The only hypnotherapy school in Indonesia approved by American Council of Hypnotist Examiners (ACHE), USA

Artikel


Tipologi dan Koridor Regresi Dalam Hipnoterapi Klinis

2 Mei 2019

Terapi dan penanganan masalah perilaku dan emosi, menggunakan pendekatan psikologis, sejatinya hanya terbagi menjadi dua: tanpa memroses akar masalah dan memroses akar masalah.

Pendekatan terapi tanpa memroses akar masalah, dilakukan antara lain dengan pemberian sugesti, teknik berbasis metafora, teknik-teknik NLP (neurolinguistic programming), konseling, berbagai pendekatan dalam psikoterapi (Wedding dan Corsini, 2014) seperti psikoanalisis, psikoterapi Alderian,  Rogerian, terapi perilaku emotif rasional, terapi perilaku, terapi kognitif, psikoterapi eksistensial, terapi Gestalt, psikoterapi interpersonal, terapi keluarga, dan psikoterapi positif.

Terapi perilaku dan emosi dengan memroses akar masalah dilakukan dalam hipnoterapi, menggunakan teknik yang sesuai, diawali dengan upaya mencari dan menemukan akar masalah, salah satunya dengan teknik regresi. Ada banyak teknik regresi dalam hipnoterapi. Semua bertujuan menuntun klien mundur, menyusuri garis waktu di dalam pikirannya, untuk mencapai akar masalah. Teknik-teknik regresi ini dikelompokkan menjadi dua, berbasis afek dan nonafek.

Teknik regresi berbasis nonafek antara lain teknik “Buku Kehidupan”, “Layar Komputer”, “Perahu Kehidupan”, “Karpet Ajaib”, “Terowongan Waktu”, “Kalender”, “Bola Kristal”, “Kotak Masalah”, “Ideomotor Magic”, dan masih banyak lagi. Intinya, teknik ini tidak menggunakan afek atau emosi sebagai bahan bakar yang mendorong klien begerak mundur ke masa lalunya.

Teknik regresi berbasis afek atau dikenal dengan jembatan afek (affect bridge) adalah prosedur hipnotik yang digunakan untuk melacak dan menemukan awal mula kejadian yang memunculkan emosi yang dirasakan di masa kini. Jembatan afek didasarkan pada fakta psikologis bahwa emosi atau perasaan dapat mengaktifkan, mengarahkan, atau meningkatkan daya ingat ( Watkins, 1971;Watkins & Barabasz, 2008; Yapko, 2012)

Bagaimana Melakukan Regresi Affect Bridge?

Dalam regresi affect bridge, klien dituntun mundur, dari waktu kini ke kejadian di masa lalu, menggunakan afek sebagai bahan bakar regresi. Caranya, afek di masa kini, yang dirasakan klien dan berhubungan dengan masalah, ditingkat intensitasnya dan semua aspek dari pengalamannya secara hipnotik dihapus. Klien selanjutnya diminta mundur, ke pengalaman paling awal saat afek ini muncul atau tercipta untuk pertama kali dalam hidupnya, dan dilanjut dengan revivifikasi spontan.

Klien bergerak mundur menyusuri garis waktu dan mendarat di satu peristiwa masa lalu. Di sini terapis meminta klien menceritakan apa yang terjadi dan apa yang klien rasakan. Selanjutnya terapis melakukan validasi untuk mengungkap apakah benar kejadian ini adalah kejadian paling awal atau ISE (initial sensitizing event), atau kejadian lanjutan atau SSE (subsequent sensitizing event). Bila ternyata kejadian ini adalah ISE maka proses regresi berakhir di sini. Namun bila kejadian ini bukan ISE, tapi SSE, maka regresi dilanjutkan menggunakan afek yang muncul pada kejadian ini, hingga mencapai ISE.

Saat mencapai ISE, terapis membantu klien melakukan rekonstruksi kejadian ini, dengan tujuan membantu klien mendapat pemahaman baru dan pembelajaran. Akhir dari proses ini adalah terjadinya pengalaman emosional korektif (corrective emotional experience) pada diri klien.

Pada satu kejadian biasanya klien mengalami lebih dari satu afek. Di sini sangat dibutuhkan kejelian terapis dalam menentukan emosi atau afek yang digunakan sebagai bahan bakar regresi lanjutan. Kekeliruan dalam menentukan afek mengakibatkan regresi yang menyimpang dari jalur seharusnya untuk mencapai ISE.

