved by American Council of Hypnotist Examiners (ACHE), USA
Awal bulan saya mendapat email dari seorang rekan hipnoterapis, sebut saja Budi, yang berminat belajar hipnoterapi di QHI. Ada banyak hal yang Budi tanyakan dan beberapa di antaranya, “Apakah materi yang diajarkan di QHI meliputi modul yang saya dapatkan saat belajar langsung ke Tom Silver?, “Apakah setiap peserta akan mendapatkan EEG seperti yang saya gunakan di kelas saat mengajar?”, Apakah dengan menggunakan EEG terapi akan menjadi lebih efektif?”
Pertanyaan seperti ini sering saya dapatkan dari calon peserta pelatihan Scientific EEG & Clinical Hypnotherapy yang saya selenggarakan. Publik tahu bahwa saya belajar EEG Hypnotherapy dan menggunakan mesin EEG khusus yang didesain untuk hipnoterapi. Namun apakah mesin EEG mutlak dibutuhkan untuk bisa melakukan hipnoterapi dengan efektif dan efisien? Ini yang akan saya jawab melalui artikel ini.
Apakah materi yang diajarkan di QHI meliputi modul yang saya dapatkan saat belajar langsung ke Tom Silver? Jawabannya singkat dan lugas, “Tidak”.
Mengapa?
Karena sertifikasi saya adalah sebagai hipnoterapis yang mempelajari EEG Hypnotherapy bukan sertifikasi sebagai trainer EEG Hypnotherapy. Selain itu, sebelum mengikuti pelatihan saya telah menandatangani surat perjanjian, dengan Tom Silver, yang menyatakan bahwa saya tidak diperkenankan mengajar materi EEG Hypnotherapy tanpa ijin tertulis dari Tom Silver sebagai pemegang hak cipta. Perjanjian ini berlaku bagi semua murid Tom tanpa perkecualian. Saya menghargai perjanjian ini dan hingga saat ini tidak mengajarkan materi Tom.
“Apakah setiap peserta akan mendapatkan mesin EEG seperti yang saya gunakan di kelas saat mengajar?” Jawabannya juga sama, “Tidak”.
Mengapa?
Karena di Quantum Hypnosis Indonesia, mesin EEG hanya digunakan untuk menjelaskan korelasi antara perubahan pola gelombang otak dan kedalaman hipnosis. Saya menggunakan mesin EEG hanya untuk keperluan riset dan tidak untuk terapi. Saya tidak melihat relevansi dan pentingnya mesin EEG digunakan dalam melakukan hipnoterapi. Saya mengembangkan Quantum Hypnotherapeutic Protocol yang merupakan kristalisasi dari hasil praktik selama 4 tahun (2004 – 2008) kepada sangat banyak klien dan telah terbukti berhasil menangani berbagai kasus klinis dengan efektif, efisien, dan hasil terapi yang permanen, baik mulai kasus ringan seperti fobia hingga kasus berat seperti OCD, depresi, trauma berat, hingga halusinasi dan amnesia. Dan ini semua dicapai sama sekali tanpa menggunakan mesin EEG. Berbekal pengalaman ini saya ingin hipnoterapis alumni QHI juga mampu melakukan hal yang sama tanpa bergantung pada mesin EEG. Selain itu, berbagai pendekatan dan teknik intervensi klinis yang saya kembangkan semuanya dipraktikkan tanpa perlu menggunakan mesin EEG.
Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi bila klien mengalami abreaction hebat saat diterapi. Apa yang akan terjadi dengan elektrode yang dipasang di lobus frontal (titik FP1 dan FP2) yang terhubung dengan mesin EEG ? Bisa-bisa mesin EEGnya jatuh dan rusak saat klien abreaction. Belum lagi kalau pas di tengah-tengah terapi baterai drop sehingga mesin EEG berhenti bekerja.
