The only hypnotherapy school in Indonesia approved by American Council of Hypnotist Examiners (ACHE), USA

Artikel
Membongkar Strategi Rahasia dan Cerdas PBS Dalam Melawan Upaya Perubahan
27 Maret 2025

Fungsi utama Pikiran Bawah Sadar (PBS), menurut konsep Protective Unconscious, adalah melindungi individu dari hal-hal yang diyakini atau dipersepsikan sebagai ancaman terhadap keselamatan atau kesejahteraan, baik secara fisik, mental, maupun emosi.

Salah satu ancaman serius, menurut PBS, adalah upaya sadar yang kita lakukan untuk mengubah program default. Program default adalah berbagai kepercayaan (belief) yang kita adopsi melalui interaksi dengan pengasuh utama (orang tua), dan lingkungan selama proses tumbuh kembang, terutama sejak lahir hingga tiga belas tahun pertama.

Program default ini bekerja seperti perangkat lunak yang beroperasi di kedalaman PBS dan tanpa disadari mengendalikan kehidupan kita. PBS menggunakan program ini untuk menentukan dan mengarahkan pandangan, pikiran, perasaan, ucapan, tindakan, serta perilaku individu dalam berinteraksi dengan dunia dan memaknai setiap pengalaman hidup.

Kualitas hidup seseorang ditentukan oleh kualitas program default-nya. Program default yang positif menghasilkan kehidupan yang baik. Sebaliknya, program default yang negatif menciptakan kehidupan yang penuh keterbatasan.

Namun, upaya mengubah program default bukan perkara mudah. Program default hanya bisa diubah saat kita menyadari keberadaannya. Kesadaran ini saja tidak cukup untuk menggantinya, karena PBS secara alami akan menolak perubahan. Upaya mengubah program default menjadi sulit karena dua alasan berikut: 

1. PBS Menghindari Rasa Sakit (Pain) dan Mengejar Rasa Senang (Pleasure)

PBS beroperasi dengan prinsip dasar menghindari rasa sakit (pain) dan mencari kesenangan (pleausre). Namun, definisi pain dan pleasure bagi PBS berbeda dengan yang dipahami oleh pikiran sadar (PS).

Menurut PBS, pain (rasa sakit) adalah segala sesuatu yang tidak dikenal (unknown). Sebaliknya, pleasure (rasa senang) adalah segala sesuatu yang sudah dikenal (known). Dengan prinsip ini, PBS tidak peduli apakah sesuatu itu baik atau buruk bagi individu.

Jika seseorang terbiasa menderita dan situasi ini sudah lama dikenal oleh PBS, maka penderitaan tersebut oleh PBS diterima sebagai pleasure. Sebaliknya, jika ada sesuatu yang baik tetapi belum dikenal oleh PBS, hal itu akan diterima sebagai pain dan harus dihindari.

Karena itu, meskipun individu secara sadar ingin mengubah hidupnya menjadi lebih baik, jika kondisi baru tersebut belum dikenal oleh PBS, maka perubahan ini akan dimaknai sebagai ancaman (pain), sehingga PBS pasti menolaknya.

2. PBS Dirancang untuk Menjaga dan Mempertahankan Status Quo

PBS memiliki fungsi utama sebagai mekanisme proteksi, dan salah satu cara untuk melindungi individu adalah dengan menjaga segala sesuatu tetap seperti adanya (status quo).

PBS akan melakukan apa pun untuk memastikan program default tidak berubah, sehingga individu tetap berada dalam pola lama. Jika seseorang berusaha mengubah kebiasaan atau belief lama, PBS akan menciptakan resistensi dan perlawanan. 

Strategi dan Kreativitas PBS Dalam Mempertahankan Status Quo

Dalam perjalanan saya mendalami dunia pikiran, khususnya hipnoterapi, sejak tahun 2005 hingga saat ini, saya aktif berpraktik dan membantu klien yang datang dengan berbagai kondisi. Mereka semua ingin berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Hal yang sama juga saya temukan pada para peserta pelatihan transformasi diri Quantum Life Transformation® (QLT).

Dalam proses membantu klien dan peserta, saya sering kali menghadapi resistensi atau perlawanan dari Pikiran Bawah Sadar (PBS) dalam berbagai bentuk dan strategi. Melalui pengamatan yang saya lakukan secara berkelanjutan dalam waktu yang cukup lama, saya menemukan bahwa PBS menggunakan pola-pola yang konsisten untuk mempertahankan program default.

Berikut ini adalah ekstraksi dari temuan saya di ruang praktik dan hasil interaksi dengan para peserta QLT. Dengan memahami strategi yang digunakan oleh PBS, kita dapat lebih mudah mengatasi resistensi dalam upaya mencapai perubahan positif, terutama dalam mengganti program default yang tidak mendukung keberhasilan hidup dengan program yang lebih konstruktif, produktif, dan mendukung kesejahteraan.

Berikut ini adalah strategi PBS dalam mempertahankan status quo:

1. Menjaga Fokus dan Konsistensi

PBS dirancang untuk memastikan individu tetap berada dalam pola pikir, kebiasaan, dan keyakinan yang sudah tertanam sejak lama. Salah satu caranya adalah dengan menjaga fokus dan konsistensi terhadap program default.

Strategi yang PBS lakukan adalah dengan terus menghadirkan pandangan, pikiran, perasaan, ucapan, dan tindakan yang selaras dengan program yang telah tertanam.

Jika seseorang telah lama memiliki keyakinan bahwa dirinya "tidak berbakat dalam bisnis", PBS akan menjaga konsistensi dengan menghadirkan pemikiran seperti:

"Ini terlalu sulit untuk saya."
"Saya tidak punya pengalaman yang cukup."
"Saya lebih cocok bekerja daripada berbisnis."

Akibatnya, setiap kali individu mencoba melakukan sesuatu di luar kebiasaannya, PBS akan menarik kembali fokusnya ke zona nyaman dan membuatnya merasa harus tetap dalam pola lama yang telah dikenal.

Contohnya, seseorang yang terbiasa bangun siang ingin mulai bangun lebih pagi. PBS akan menciptakan rasa malas, dorongan untuk menekan tombol snooze, atau pikiran seperti "Tidur lebih lama lebih baik untuk kesehatanku."

Semua ini bertujuan untuk menjaga konsistensi dengan kebiasaan lama. 

2. Memberi Hukuman

PBS menggunakan mekanisme "hukuman" untuk mencegah seseorang keluar dari pola lama yang sudah tertanam. Hukuman ini sering kali muncul dalam bentuk emosi negatif, rasa tidak nyaman, atau gejala fisik saat seseorang mencoba melakukan perubahan.

Strategi yang PBS lakukan adalah saat individu mencoba keluar dari program default, PBS akan menciptakan rasa takut, cemas, merasa tidak aman, atau stres yang membuat individu berpikir bahwa perubahan tersebut berbahaya.

Hukuman ini bisa berbentuk:
- Rasa takut gagal.
- Kecemasan berlebihan.
- Pikiran negatif yang terus muncul.
- Munculnya rasa bersalah atau malu.
- Ada suara dalam hati yang menegur dan berkata negatif.

Akibatnya, individu sering kali merasa bahwa perubahan itu lebih menyakitkan daripada tetap berada dalam kondisi lama.

PBS ingin memastikan individu tetap aman dalam status quo, bahkan jika status quo tersebut sebenarnya tidak sehat atau menghambat perkembangan.

Contohnya, bila seseorang yang ingin berbicara di depan umum tetapi memiliki trauma sosial sejak kecil, ia akan merasa takut, detak jantung meningkat, berkeringat, atau merasa sesak napas.

Ini adalah "hukuman" yang diberikan PBS agar individu tidak melanjutkan perubahan. 

