The only hypnotherapy school in Indonesia approved by American Council of Hypnotist Examiners (ACHE), USA

Artikel


Teori SECH Tidak Sejalan dengan Teori Psikoanalisis?

7 April 2022

Seorang sahabat tertarik ingin belajar hipnoterapi di AWGI (Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology). Sebelum memutuskan ikut kelas SECH (Scientific EEG & Clinical Hynotherapy), ia mengajukan beberapa pertanyaan, yang menurutnya sangat penting, untuk saya jawab dan klarifikasi. 

Sahabat ini sarjana ilmu psikologi dan menurutnya teori yang saya ajarkan tidak sejalan dengan teori psikoanalisis Sigmund Freud. Ia minta penjelasan saya tentang hal ini. 

Saya balik bertanya padanya, "Dari mana anda tahu bahwa bahwa teori yang saya ajarkan tidak sejalan dengan teori psikoanalisis? Apakah teori psikonalisis adalah mutlak benar? Dan mengapa anda hanya terpaku pada teori psikoanalisis Freud?"

Saya ingat beberapa tahun lalu, di kelas SECH hadir seorang psikolog klinis. Di hari pertama, saat saya memaparkan materi, tiba-tiba Beliau bertanya, "Pak Adi, mohon maaf. Saya perlu terus terang menyampaikan hal ini. Yang Pak Adi ajarkan ini bisa dibilang berbeda atau bertolak belakang dengan teori psikologi yang saya dalami."

Beliau kemudian menjelaskan teori yang dimaksud. Saya mendengar dengan saksama dan setelah Beliau selesai menjelaskan, Beliau bertanya, "Teori yang Pak Adi jelaskan ini teori siapa? Saya belum pernah tahu atau dengar tentang teori ini."

Sambil tersenyum dan dengan santai saya jawab bahwa yang saya ajarkan adalah teori psikologi dalam (deep psychology) versi Adi W. Gunawan. 

Saya kemudian menjelaskan tentang grand theory dan grounded theory. Teori yang saya bangun dari temuan-temuan di ruang praktik sejak tahun 2005 adalah grounded theory, seperti yang diperkenalkan oleh Glaser dan Strauss dalam buku The Discovery of Grounded Theory: Strategies for Qualitative Research (1967). 

Dan bila teori saya tidak sejalan dengan teori yang sudah ada, tidak berarti teori saya salah. 

Berlandaskan teori yang saya bangun, saya mengembangkan pendekatan, strategi, protokol dan teknik terapi yang saya gunakan di ruang praktik membantu klien mengatasi beragam masalah yang berhubungan dengan emosi dan perilaku. 

Dan sejauh ini, hasil terapi yang berhasil dicapai adalah konsisten sangat positif. Demikian pula hasil yang yang dicapai oleh para hipnoterapis AWGI.

Untuk mudahnya, saran saya, lupakan semua teori yang ada. Lebih baik tidak tahu teori tapi bisa mencapai hasil yang sangat baik. Dan tentu akan sangat ideal bila praktisi hipnoterapi mengerti benar teori yang menjadi landasan praktiknya. 

Saya sarankan sahabat ini, bila ia benar ingin belajar hipnoterapi di AWGI, ia tidak boleh mengosongkan gelas, tapi ia harus menggunakan gelas baru. 

Nanti setelah belajar materi hipnoterapi SECH, mendengar ulasan mendalam, diskusi contoh kasus, melihat langsung terapi yang dilakukan di depan kelas, dan melakukan praktik, barulah ia mampu mengerti esensi teori yang diajarkan di kelas SECH. 

Saya lanjut bertanya pada sahabat ini, "Saya mencipta The Heart Technique® (THT), yang adalah integrasi dari banyak pendekatan terapi. Dengan THT saya mampu membantu klien mengatasi masalah yang berhubungan dengan emosi, dengan sangat cepat. Untuk menyembuhkan fobia dengan muatan emosi sangat intens, saya hanya butuh waktu sekitar 15 menit saja. Bisa tolong jelaskan pada saya, menggunakan teori psikologi yang pernah anda pelajari, apakah fobia dengan muatan emosi sangat intens, bisa disembuhkan hanya dalam waktu sangat singkat, 15 menit saja?"

Sahabat ini kesulitan menjelaskan cara kerja THT berdasar teori yang pernah ia pelajari. Saya jelaskan bahwa bila ia tidak bisa menjelaskan, ini tidak berarti tidak ada teori yang bisa digunakan untuk menjelaskan cara kerja THT. Dan ini juga tidak berarti THT salah. Bagaimana bisa salah, dalam konteks teori, bila ternyata hasil yang dicapai nyata positif dan baik adanya. 

Saya yakin pasti ada teori yang bisa dengan gamblang menjelaskan cara kerja THT. Namun ia belum pernah memelajari teori ini. 

Pesan saya padanya, ia perlu selalu berpikiran terbuka, lentur, dan dinamis. Ia tidak boleh kaku dan kukuh hanya pada satu teori saja. Bila suatu teori ternyata tidak lagi bisa memenuhi kebutuhan, segera cari teori lain. 

_PRINT