Terlepas dari kendala di atas, mesin EEG yang digunakan untuk mengukur aktivitas otak memang cukup membantu. Namun mesin EEG tidak bisa membuat klien masuk kondisi hipnosis yang dalam. Untuk bisa membimbing klien masuk deep trance dibutuhkan beberapa syarat selain keterampilan dan kecakapan melakukan induksi. Syarat itu antara lain: klien tidak takut atau menolak secara sadar untuk dihipnosis, terapis berhasil mendapatkan hypnotic contract dengan klien, terapis mengerti tipe sugestibilitas dan teknik induksi yang sesuai untuk masing-masing tipe, terapis percaya diri, klien pasrah dan tidak menganalisa, dan yang sangat penting adalah pengalaman praktik terapis.
Mesin EEG hanya berfungsi sebagai alat bantu untuk “mengukur” aktivitas pikiran yang tercermin dalam pola gelombang otak, yang ditampilkan secara visual di layar monitor. Sama seperti alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah. Dibutuhkan pengetahuan dan pengalaman untuk bisa menggunakan tensi meter dengan benar sehingga didapat hasil pengukuran yang akurat. Tensi meter ini tidak bisa mengungkap mengapa tekanan darah seseorang tinggi atau rendah dan tindakan medis apa yang perlu dilakukan untuk mengembalikan tekanan darah ke dalam batas wajar atau normal. Tindakan medis ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan dokter.
Dengan menggunakan mesin EEG kita memang bisa mengetahui dengan pasti seberapa dalam kondisi trance klien. Namun, setelah klien sudah deep trance, apa yang akan dilakukan? Dalam konteks terapi atau klinis, kondisi hipnosis tidak bersifat terapuetik. Kondisi hipnosis hanyalah suatu kondisi kesadaran atau altered state of consciousness. Untuk bisa membantu klien mengatasi masalahnya terapis perlu melakukan intervensi dengan teknik terapi yang spesifik sesuai kebutuhan dan kondisi klien. Dan keberhasilan terapi sangat ditentukan oleh banyak lagi faktor lain, selain kedalaman hipnosis.
Pengetahuan yang saya dapatkan dari Anna Wise, yang juga menggunakan mesin EEG (Mind Mirror IV) khusus untuk mengukur pola gelombang otak dan hubungannya dengan kondisi kesadaran, mengajarkan saya satu hal penting. Dilihat dari pola gelombang otak Beta, Alfa, Theta, dan Delta, saat klien masuk kondisi deep trance maka aktivitas Beta akan berkurang drastis. Hal ini berarti pikiran sadar semakin rileks, fungsi kontrol dan analisanya sangat menurun. Dan ini memberikan kesempatan untuk mengakses pikiran bawah sadar dengan leluasa.
Namun, dalam konteks terapi, kita juga perlu melihat korelasi dan interrelasi antara Alfa, Theta, dan Delta. Memori letaknya di Theta. Sedangkan emosi di Delta. Alfa adalah jembatan yang menghubungkan Beta (pikiran sadar) dan Theta (pikiran bawah sadar), dan Delta (pikiran nirsadar). Dalam situasi tertentu bisa terjadi Alfa “menutup” yang dikenal dengan Alpha Blocking atau Repressed Content. Dalam kondisi ini konten dari pikiran bawah sadar tidak bisa naik ke pikiran sadar.
Mesin EEG menunjukkan adanya Alpha Blocking atau Repressed Content, lalu apa yang harus dilakukan untuk bisa mengatasi hal ini? Di sinilah dituntut keterampilan dan pengalaman yang cukup dari terapis.
Dengan menggunakan mesin EEG kita bisa tahu bahwa ada emosi yang bergejolak di pikiran bawah sadar karena amplitudo Delta meningkat drastis. Namun, kita sama sekali tidak tahu apa konten dari emosi ini. Kita juga tidak tahu apakah emosi ini positif atau negatif. Terapis harus bertanya atau melakukan penggalian untuk bisa mendapatkan data yang dibutuhkan.
Apakah klien bersedia mengungkap data yang berisi muatan emosi yang tinggi, seperti yang ditampilkan di layar monitor, yang merupakan hasil pengukuran mesin EEG? Bisa ya, bisa tidak. Dalam kondisi deep trance klien tetap sadar dan bisa menyimpan atau menahan informasi tertentu. Jadi, sekali lagi, mesin EEG saja tidak cukup.