3. Penguatan Positif

Selain menggunakan hukuman untuk mempertahankan status quo, PBS juga menggunakan strategi penguatan positif dengan memberi reward setiap kali individu tetap berada dalam kebiasaan lama. Ini memperkuat program default sehingga semakin sulit untuk diubah.

Strategi yang PBS lakukan adalah setiap kali individu tetap dalam pola lama, PBS akan menciptakan rasa aman, nyaman, lega, senang, atau kepuasan sesaat untuk meyakinkan individu bahwa mereka telah membuat keputusan yang benar.

Contoh bentuk penguatan positif yang dilakukan PBS:

- Merasa nyaman saat menunda pekerjaan (karena tidak harus menghadapi stres).
- Merasa aman dalam hubungan yang tidak sehat (karena takut sendirian lebih menyakitkan).
- Merasa lega setelah menuruti kebiasaan buruk seperti makan berlebihan atau merokok.

Akibatnya, individu menjadi lebih terikat pada kebiasaan lama karena PBS terus memberikan "hadiah" berupa rasa nyaman dan lega setiap kali mereka tetap berada dalam pola lama.

Contohnya, seorang perokok yang ingin berhenti merokok akan mengalami stres atau kecemasan saat tidak merokok.

PBS kemudian memberi "penguatan positif" dengan memberikan rasa tenang saat individu kembali merokok, seolah-olah itu adalah solusi yang tepat.

4. Membatasi Ketersediaan Pilihan

PBS mempertahankan status quo dengan menciptakan ilusi keterbatasan pilihan, membuat individu merasa bahwa mereka tidak memiliki banyak opsi untuk berubah.

Strategi yang PBS lakukan adalah dengan membentuk pola pikir yang membuat individu tidak bisa melihat peluang baru, atau merasa bahwa opsi yang ada sangat terbatas.

Ini dilakukan melalui:

- Keyakinan bahwa "Tidak ada cara lain yang bisa saya lakukan."
- Keyakinan bahwa "Ini sudah nasib saya."
- Pikiran seperti "Saya tidak punya bakat," atau "Saya tidak punya kesempatan seperti orang lain."
- Fokus hanya pada kesulitan, bukan pada kemungkinan.

Akibatnya, individu merasa terjebak dalam kondisi yang ada dan akhirnya tidak mencoba mencari jalan keluar. Mereka percaya bahwa perubahan tidak mungkin terjadi atau terlalu sulit untuk dicapai.

Contohnya, seorang karyawan yang merasa tidak bahagia dalam pekerjaannya tetapi tetap bertahan karena berpikir, "Saya tidak punya keterampilan lain, jadi saya tidak bisa mencari pekerjaan baru."

PBS menciptakan keyakinan ini agar individu tetap berada dalam pola lama yang telah dikenalnya. Padahal bila dipikir secara logis, karyawan ini sebenarnya dapat memilih untuk belajar dan mengembangkan keterampilan baru. Namun ini tidak dilakukan karena ia tidak dapat melihat opsi ini. 

5. Menciptakan Ilusi Rasa Aman

PBS cenderung menahan seseorang dalam zona nyaman, karena menganggap apa yang sudah dikenal sebagai yang paling aman. Perubahan dianggap sebagai ancaman, bahkan jika perubahan itu sebenarnya mengarah pada sesuatu yang lebih baik.

Ini dilakukan dengan cara setiap kali individu mencoba sesuatu yang baru, PBS akan menciptakan ketakutan terhadap ketidakpastian, rasa tidak aman, membuat individu ragu-ragu untuk melangkah keluar dari kebiasaan lama.

Akibatnya, individu menolak perubahan dan lebih memilih bertahan dalam kondisi yang tidak ideal hanya karena sudah terbiasa.

Contohnya, seorang wanita yang memiliki pasangan toksik dan abusive tidak berani memutuskan hubungan dan menjalin relasi dengan pria lain karena berpikir, "Bagaimana bila ternyata pasangan baru saya tidak lebih baik dari yang sekarang, tapi lebih buruk?

Ia berpikir adalah jauh lebih aman bertahan dalam relasi toksik dan abusive dengan pasangannya saat ini, daripada mendapat pasangan baru yang ternyata jauh lebih buruk. 

6. Menghasilkan Resistensi dan Sabotasi Diri

PBS menciptakan resistensi terhadap perubahan dengan membangkitkan keraguan diri, kecemasan, atau bahkan sabotase diri agar individu kembali ke pola lama.

Ini dilakukan dengan cara setiap kali seseorang ingin membuat perubahan besar, PBS akan membuat individu menunda-nunda, mencari alasan, atau menciptakan konflik internal.

Akibatnya, individu merasa seperti "terjebak" dalam pola lama dan tidak mampu bergerak maju.

Contohnya, seseorang ingin mulai berolahraga secara rutin, tetapi setiap kali waktunya tiba untuk berolahraga, muncul pikiran seperti:

"Saya terlalu lelah hari ini."
"Besok saja mulai."
"Saya tidak punya peralatan yang tepat."
"Sedang hujan, besok saja saat hari cerah."

Akhirnya, ia tidak pernah benar-benar memulai rutinitas olahraga tersebut. 

7. Memanfaatkan Identitas Diri

PBS mengaitkan program lama dengan identitas seseorang, sehingga perubahan dianggap sebagai ancaman terhadap jati diri.

Cara yang PBS lakukan adalah dengan terus mengarahkan perilaku dan pikiran agar selaras dengan keyakinan lama yang sudah tertanam. Akibatnya, individu sulit berkembang karena merasa perubahan berarti kehilangan identitasnya.

Contohnya, ada seseorang yang sejak kecil selalu dianggap pemalu oleh keluarga dan lingkungan. Ketika ia ingin lebih percaya diri dalam berbicara di depan umum, muncul pemikiran seperti:

"Saya bukan tipe orang yang bisa berbicara di depan banyak orang."
"Saya memang terlahir sebagai introvert, tidak mungkin bisa berubah."

Pemikiran ini membuat ia tetap menghindari situasi yang membutuhkan keberanian berbicara. 

8. Mengaktifkan Mekanisme Pertahanan Emosi

PBS menggunakan mekanisme pertahanan psikologis seperti rasionalisasi, proyeksi, atau penyangkalan untuk menolak perubahan.

Untuk mencapai tujuan ini, PBS akan menciptakan alasan-alasan logis untuk membenarkan mengapa perubahan tidak perlu dilakukan. Akibatnya, individu merasa bahwa tidak perlu berusaha karena merasa nyaman dengan kondisi yang ada.

Contohnya, seorang pekerja kantoran yang ingin memulai bisnis sampingan, tetapi ia terus berkata:

"Saya tidak punya modal."
"Saya tidak berbakat dalam bisnis."
"Lebih baik tetap di pekerjaan yang stabil."

Semua ini adalah bentuk rasionalisasi yang dibuat oleh PBS untuk mempertahankan status quo. 

9. Mengulang Pola Lama Melalui Asosiasi Emosi

PBS menyimpan asosiasi emosi dari pengalaman masa lalu dan menggunakannya untuk mengarahkan perilaku di masa sekarang.

Setiap kali individu mencoba sesuatu yang mirip dengan pengalaman buruk di masa lalu, PBS akan memunculkan kembali perasaan negatif tersebut. Hal ini mengakibatkan individu menghindari situasi baru karena takut mengalami hal buruk yang sama.

Contohnya, seorang wanita yang pernah mengalami hubungan yang toksik kini sulit membuka diri untuk hubungan baru. Setiap kali ada seseorang yang mendekatinya, ia berpikir:

"Nanti aku akan disakiti lagi."
"Semua laki-laki sama saja."
"Lebih baik sendiri daripada terluka."

PBS menggunakan pengalaman masa lalu untuk melindungi individu, tetapi pada saat yang sama juga menghambat pertumbuhan emosionalnya. 