Berdasar prosedur validasi akar masalah, dalam regresi affect bridge, terdapat dua kelompok hipnoterapis. Pertama, hipnoterapis yang langsung menerima bahwa kejadian yang terungkap melalui regresi sebagai akar masalah, tanpa melakukan validasi (single affect bridge regression). Dan kedua, hipnoterapis yang melakukan validasi untuk memastikan bahwa hasil regresi adalah benar kejadian paling awal atau initial sensitizing event (ISE). Bila melalui proses validasi diketahui bahwa kejadian yang terungkap bukan ISE, melainkan subsequent sensitizing event (SSE), terapis akan mengulang regresi hingga berhasil menemukan ISE (serial-affect bridge regression) (Gunawan, 2017). Dalam praktik klinis, agak langka dijumpai dalam sekali regresi langsung berhasil ditemukan ISE. Biasanya, ISE dicapai melalui satu atau beberapa SSE. Para hipnoterapis Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology (AWGI)  menamakan proses sekali regresi langsung menemukan akar masalah sebagai jackpot.

Dalam praktik hipnoterapinya, para hipnoterapis AWGI menggunakan serial affect bridge regression, dan menemukan hal penting yang tidak dialami atau ditemukan oleh para hipnoterapis yang mempraktikkan single affect bridge regression atau yang hanya mengandalkan sugesti sebagai teknik intervensinya.

Proses menuju akar masalah, dalam regresi affect bridge, selalu melalui salah satu dari tiga cara: regresi tunggal afek tunggal (single regression single affect), regresi serial afek tunggal (serial regression single affect), dan regresi serial afek serial (serial regression serial affect).

Yang dimaksud dengan “regresi tunggal afek tunggal” adalah hanya ada satu regresi dengan satu afek dan langsung berhasil mencapai kejadian paling awal. Yang dimaksud “regresi serial afek tunggal” adalah terdapat lebih dari satu regresi, dimulai dengan regresi awal (initial regression) dengan afek tertentu, dan satu atau beberapa regresi lanjutan (subsequent regression) menggunakan afek yang sama atau serupa dengan afek pada regresi awal, hingga mencapai kejadian paling awal.

Yang dimaksud dengan “regresi serial afek serial” adalah terdapat lebih dari satu regresi, dimulai dengan regresi awal (initial regression) dengan afek tertentu, dan satu atau beberapa regresi lanjutan (subsequent regression), di mana minimal terjadi satu regresi lanjutan dengan afek yang berbeda dengan afek pada regresi awal, hingga mencapai kejadian paling awal.

Penelisikan lebih dalam pada tiga tipe regresi ini menunjukkan bahwa walau terdapat perbedaan afek yang mendasari regresi awal dan regresi lanjutan, proses regresi, bila dilakukan dengan tepat, akhirnya pasti berakhir pada kejadian paling awal yang menjadi asal muasal simtom yang klien alami.

Hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti bagaimana tepatnya mekanisme di pikiran bawah sadar dalam menentukan jumlah kejadian yang menjadi penyebab munculnya simtom. Dari pengalaman praktik para hipnoterapis AWGI, dijumpai bahwa ada  klien yang hanya dengan sekali regresi affect bridge bisa langsung mencapai kejadian paling awal atau akar masalah. Namun yang lebih sering terjadi adalah dibutuhkan beberapa regresi affect bridge untuk mencapai kejadian paling awal.

Hal lain yang juga ditemukan, namun juga belum dapat diketahui dengan pasti adalah bagaimana pikiran bawah sadar menentukan hanya dibutuhkan kejadian tunggal (sufficient condition) sebagai akar masalah, dan bagaimana pikiran bawah sadar menentukan dan menautkan beberapa kejadian (necessary condition) sehingga menjadi rangkaian kejadian penyebab munculnya simtom.

Terlepas dari mekanisme di atas, yang masih perlu ditelisik lebih jauh, dan ini adalah bagian dari penelitian yang terus dilakukan secara kolektif oleh para hipnoterapis AWGI dan anggota AHKI (Asosiasi Hipnoterapi Klinis Indonesia), satu hal yang sudah pasti adalah terdapat koridor regresi di pikiran bawah sadar yang menghubungkan masa kini dan masa lalu, berujung pada kejadian paling awal yang menjadi akar masalah.

_PRINT