Apakah dengan menggunakan mesin EEG terapi akan menjadi semakin efektif?” Jawabannya bisa ya, bisa tidak. Ini bergantung pada masalah yang ingin diatasi dan teknik intervensi yang digunakan. Ada teknik yang membutuhkan kedalaman light trance. Ada yang butuh medium trance. Ada yang mengharuskan kondisi very deep trance agar efektif dan permanen.
Saya,kebetulan, sempat belajar dan mendalami karya, pemikiran, teori, dan teknik beberapa nama besar dunia hipnoterapi seperti Harry Arrons, Gil Boyne, Charless Tebbetts, Randall Churchill, Milton Erickson , Ormond McGill, John Kappas, Barabaz, Watkins, Schneck, Meares, dan masih banyak lagi pakar lainnya. Mereka semua mampu melakukan hipnoterapi dengan sangat efektif dan efisien tanpa menggunakan mesin EEG. Mereka semua punya cara untuk mengukur dan mengetahui tingkat kedalaman hipnosis klien dengan sangat presisi.
Memang ada teknik terapi yang bisa langsung “mencabut” keluar emosi yang mengganggu hidup seseorang, akibat dari pengalaman traumatik. Namun teknik ini membutuhkan kedalaman trance yang sangat dalam, lebih dalam dari profound somnambulism. Idealnya klien minimal perlu mencapai level Hypnotic Coma. Lebih baik lagi kalau bisa mencapai hypnosleep. Dan akan jauh lebih baik lagi jika berhasil mencapai level Ultimate Depth.
Pertanyaannya sekarang, berapa banyak terapis yang punya kemampuan membawa klien hingga mencapai level ini dengan cepat? Saya pernah bertanya pada Tom mengenai hal ini dan Beliau berkata ada klien yang memang cukup sulit dibimbing masuk ke level yang sangat dalam. Jika ini yang terjadi maka bisa dibutuhkan sampai 3 sesi hanya untuk melakukan induksi dan melatih klien untuk bisa mencapai kedalaman yang diinginkan, baru setelah itu di sesi ke 4 terapi dilakukan.
Jadi, seberapa penting mesin EEG dalam praktik hipnoterapi?
Jawabannya, “Tidak terlalu penting.”
Seberapa penting mesin EEG dalam riset yang berhubungan dengan hipnoterapi?
Jawabannya, “Cukup penting namun bukan yang paling penting.”
Kami, QHI, memang punya 4 (empat) mesin EEG dengan desain dan tujuan yang berbeda dan harganya cukup mahal. Ini semua hanya digunaan untuk riset. Semua hipnoterapis QHI, termasuk saya, tidak pernah menggunakan mesin atau alat apapun untuk melakukan terapi. Walaupun tidak pernah menggunakan alat hasil terapi kami sangat efektif dengan tingkat keberhasilan yang sangat tinggi.
Bahkan dari temuan di lapangan diketahui bahwa teknik induksi yang diajarkan di QHI terbukti mampu membawa klien tipe apa saja masuk ke kondisi deep hypnosis dan bahkan lebih dalam lagi dengan tingkat keberhasilan hingga 99,15%. Data ini didapatkan dari hasil menginduksi 437 subjek saat pelatihan QHI angkatan 10 dan 11.
Berapa harga satu unit mesin EEG?
Mesin EEG yang bagus, yang cocok digunakan untuk riset hipnoterapi, berkisar antara USD. 2.000 hingga USD. 3.500. Ini harga di Amerika. Belum termasuk ongkos kirim dan pajak impor yang bisa mencapai 35%. Belum lagi kita perlu membeli komputer atau laptop dengan spesifikasi dan kemampuan memproses grafis yang tinggi agar didapat tampilan visual yang sejalan dengan spesifikasi mesin EEG.
Saran saya, bagi rekan-rekan hipnoterapis, fokuslah pada peningkatan pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan melakukan hipnoterapi. Dengan keterampilan yang tinggi kita akan dapat membantu banyak orang. Baru setelah itu, bila tertarik melakukan riset, kita bisa menggunakan alat bantu seperti mesin EEG.