10. Memprogram Persepsi Terhadap Waktu

PBS sering kali mengacaukan persepsi terhadap waktu, membuat seseorang merasa masih ada banyak waktu atau sebaliknya, sudah terlambat untuk berubah.

PBS melakukan ini, membuat individu terjebak dalam stagnasi, dengan cara memberi kesan bahwa masih ada waktu yang cukup, atau bahwa sudah tidak ada harapan lagi. Ini mengakibatkan individu terus menunda atau menyerah sebelum mencoba.

Contohnya, setiap kali individu hendak melakukan sesuatu yang baru, ia akan pikir:

"Saya masih muda, nanti saja mulai menabung."
"Saya sudah terlalu tua untuk belajar hal baru."
"Mungkin tahun depan saya akan mulai bisnis."

Akhirnya, waktu terus berlalu tanpa ada perubahan nyata. 

11. Mengunci Pola Melalui Medan Morfik

PBS mempertahankan resonansi dengan medan morfik lama, memastikan individu tetap berada di lingkungan dan kebiasaan yang selaras dengan program default.

Cara PBS melakukan strategi ini adalah dengan menarik individu ke lingkungan, orang-orang, dan situasi yang mendukung pola lama.

Akibatnya, individu sulit keluar dari pola lama karena lingkungan terus memperkuat kebiasaannya.

Contohnya, seseorang yang ingin berhenti merokok tetapi tetap berada di lingkungan perokok berat akan terus merasa sulit untuk berubah. Medan morfiknya masih selaras dengan pola lama, sehingga meskipun ada niat berubah, resonansi dengan lingkungan membuatnya kembali ke kebiasaan semula. 

12. Memicu Keterikatan Emosional Terhadap Masa Lalu

PBS mempertahankan status quo dengan menciptakan keterikatan emosional terhadap masa lalu, membuat individu terjebak dalam nostalgia atau trauma untuk menghambat perubahan.

Akibatnya, individu merasa lebih nyaman hidup di masa lalu daripada bergerak maju.

Contoh:

"Dulu saya lebih bahagia, sekarang semuanya berbeda."
"Saya tidak bisa move on dari masa-masa indah dulu."
"Saya takut melupakan kenangan lama."

Akhirnya, individu tidak berani membuat perubahan karena masih menggenggam masa lalu. 

13. Membatasi Imajinasi Terhadap Masa Depan

PBS membatasi kemampuan seseorang untuk membayangkan kehidupan yang lebih baik.

PBS menjalankan strategi ini dengan menanamkan keyakinan bahwa perubahan tidak mungkin terjadi, sehingga individu tidak mampu membayangkan versi dirinya yang lebih baik. Akibatnya, individu merasa tidak ada harapan untuk berubah.

Contoh:

"Saya tidak bisa sukses, saya bukan orang yang beruntung."
"Saya tidak bisa membayangkan hidup yang lebih baik dari ini."
"Perubahan itu hanya untuk orang lain, bukan untuk saya."

Tanpa imajinasi yang kuat, seseorang tidak memiliki motivasi untuk berkembang. 

14. Membangkitkan Ketakutan akan Kehilangan

Setiap perubahan membawa konsekuensi, dan PBS sering kali lebih menekankan apa yang mungkin hilang jika seseorang berubah, bukan apa yang bisa didapatkan.

PBS menjalankan strategi ini dengan menciptakan rasa takut akan kehilangan, sehingga individu ragu untuk mengambil langkah perubahan. Akibatnya, individu tetap bertahan dalam kondisi lama meskipun tidak lagi nyaman.

Contoh:

"Kalau saya berhenti kerja, saya mungkin kehilangan keamanan finansial."
"Jika saya berubah, mungkin teman-teman saya menjauh."

Akhirnya, individu lebih memilih untuk tetap berada dalam kondisi yang ada daripada mengambil risiko. 

Kesimpulan

PBS memiliki banyak strategi untuk mempertahankan status quo. Namun, dengan memahami bagaimana PBS bekerja, kita bisa lebih mudah mengatasi resistensi dan melakukan perubahan secara efektif.

Dengan kesadaran dan teknik yang tepat, kita bisa melepaskan batasan bawah sadar dan membangun kehidupan yang lebih baik. Kita tidak harus terjebak dalam program lama. Kita bisa menulis ulang kehidupan kita. Dan kita bisa memilih untuk berubah.

Baca Selengkapnya

Video

𝐒𝐜𝐢𝐞𝐧𝐭𝐢𝐟𝐢𝐜 𝐄𝐄𝐆 & 𝐂𝐥𝐢𝐧𝐢𝐜𝐚𝐥 𝐇𝐲𝐩𝐧𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫𝐚𝐩𝐲® (𝐒𝐄𝐂𝐇)
Informasi Hasil Regresi, Valid?
Cara Mudah Menanam Impian ke Pikiran Bawah Sadar

Artikel

Membongkar Strategi Rahasia dan Cerdas PBS Dalam Melawan Upaya Perubahan
27 Maret 2025

Fungsi utama Pikiran Bawah Sadar (PBS), menurut konsep Protective Unconscious, adalah melindungi individu dari hal-hal yang diyakini atau dipersepsikan sebagai ancaman terhadap keselamatan atau kesejahteraan, baik secara fisik, mental, maupun emosi.

Salah satu ancaman serius, menurut PBS, adalah upaya sadar yang kita lakukan untuk mengubah program default. Program default adalah berbagai kepercayaan (belief) yang kita adopsi melalui interaksi dengan pengasuh utama (orang tua), dan lingkungan selama proses tumbuh kembang, terutama sejak lahir hingga tiga belas tahun pertama.

Program default ini bekerja seperti perangkat lunak yang beroperasi di kedalaman PBS dan tanpa disadari mengendalikan kehidupan kita. PBS menggunakan program ini untuk menentukan dan mengarahkan pandangan, pikiran, perasaan, ucapan, tindakan, serta perilaku individu dalam berinteraksi dengan dunia dan memaknai setiap pengalaman hidup.

Kualitas hidup seseorang ditentukan oleh kualitas program default-nya. Program default yang positif menghasilkan kehidupan yang baik. Sebaliknya, program default yang negatif menciptakan kehidupan yang penuh keterbatasan.

Namun, upaya mengubah program default bukan perkara mudah. Program default hanya bisa diubah saat kita menyadari keberadaannya. Kesadaran ini saja tidak cukup untuk menggantinya, karena PBS secara alami akan menolak perubahan. Upaya mengubah program default menjadi sulit karena dua alasan berikut: 

1. PBS Menghindari Rasa Sakit (Pain) dan Mengejar Rasa Senang (Pleasure)

PBS beroperasi dengan prinsip dasar menghindari rasa sakit (pain) dan mencari kesenangan (pleausre). Namun, definisi pain dan pleasure bagi PBS berbeda dengan yang dipahami oleh pikiran sadar (PS).

Menurut PBS, pain (rasa sakit) adalah segala sesuatu yang tidak dikenal (unknown). Sebaliknya, pleasure (rasa senang) adalah segala sesuatu yang sudah dikenal (known). Dengan prinsip ini, PBS tidak peduli apakah sesuatu itu baik atau buruk bagi individu.

Jika seseorang terbiasa menderita dan situasi ini sudah lama dikenal oleh PBS, maka penderitaan tersebut oleh PBS diterima sebagai pleasure. Sebaliknya, jika ada sesuatu yang baik tetapi belum dikenal oleh PBS, hal itu akan diterima sebagai pain dan harus dihindari.

Karena itu, meskipun individu secara sadar ingin mengubah hidupnya menjadi lebih baik, jika kondisi baru tersebut belum dikenal oleh PBS, maka perubahan ini akan dimaknai sebagai ancaman (pain), sehingga PBS pasti menolaknya.

2. PBS Dirancang untuk Menjaga dan Mempertahankan Status Quo

PBS memiliki fungsi utama sebagai mekanisme proteksi, dan salah satu cara untuk melindungi individu adalah dengan menjaga segala sesuatu tetap seperti adanya (status quo).

PBS akan melakukan apa pun untuk memastikan program default tidak berubah, sehingga individu tetap berada dalam pola lama. Jika seseorang berusaha mengubah kebiasaan atau belief lama, PBS akan menciptakan resistensi dan perlawanan. 

Strategi dan Kreativitas PBS Dalam Mempertahankan Status Quo

Dalam perjalanan saya mendalami dunia pikiran, khususnya hipnoterapi, sejak tahun 2005 hingga saat ini, saya aktif berpraktik dan membantu klien yang datang dengan berbagai kondisi. Mereka semua ingin berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Hal yang sama juga saya temukan pada para peserta pelatihan transformasi diri Quantum Life Transformation® (QLT).

Dalam proses membantu klien dan peserta, saya sering kali menghadapi resistensi atau perlawanan dari Pikiran Bawah Sadar (PBS) dalam berbagai bentuk dan strategi. Melalui pengamatan yang saya lakukan secara berkelanjutan dalam waktu yang cukup lama, saya menemukan bahwa PBS menggunakan pola-pola yang konsisten untuk mempertahankan program default.

Berikut ini adalah ekstraksi dari temuan saya di ruang praktik dan hasil interaksi dengan para peserta QLT. Dengan memahami strategi yang digunakan oleh PBS, kita dapat lebih mudah mengatasi resistensi dalam upaya mencapai perubahan positif, terutama dalam mengganti program default yang tidak mendukung keberhasilan hidup dengan program yang lebih konstruktif, produktif, dan mendukung kesejahteraan.

Berikut ini adalah strategi PBS dalam mempertahankan status quo:

1. Menjaga Fokus dan Konsistensi

PBS dirancang untuk memastikan individu tetap berada dalam pola pikir, kebiasaan, dan keyakinan yang sudah tertanam sejak lama. Salah satu caranya adalah dengan menjaga fokus dan konsistensi terhadap program default.

Strategi yang PBS lakukan adalah dengan terus menghadirkan pandangan, pikiran, perasaan, ucapan, dan tindakan yang selaras dengan program yang telah tertanam.

Jika seseorang telah lama memiliki keyakinan bahwa dirinya "tidak berbakat dalam bisnis", PBS akan menjaga konsistensi dengan menghadirkan pemikiran seperti:

"Ini terlalu sulit untuk saya."
"Saya tidak punya pengalaman yang cukup."
"Saya lebih cocok bekerja daripada berbisnis."

Akibatnya, setiap kali individu mencoba melakukan sesuatu di luar kebiasaannya, PBS akan menarik kembali fokusnya ke zona nyaman dan membuatnya merasa harus tetap dalam pola lama yang telah dikenal.

Contohnya, seseorang yang terbiasa bangun siang ingin mulai bangun lebih pagi. PBS akan menciptakan rasa malas, dorongan untuk menekan tombol snooze, atau pikiran seperti "Tidur lebih lama lebih baik untuk kesehatanku."

Semua ini bertujuan untuk menjaga konsistensi dengan kebiasaan lama. 

2. Memberi Hukuman

PBS menggunakan mekanisme "hukuman" untuk mencegah seseorang keluar dari pola lama yang sudah tertanam. Hukuman ini sering kali muncul dalam bentuk emosi negatif, rasa tidak nyaman, atau gejala fisik saat seseorang mencoba melakukan perubahan.

Strategi yang PBS lakukan adalah saat individu mencoba keluar dari program default, PBS akan menciptakan rasa takut, cemas, merasa tidak aman, atau stres yang membuat individu berpikir bahwa perubahan tersebut berbahaya.

Hukuman ini bisa berbentuk:
- Rasa takut gagal.
- Kecemasan berlebihan.
- Pikiran negatif yang terus muncul.
- Munculnya rasa bersalah atau malu.
- Ada suara dalam hati yang menegur dan berkata negatif.

Akibatnya, individu sering kali merasa bahwa perubahan itu lebih menyakitkan daripada tetap berada dalam kondisi lama.

PBS ingin memastikan individu tetap aman dalam status quo, bahkan jika status quo tersebut sebenarnya tidak sehat atau menghambat perkembangan.

Contohnya, bila seseorang yang ingin berbicara di depan umum tetapi memiliki trauma sosial sejak kecil, ia akan merasa takut, detak jantung meningkat, berkeringat, atau merasa sesak napas.

Ini adalah "hukuman" yang diberikan PBS agar individu tidak melanjutkan perubahan. 

3. Penguatan Positif

Selain menggunakan hukuman untuk mempertahankan status quo, PBS juga menggunakan strategi penguatan positif dengan memberi reward setiap kali individu tetap berada dalam kebiasaan lama. Ini memperkuat program default sehingga semakin sulit untuk diubah.

Strategi yang PBS lakukan adalah setiap kali individu tetap dalam pola lama, PBS akan menciptakan rasa aman, nyaman, lega, senang, atau kepuasan sesaat untuk meyakinkan individu bahwa mereka telah membuat keputusan yang benar.

Contoh bentuk penguatan positif yang dilakukan PBS:

- Merasa nyaman saat menunda pekerjaan (karena tidak harus menghadapi stres).
- Merasa aman dalam hubungan yang tidak sehat (karena takut sendirian lebih menyakitkan).
- Merasa lega setelah menuruti kebiasaan buruk seperti makan berlebihan atau merokok.

Akibatnya, individu menjadi lebih terikat pada kebiasaan lama karena PBS terus memberikan "hadiah" berupa rasa nyaman dan lega setiap kali mereka tetap berada dalam pola lama.

Contohnya, seorang perokok yang ingin berhenti merokok akan mengalami stres atau kecemasan saat tidak merokok.

PBS kemudian memberi "penguatan positif" dengan memberikan rasa tenang saat individu kembali merokok, seolah-olah itu adalah solusi yang tepat.

4. Membatasi Ketersediaan Pilihan

PBS mempertahankan status quo dengan menciptakan ilusi keterbatasan pilihan, membuat individu merasa bahwa mereka tidak memiliki banyak opsi untuk berubah.

Strategi yang PBS lakukan adalah dengan membentuk pola pikir yang membuat individu tidak bisa melihat peluang baru, atau merasa bahwa opsi yang ada sangat terbatas.

Ini dilakukan melalui:

- Keyakinan bahwa "Tidak ada cara lain yang bisa saya lakukan."
- Keyakinan bahwa "Ini sudah nasib saya."
- Pikiran seperti "Saya tidak punya bakat," atau "Saya tidak punya kesempatan seperti orang lain."
- Fokus hanya pada kesulitan, bukan pada kemungkinan.

Akibatnya, individu merasa terjebak dalam kondisi yang ada dan akhirnya tidak mencoba mencari jalan keluar. Mereka percaya bahwa perubahan tidak mungkin terjadi atau terlalu sulit untuk dicapai.

Contohnya, seorang karyawan yang merasa tidak bahagia dalam pekerjaannya tetapi tetap bertahan karena berpikir, "Saya tidak punya keterampilan lain, jadi saya tidak bisa mencari pekerjaan baru."

PBS menciptakan keyakinan ini agar individu tetap berada dalam pola lama yang telah dikenalnya. Padahal bila dipikir secara logis, karyawan ini sebenarnya dapat memilih untuk belajar dan mengembangkan keterampilan baru. Namun ini tidak dilakukan karena ia tidak dapat melihat opsi ini. 

5. Menciptakan Ilusi Rasa Aman

PBS cenderung menahan seseorang dalam zona nyaman, karena menganggap apa yang sudah dikenal sebagai yang paling aman. Perubahan dianggap sebagai ancaman, bahkan jika perubahan itu sebenarnya mengarah pada sesuatu yang lebih baik.

Ini dilakukan dengan cara setiap kali individu mencoba sesuatu yang baru, PBS akan menciptakan ketakutan terhadap ketidakpastian, rasa tidak aman, membuat individu ragu-ragu untuk melangkah keluar dari kebiasaan lama.

Akibatnya, individu menolak perubahan dan lebih memilih bertahan dalam kondisi yang tidak ideal hanya karena sudah terbiasa.

Contohnya, seorang wanita yang memiliki pasangan toksik dan abusive tidak berani memutuskan hubungan dan menjalin relasi dengan pria lain karena berpikir, "Bagaimana bila ternyata pasangan baru saya tidak lebih baik dari yang sekarang, tapi lebih buruk?

Ia berpikir adalah jauh lebih aman bertahan dalam relasi toksik dan abusive dengan pasangannya saat ini, daripada mendapat pasangan baru yang ternyata jauh lebih buruk. 

6. Menghasilkan Resistensi dan Sabotasi Diri

PBS menciptakan resistensi terhadap perubahan dengan membangkitkan keraguan diri, kecemasan, atau bahkan sabotase diri agar individu kembali ke pola lama.

Ini dilakukan dengan cara setiap kali seseorang ingin membuat perubahan besar, PBS akan membuat individu menunda-nunda, mencari alasan, atau menciptakan konflik internal.

Akibatnya, individu merasa seperti "terjebak" dalam pola lama dan tidak mampu bergerak maju.

Contohnya, seseorang ingin mulai berolahraga secara rutin, tetapi setiap kali waktunya tiba untuk berolahraga, muncul pikiran seperti:

"Saya terlalu lelah hari ini."
"Besok saja mulai."
"Saya tidak punya peralatan yang tepat."
"Sedang hujan, besok saja saat hari cerah."

Akhirnya, ia tidak pernah benar-benar memulai rutinitas olahraga tersebut. 

7. Memanfaatkan Identitas Diri

PBS mengaitkan program lama dengan identitas seseorang, sehingga perubahan dianggap sebagai ancaman terhadap jati diri.

Cara yang PBS lakukan adalah dengan terus mengarahkan perilaku dan pikiran agar selaras dengan keyakinan lama yang sudah tertanam. Akibatnya, individu sulit berkembang karena merasa perubahan berarti kehilangan identitasnya.

Contohnya, ada seseorang yang sejak kecil selalu dianggap pemalu oleh keluarga dan lingkungan. Ketika ia ingin lebih percaya diri dalam berbicara di depan umum, muncul pemikiran seperti:

"Saya bukan tipe orang yang bisa berbicara di depan banyak orang."
"Saya memang terlahir sebagai introvert, tidak mungkin bisa berubah."

Pemikiran ini membuat ia tetap menghindari situasi yang membutuhkan keberanian berbicara. 

8. Mengaktifkan Mekanisme Pertahanan Emosi

PBS menggunakan mekanisme pertahanan psikologis seperti rasionalisasi, proyeksi, atau penyangkalan untuk menolak perubahan.

Untuk mencapai tujuan ini, PBS akan menciptakan alasan-alasan logis untuk membenarkan mengapa perubahan tidak perlu dilakukan. Akibatnya, individu merasa bahwa tidak perlu berusaha karena merasa nyaman dengan kondisi yang ada.

Contohnya, seorang pekerja kantoran yang ingin memulai bisnis sampingan, tetapi ia terus berkata:

"Saya tidak punya modal."
"Saya tidak berbakat dalam bisnis."
"Lebih baik tetap di pekerjaan yang stabil."

Semua ini adalah bentuk rasionalisasi yang dibuat oleh PBS untuk mempertahankan status quo. 

9. Mengulang Pola Lama Melalui Asosiasi Emosi

PBS menyimpan asosiasi emosi dari pengalaman masa lalu dan menggunakannya untuk mengarahkan perilaku di masa sekarang.

Setiap kali individu mencoba sesuatu yang mirip dengan pengalaman buruk di masa lalu, PBS akan memunculkan kembali perasaan negatif tersebut. Hal ini mengakibatkan individu menghindari situasi baru karena takut mengalami hal buruk yang sama.

Contohnya, seorang wanita yang pernah mengalami hubungan yang toksik kini sulit membuka diri untuk hubungan baru. Setiap kali ada seseorang yang mendekatinya, ia berpikir:

"Nanti aku akan disakiti lagi."
"Semua laki-laki sama saja."
"Lebih baik sendiri daripada terluka."

PBS menggunakan pengalaman masa lalu untuk melindungi individu, tetapi pada saat yang sama juga menghambat pertumbuhan emosionalnya. 

10. Memprogram Persepsi Terhadap Waktu

PBS sering kali mengacaukan persepsi terhadap waktu, membuat seseorang merasa masih ada banyak waktu atau sebaliknya, sudah terlambat untuk berubah.

PBS melakukan ini, membuat individu terjebak dalam stagnasi, dengan cara memberi kesan bahwa masih ada waktu yang cukup, atau bahwa sudah tidak ada harapan lagi. Ini mengakibatkan individu terus menunda atau menyerah sebelum mencoba.

Contohnya, setiap kali individu hendak melakukan sesuatu yang baru, ia akan pikir:

"Saya masih muda, nanti saja mulai menabung."
"Saya sudah terlalu tua untuk belajar hal baru."
"Mungkin tahun depan saya akan mulai bisnis."

Akhirnya, waktu terus berlalu tanpa ada perubahan nyata. 

11. Mengunci Pola Melalui Medan Morfik

PBS mempertahankan resonansi dengan medan morfik lama, memastikan individu tetap berada di lingkungan dan kebiasaan yang selaras dengan program default.

Cara PBS melakukan strategi ini adalah dengan menarik individu ke lingkungan, orang-orang, dan situasi yang mendukung pola lama.

Akibatnya, individu sulit keluar dari pola lama karena lingkungan terus memperkuat kebiasaannya.

Contohnya, seseorang yang ingin berhenti merokok tetapi tetap berada di lingkungan perokok berat akan terus merasa sulit untuk berubah. Medan morfiknya masih selaras dengan pola lama, sehingga meskipun ada niat berubah, resonansi dengan lingkungan membuatnya kembali ke kebiasaan semula. 

12. Memicu Keterikatan Emosional Terhadap Masa Lalu

PBS mempertahankan status quo dengan menciptakan keterikatan emosional terhadap masa lalu, membuat individu terjebak dalam nostalgia atau trauma untuk menghambat perubahan.

Akibatnya, individu merasa lebih nyaman hidup di masa lalu daripada bergerak maju.

Contoh:

"Dulu saya lebih bahagia, sekarang semuanya berbeda."
"Saya tidak bisa move on dari masa-masa indah dulu."
"Saya takut melupakan kenangan lama."

Akhirnya, individu tidak berani membuat perubahan karena masih menggenggam masa lalu. 

13. Membatasi Imajinasi Terhadap Masa Depan

PBS membatasi kemampuan seseorang untuk membayangkan kehidupan yang lebih baik.

PBS menjalankan strategi ini dengan menanamkan keyakinan bahwa perubahan tidak mungkin terjadi, sehingga individu tidak mampu membayangkan versi dirinya yang lebih baik. Akibatnya, individu merasa tidak ada harapan untuk berubah.

Contoh:

"Saya tidak bisa sukses, saya bukan orang yang beruntung."
"Saya tidak bisa membayangkan hidup yang lebih baik dari ini."
"Perubahan itu hanya untuk orang lain, bukan untuk saya."

Tanpa imajinasi yang kuat, seseorang tidak memiliki motivasi untuk berkembang. 

14. Membangkitkan Ketakutan akan Kehilangan

Setiap perubahan membawa konsekuensi, dan PBS sering kali lebih menekankan apa yang mungkin hilang jika seseorang berubah, bukan apa yang bisa didapatkan.

PBS menjalankan strategi ini dengan menciptakan rasa takut akan kehilangan, sehingga individu ragu untuk mengambil langkah perubahan. Akibatnya, individu tetap bertahan dalam kondisi lama meskipun tidak lagi nyaman.

Contoh:

"Kalau saya berhenti kerja, saya mungkin kehilangan keamanan finansial."
"Jika saya berubah, mungkin teman-teman saya menjauh."

Akhirnya, individu lebih memilih untuk tetap berada dalam kondisi yang ada daripada mengambil risiko. 

Kesimpulan

PBS memiliki banyak strategi untuk mempertahankan status quo. Namun, dengan memahami bagaimana PBS bekerja, kita bisa lebih mudah mengatasi resistensi dan melakukan perubahan secara efektif.

Dengan kesadaran dan teknik yang tepat, kita bisa melepaskan batasan bawah sadar dan membangun kehidupan yang lebih baik. Kita tidak harus terjebak dalam program lama. Kita bisa menulis ulang kehidupan kita. Dan kita bisa memilih untuk berubah.

Baca Selengkapnya
Non-Thinking Skill: Keterampilan Tidak Berpikir
26 Maret 2025
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering diajarkan untuk berpikir lebih baik, lebih cepat, dan lebih tajam. Keterampilan berpikir (thinking skill) dianggap sebagai kunci utama untuk mencapai kesuksesan dan kehidupan yang berkualitas.
 
Namun, ada satu keterampilan yang jarang diajarkan, padahal sama pentingnya, bahkan bisa dikatakan lebih penting, yaitu keterampilan tidak berpikir (non-thinking skill).
 
Non-thinking bukan berarti kebodohan atau ketidaksadaran, melainkan sebuah kondisi di mana kita tetap sadar sepenuhnya, tetapi tanpa diliputi oleh arus pemikiran yang terus-menerus.
 
Non-thinking adalah keadaan di mana pikiran berada dalam ketenangan tanpa dipenuhi oleh pemikiran yang terus berputar. Dalam kondisi ini, seseorang tidak bereaksi terhadap stimulus dengan berpikir secara otomatis, tetapi hanya mengalami momen saat ini sebagaimana adanya, tanpa menambahkan label, makna, atau penilaian.
 
Misalnya, saat kita duduk di tepi pantai, melihat ombak yang bergulung, mendengar suara angin, dan merasakan semilir udara tanpa berpikir, "Ini indah" atau "Saya berharap bisa tinggal di sini selamanya," ini adalah momen non-thinking. Kita hadir sepenuhnya, hanya merasakan pengalaman tersebut dalam keheningan batin.
 
Dalam keadaan non-thinking, seseorang tetap sadar dan waspada, tetapi tidak bereaksi terhadap setiap pikiran yang muncul. Ia hanya mengamati pikiran-pikiran itu tanpa perlu terlibat di dalamnya.
 
Dalam non-thinking, pikiran bisa benar-benar menghilang sementara waktu, dan hanya kesadaran murni yang tersisa. Non-thinking bisa dilatih dan dilakukan secara sadar, dan sering kali muncul secara alami dalam momen-momen tertentu, seperti saat kita sepenuhnya terserap dalam keindahan alam, dalam kondisi flow, atau dalam keadaan meditasi yang mendalam.
 
Dalam non-thinking, kita tidak hanya mengamati, tetapi juga melepaskan semua konsep, interpretasi, dan pemaknaan yang biasa diberikan oleh pikiran. Kita melihat dunia sebagaimana adanya, tanpa filter konsep atau opini.
Non-thinking skill adalah keterampilan untuk membiarkan pikiran menjadi tenang, tidak terjebak dalam arus berpikir yang terus-menerus, serta mampu mengalami hidup secara langsung tanpa dipenuhi dengan analisis berlebihan, asumsi, atau interpretasi yang menghambat.
 
Non-thinking skill adalah keterampilan penting yang memungkinkan kita hidup dengan lebih damai, intuitif, dan penuh kesadaran. Berbeda dari berpikir rasional yang sering kali kita andalkan, non-thinking memungkinkan kita untuk mengalami kehidupan secara langsung tanpa analisis yang berlebihan.
 
Bagaimana Mempraktikkan Non-Thinking?
 
Meskipun non-thinking bisa terjadi secara alami, ada beberapa cara yang dapat membantu kita memasuki kondisi ini lebih mudah:
 
1. Melatih Keheningan
- Luangkan waktu beberapa menit setiap hari untuk hanya diam tanpa gangguan, tanpa mencoba berpikir atau menganalisis apa pun.
- Rasakan napas, suara di sekitar, dan sensasi tubuh tanpa mencoba memprosesnya dalam kata-kata.
 
2. Mengamati Tanpa Label
- Saat melihat sesuatu, cobalah hanya mengamatinya tanpa memberi nama atau makna.
- Misalnya, saat melihat bunga, alih-alih berpikir "Ini mawar yang indah," cukup lihat bentuknya, warna, dan rasakan keberadaannya tanpa kata-kata.
 
3. Memperlambat Respon terhadap Pikiran
- Jika pikiran muncul, cukup disadari, dan biarkan ia datang dan pergi tanpa harus langsung ditanggapi.
- Latih diri untuk tidak langsung bereaksi terhadap pikiran pertama yang muncul.
 
4. Menggunakan Aktivitas Meditatif
- Aktivitas seperti berjalan di alam, melukis, mendengarkan musik tanpa lirik, atau sekadar duduk dalam keheningan dapat membantu memasuki kondisi non-thinking dengan alami.
 
Kesimpulan: Mengapa Non-Thinking Penting?
 
Dalam dunia yang semakin sibuk dan penuh distraksi, kita cenderung hidup terlalu banyak di dalam kepala kita sendiri. Pikiran terus bekerja, menganalisis, menilai, dan memberi makna pada setiap hal. Ini membuat kita sering kali melewatkan esensi dari kehidupan itu sendiri.
 
Non-thinking bukan berarti menghindari pemikiran, tetapi sebuah keterampilan untuk melepaskan keterikatan terhadap pikiran, memahami bahwa pikiran hanyalah pikiran, dan tidak selalu mewakili realitas sejati.
Non-thinking adalah menonaktifkan pemikiran yang tidak perlu agar kita bisa mengalami hidup secara lebih autentik dan mendalam. Ketika kita berhenti berpikir sejenak, kita mulai melihat dunia sebagaimana adanya—tanpa distorsi, tanpa ilusi, tanpa penghakiman.
Baca Selengkapnya
Dari Teknologi Pikiran ke Teknologi Kesadaran
23 Maret 2025
Dalam perjalanan menuju pemahaman diri dan transformasi, terdapat dua pendekatan utama yang dapat digunakan: teknologi pikiran dan teknologi kesadaran. Keduanya memiliki tujuan yang sama—membantu individu mencapai keseimbangan, pertumbuhan, dan kebebasan dari belenggu mental serta emosional—tetapi bekerja dengan cara yang berbeda.
 
Teknologi pikiran beroperasi dalam ranah pikiran bawah sadar, di mana pola pikir, belief, perilaku, dan emosi seseorang terbentuk. Melalui teknik seperti hipnoterapi, The Heart Technique (THT), NLP (Neuro-Linguistic Programming), dan berbagai metode reprogramming pikiran, individu dapat mengidentifikasi dan mengubah pola-pola yang menghambat mereka.
 
Pendekatan ini telah terbukti sangat efektif dalam menyelesaikan trauma, mengatasi mental block, emotional block, dan menggantikan belief negatif dengan belief yang lebih mendukung. Dengan kata lain, teknologi pikiran membantu seseorang menata ulang isi pikiran bawah sadarnya agar lebih selaras dengan tujuan hidupnya.
 
Sementara itu, teknologi kesadaran melampaui pikiran dan bekerja langsung pada level pengalaman batin yang lebih dalam. Pendekatan ini tidak menggunakan manipulasi kognitif atau teknik berbasis analisis, tetapi mengandalkan keheningan, meditasi, resonansi dengan medan morfik, dan penyelarasan energi untuk menciptakan transformasi yang lebih alami dan mendalam.
 
Dalam kondisi kesadaran murni, seseorang dapat mengalami pemahaman intuitif tanpa perlu intervensi pikiran analitis, memungkinkan perubahan terjadi bukan karena rekayasa pikiran, tetapi karena keterhubungan langsung dengan sumber kesadaran itu sendiri.
 
Dengan teknologi pikiran, seseorang bisa menyusun kembali narasi hidupnya, mengganti keyakinan yang menghambat, dan menciptakan realitas yang lebih positif. Dengan teknologi kesadaran, seseorang tidak hanya memahami, tetapi mengalami langsung hakikat keberadaannya, menemukan jawaban tanpa perlu mencarinya, dan mencapai pemahaman yang lebih luas tentang dirinya serta kehidupan.
 
Keduanya bukanlah pilihan yang saling bertentangan, melainkan dua jalan yang dapat digunakan secara bersamaan, tergantung pada kebutuhan individu. Ada kalanya seseorang memerlukan teknologi pikiran untuk menata ulang aspek psikologisnya, dan ada saatnya ia perlu teknologi kesadaran untuk mencapai kedalaman pemahaman yang tidak bisa dicapai hanya dengan berpikir.
 
Selama lebih dari dua puluh tahun saya belajar dan mendalami teknologi pikiran, mencipta protokol, mengembangkan dan menyempurnakan beragam teknik dan strategi terapi yang telah berhasil membantu sangat banyak orang mengatasi berbagai kondisi emosi dan perilaku yang tidak kondusif, dan bertumbuh menjadi diri mereka yang lebih baik lagi.
 
Sejak delapan tahun terakhir saya sangat intens mendalami teknologi kesadaran. Saya berusaha menyusun protokol untuk aplikasi teknologi kesadaran dalam membantu sesama mengatasi kondisi mental, emosi, dan perilaku yang menghambat.
 
Saya jarang bisa mendapat kesempatan untuk menggunakan protokol ini, mengingat klien datang bertemu saya di ruang praktik untuk menjalani hipnoterapi, bukan untuk uji coba teknik kesadaran.
 
Namun, sesekali kesempatan emas datang tanpa direncanakan dan saya mendapat peluang menggunakan teknologi kesadaran dalam membantu sesama.
 
 
Kisah Ibu Pauline
 
Bulan lalu, dalam suatu kesempatan, saya tidak sengaja bertemu dengan seorang sahabat lama, sebut saja Ibu Pauline, 72 tahun. Beliau tampak sehat dan sangat senang saat bertemu saya, dan menyampaikan hal penting.
 
Ibu Pauline menyimpan kesedihan mendalam akibat perpisahan mendadak dengan suaminya. Suaminya berpulang ketika ia berusia 26 tahun. Menurutnya, suaminya adalah cinta pertamanya, dan kepergian ini begitu mengguncangkan jiwanya.
 
Saat menceritakan kejadian yang telah terjadi 46 tahun lalu, matanya menerawang jauh, air matanya bercucuran. Ia masih menyimpan luka dan kesedihan yang terus ia bawa selama puluhan tahun.
 
Selain itu, Ibu Pauline juga memendam rasa marah, kecewa, dan dendam yang cukup intens terhadap salah satu sahabatnya. Sewaktu Ibu Pauline menceritakan hal ini, tampak wajahnya berubah menjadi merah. Emosi-emosi ini telah lama ia simpan dalam hidupnya. Ia menyadari bahwa semua itu tidak baik bagi dirinya, tetapi selama ini ia tidak tahu cara untuk melepaskannya.
 
Karena pertemuan kami terjadi di luar ruang praktik, saya memanfaatkan kesempatan ini untuk membantunya melepaskan semua kepahitan dan emosi negatif yang membelenggu dirinya, bukan dengan hipnoterapi atau teknik berbasis teknologi pikiran, melainkan dengan teknologi kesadaran.
 
Saya menuntunnya menggunakan protokol teknologi kesadaran yang saya kembangkan. Dengan cepat, Ibu Pauline masuk ke dalam kondisi keheningan yang belum pernah ia alami sebelumnya. Saya kemudian membimbingnya untuk meningkatkan dan memperluas kesadarannya, sebelum memproses pengalaman perpisahan dengan suaminya.
 
Tanpa perlu melakukan apa pun secara aktif, dalam kondisi kesadaran yang telah diperluas ini, hanya dengan niat yang tulus, keikhlasan, dan kepasrahan, semua emosi negatif dari kenangan masa lalu serta keterikatannya dengan suaminya mulai luruh dengan sendirinya hingga tuntas. Dengan kata lain, Ibu Pauline mengonstruksi realitas baru.
 
Setelahnya, saya meminta ia untuk mengingat kembali kejadian tersebut. Namun kali ini, wajahnya tampak tenang, bahkan tersenyum bahagia. Dengan lembut, ia berkata:
 
"Ini sudah selesai. Suami saya menjalani kehidupannya sendiri sesuai rencana Yang Kuasa. Sementara saya juga demikian. Tidak ada lagi yang perlu disesali atau disedihkan. Semua baik adanya."
 
Hal yang sama terjadi pada emosi negatif yang ia rasakan terhadap sahabatnya. Ia tidak lagi melihatnya sebagai masalah. Menurutnya, tidak ada yang perlu dipermasalahkan, karena sejatinya memang tidak pernah ada masalah.
 
 
Harapan ke Depan
 
Saya sungguh berharap protokol terapi berbasis teknologi kesadaran ini dapat segera diajarkan kepada publik. Tentu saja, setelah melewati rangkaian uji coba dan penyempurnaan yang diperlukan.
 
Saya melihat dampak yang sangat positif dan signifikan yang dapat kita capai melalui teknologi kesadaran—bukan hanya dalam membantu meningkatkan kualitas hidup sesama, tetapi yang lebih penting, dalam meningkatkan kesadaran kolektif kita menuju kehidupan yang lebih baik, lebih selaras, dan lebih bermakna.
 
 
Baca Selengkapnya
Menulis Ulang Takdir: Dari Hidup "By Default" Menjadi Hidup "On Purpose"
20 Maret 2025

Setiap orang sejatinya berhak hidup sukses, bahagia, kaya, sejahtera, damai, dan mulia. Namun, meskipun kita semua merindukan kehidupan yang ideal ini, kenyataannya, mayoritas orang tidak mengalaminya. Padahal, sejak lahir, Tuhan telah menganugerahi setiap manusia dengan potensi luar biasa serta kemampuan berpikir.

Kondisi hidup, atau yang sering disebut nasib, dapat ditelaah dari proses kehidupan yang kita jalani, terutama sejak masa bayi hingga tiga belas tahun pertama. Dalam proses tumbuh kembang, kita menyerap berbagai pengalaman hidup, baik yang positif maupun negatif seperti trauma, serta informasi, nilai hidup, dan kepercayaan (belief) dari pengasuh utama, yakni orang tua dan lingkungan. Tanpa disadari, semua ini membentuk program pikiran yang menjalankan diri kita.

Program yang tertanam dalam pikiran mencakup belief, value, jati diri, serta batasan dan kemungkinan yang kita anggap sebagai realitas hidup. Program-program ini tersimpan sebagai program default di pikiran bawah sadar (PBS), yang secara otomatis mengarahkan dan membatasi sejauh mana kita bisa berkembang.

Sebagaimana namanya, program default bekerja tanpa kita sadari. Ia mengarahkan, mendikte, bahkan membatasi pencapaian kita dengan menetapkan batas maksimal yang bisa dan boleh kita raih dalam setiap aspek kehidupan—termasuk kesuksesan, relasi, kesehatan, bisnis, karier, dan spiritualitas.

Ironisnya, kebanyakan orang bahkan tidak menyadari bahwa mereka memiliki program default ini. Kesadaran akan adanya batasan tak kasatmata ini sering kali baru muncul ketika seseorang mulai merenungkan kualitas hidupnya, merasa terjebak dalam pola yang berulang, menghadapi kegagalan yang sama, mengalami hambatan dalam mengubah diri, atau merasakan kebuntuan dalam mencapai impian mereka.

Mereka mulai bertanya-tanya:
"Mengapa saya sulit meraih kesuksesan?"
"Mengapa orang lain lebih mudah sukses daripada saya?"
"Saya sudah bekerja keras, tetapi mengapa belum juga berhasil?"
"Benarkah Tuhan berlaku adil?"
"Apa yang salah dengan diri saya?"

Sesungguhnya tidak ada yang salah dengan diri kita. Semua benar adanya karena kehidupan berjalan mengikuti program default yang ada di PBS.

Setelah menyadari keberadaan program default ini, langkah logis berikutnya adalah mengidentifikasi dan menggantinya dengan program baru yang lebih mendukung kesuksesan hidup.

 

Mengapa Mengubah Program Default Tidak Mudah?

Mengubah program default bukanlah perkara mudah. Pikiran bawah sadar memiliki fungsi utama untuk melindungi kita, dan program-program yang telah tertanam sejak lama, sering kali dianggap sebagai kebenaran mutlak.

Akibatnya, mengubah program ini terasa seperti kehilangan jati diri—sesuatu yang selama ini kita anggap sebagai bagian dari siapa kita.

PBS secara alami menolak perubahan. Ia dirancang untuk mempertahankan status quo demi kelangsungan hidup. Perubahan dianggap sebagai ancaman, meskipun perubahan itu sebenarnya baik dan diinginkan.

Bentuk perlawanan PBS, saat kita hendak mengubah program default, adalah dengan memunculkan perasaan tidak nyaman-takut, cemas, gelisah, dan gejala atau gangguan kondisi fisik-sakit kepala, mual, sesak napas, atau yang lain, dengan intensitas tertentu.

Semakin kuat perlawanan PBS, semakin intens perasaan tidak nyaman yang kita alami. Inilah sebabnya mengapa muncul mental block dan emotional block saat seseorang berusaha mengubah hidupnya.

Mental Block adalah hambatan dalam pola pikir, di mana seseorang memiliki keyakinan yang membatasi dan menahan potensinya. Hal ini bisa berupa keraguan diri, takut gagal, perfeksionisme berlebihan, atau pola pikir negatif yang berulang.

Emotional Block adalah hambatan dalam pengolahan emosi, yang muncul akibat emosi negatif yang belum terselesaikan, seperti ketakutan mendalam, kecemasan berlebihan, perasaan tidak berharga, atau trauma emosional masa lalu.

Kedua hambatan ini berperan besar dalam menciptakan resistensi internal saat seseorang ingin mengubah kebiasaan, meningkatkan kualitas hidup, atau mengejar impian yang lebih besar.

Untuk bisa merevisi dan mengganti program default, langkah pertama yang harus dilakukan adalah secara sadar merancang kehidupan yang diinginkan serta menetapkan tujuan hidup dengan jelas. Tanpa arah baru yang jelas, PBS akan tetap bekerja berdasarkan program lama.

Ketika kita mulai menetapkan visi dan tujuan hidup, sering kali muncul ketidaksesuaian antara program lama dengan keinginan baru. Ketidaksesuaian ini menimbulkan rasa tidak nyaman, konflik batin, atau bahkan sabotase diri.

Selain itu, bagi kebanyakan orang, perubahan terasa sulit karena ketakutan akan rasa sakit jauh lebih besar dibandingkan harapan akan kenikmatan yang didapat setelah berubah.
 
Pada titik inilah strategi dan teknik yang tepat diperlukan untuk dapat mengganti program default di PBS dengan mudah, sehingga mendukung pencapaian tujuan yang kita inginkan.

Ada banyak cara untuk mengubah program default ini. Beberapa yang telah terbukti sangat efektif antara lain hipnoterapi, swahipnosis, teknik swaterapi The Heart Technique®, TUHT, The Void, DNA, teknik mengubah belief berbasis kecerdasan tubuh, energi medan morfik, dan kesadaran.

 

Kesadaran dan Konstruksi Realitas

Setelah seseorang berhasil mengganti program default yang menghambat dengan program yang lebih konstruktif, melepaskan trauma masa lalu, mengatasi mental block dan emotional block, ia mengalami peningkatan dan perluasan kesadaran.

Kesadarannya menjadi lebih jernih dan fleksibel. Ia tidak lagi terikat pada program lama, tidak lagi dikendalikan oleh ketakutan, dan tidak lagi terbebani oleh emosi negatif.

Hal ini menghasilkan korelasi sinergis yang lebih tinggi dalam otak, memungkinkan individu untuk mengakses lattice dengan lebih baik.

Lattice, dalam teori Sintergi yang digagas Jacobo Grinberg, adalah substruktur universal yang berisi informasi kuantum murni. Dengan pikiran yang lebih terbuka dan kesadaran yang lebih luas, seseorang mampu menangkap serta memproses realitas dengan cara yang lebih luas dan mendalam.

Dengan kata lain, ketika seseorang berhasil melepaskan keterbatasan bawah sadarnya akibat program default, ia mulai memiliki kapasitas lebih besar untuk mengonstruksi realitas baru yang lebih sesuai dengan tujuan hidupnya.

Program-program baru yang telah diterima oleh PBS akan diperkuat hingga akhirnya menjadi program default baru, yang kemudian mengarahkannya untuk mencipta kualitas hidup baru dengan lebih mudah.

 

Kesadaran Baru dan Medan Morfik Baru

Dengan kesadaran barunya, selain mampu mengakses lattice, individu juga mulai terhubung dengan medan morfik yang baru. Medan morfik adalah jaringan informasi kolektif yang menyimpan pola perilaku, kebiasaan, dan keyakinan yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Ketika seseorang mengubah program default-nya, ia melepaskan resonansi dengan medan morfik lama yang membatasi pertumbuhannya dan mulai menyelaraskan dirinya dengan medan morfik yang lebih positif, yang mencerminkan potensi dan tujuan barunya.

Tanpa perubahan ini, seseorang yang berpindah ke lingkungan baru sering mengalami "benturan realitas", karena medan morfik yang berbeda. Namun, ketika seseorang telah selaras dengan medan morfik baru yang lebih memberdayakan, ia akan lebih mudah menarik pengalaman dan orang-orang yang mendukung transformasinya.

Dengan kata lain, perubahan di dalam diri menciptakan perubahan di luar diri.

Seseorang tidak hanya berubah secara internal, tetapi juga mengubah medan informasi eksternal yang ia akses, serta resonansinya dengan realitas kolektif yang baru.

Jika kita berani melangkah dengan kesadaran penuh, kita bisa menciptakan realitas baru sesuai yang kita inginkan.

Kesadaran penuh adalah sine qua non untuk bisa melakukan perubahan, menulis ulang kisah hidup dan mencapai versi terbaik dari diri kita.

Mari melangkah dari hidup yang "by default" lama, menuju hidup yang "on purpose", dan akhirnya menjadi hidup yang "by default" baru.

Baca Selengkapnya