The only hypnotherapy school in Indonesia approved by American Council of Hypnotist Examiners (ACHE), USA
Saya mendapat pertanyaan dari seorang sahabat, "Pak Adi apa bisa menangani pasien dengan masalah gangguan kejiwaan?"
Sebelum memberi jawaban, saya meminta sahabat ini untuk menjelaskan lebih lanjut apa yang ia maksud dengan gangguan kejiwaan, agar saya dapat memahami dengan benar konteks pertanyaannya.
Ia menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan gangguan kejiwaan adalah kondisi emosi yang tidak terkendali, berbicara dari hati sampai besok pagi, sering mengenang hal yang sudah berlalu dan tidak relevan, serta mengalami depresi.
Di lain kesempatan, dari sahabat yang lain, saya mendapat pertanyaan, "Pak Adi, apakah NPD bisa disembuhkan dengan hipnoterapi?"
Saya juga meminta sahabat ini untuk menjelaskan apa yang ia maksud dengan NPD agar saya mendapat pemahaman yang benar mengenai maksudnya.
Sahabat ini kemudian memberikan uraian cukup panjang mengenai NPD (Narcissistic Personality Disorder) atau Gangguan Kepribadian Narsistik, mencakup definisi, ciri-ciri, sikap, perilaku, kondisi emosi, dampak, dan jenis-jenis NPD. Saya tahu bahwa informasi ini ia ambil dari internet.
Saya kemudian bertanya lebih lanjut tentang kondisi emosi dan perilaku calon klien, agar lebih memahami situasinya. Kembali ia mengutip informasi dari internet dan memberi uraian panjang lebar tentang apa yang dimaksud dengan NPD.
Saya sampaikan kepada sahabat ini bahwa saya tahu apa yang dimaksud dengan NPD. Saya mempelajari buku DSM-5 dan Psikologi Abnormal. Yang saya butuhkan adalah kondisi riil yang dialami calon klien.
Ia menjelaskan bahwa calon klien mengalami kondisi suka marah, tidak bisa dikritik, suka membanggakan dirinya hebat padahal menggunakan sumber daya orang lain, suka memotong pembicaraan orang lain, suka dipuji, arogan, tidak punya teman, dan tidak punya empati.
Di beberapa kesempatan lain, ada calon klien bertanya apakah hipnoterapi bisa menyembuhkan trypophobia, trikotilomania, cognitive anxiety, bipolar, BDD (Body Dysmorphic Disorder), BPD (Borderline Personality Disorder), OCD (Obsessive Compulsive Disorder), Gender Dysphoria, Histrionic Personality Disorder, dan Frotteuristic Disorder.
Saya selalu meminta mereka melupakan label-label ini dan menjelaskan secara rinci kondisi emosi dan simtom perilaku yang dialami.
Mengapa hipnoterapis AWGI memerlukan detail simtom klien?
Alasan saya selalu meminta sahabat yang bertanya pada saya untuk menjelaskan secara detail simtom, kondisi emosi, dan perilaku calon klien adalah karena kami, hipnoterapis AWGI, bekerja dengan paradigma yang berbeda dari psikiater dan psikolog klinis.
Kami bekerja mengikuti standar layanan, aturan, dan kode etik yang tegas dan jelas. Kami tidak dapat dan tidak boleh menangani kasus-kasus berat yang berada di luar ranah keilmuan dan kompetensi terapeutik kami.
Kami tidak menggunakan terminologi psikiatri atau psikologi klinis dan tidak melakukan penegakan diagnosis, karena itu bukan bidang kami. Bahkan jika seorang hipnoterapis AWGI kebetulan memiliki latar belakang sebagai psikiater atau psikolog klinis, ketika ia menjalankan hipnoterapi dengan protokol AWGI, ia tidak perlu melakukan penegakan diagnosis.
Kami bekerja dengan memanfaatkan simtom sebagai landasan untuk menyelesaikan masalah klien. Melalui hipnoanalisis, kami menggunakan simtom untuk menelusuri pikiran bawah sadar klien, menjangkau dan mengungkap akar masalah klien.
Kami sering kali bertemu dengan klien yang memberikan label tertentu atas kondisinya setelah mencari informasi di internet atau bertanya kepada orang lain.
Berdasarkan label atau informasi ini, ada di antara mereka kemudian meyakini bahwa kondisinya sulit atau bahkan tidak bisa pulih. Hal ini tentu sangat merugikan diri mereka sendiri dan menghambat proses terapi.
Dengan tidak menggunakan label tertentu dan lebih fokus pada simtom emosi serta perilaku, kami dapat menjelaskan kepada klien—berdasarkan teori PBS yang menjadi acuan kami—apa yang sebenarnya ia alami, mengapa ia mengalami kondisi ini, dan bagaimana kondisinya dapat, sampai tahap tertentu, dibantu melalui hipnoterapi.
Pendekatan ini juga merupakan bagian dari edukasi terapeutik yang kami lakukan, bertujuan untuk memberikan informasi, pengetahuan, dan wawasan yang lebih objektif kepada klien, serta memberikan harapan bahwa kondisinya masih dapat dibantu dengan hipnoterapi.
Tujuan kami melakukan hipnoterapi adalah membantu klien yang mengalami disorder untu kembali menjadi order, sesuai orderan yang kami terima.
Apakah hipnoterapis perlu mempelajari buku DSM-5 dan Psikologi Abnormal?
Jawabannya tergantung pada kebutuhan dan tujuan yang hendak dicapai. Hipnoterapis tentu sangat boleh mempelajari kedua buku ini, karena sangat informatif dan kaya informasi. Namun, keduanya sama sekali tidak menjelaskan teknik atau strategi secara rinci untuk menangani setiap kondisi psikologis yang dibahas.
Dulu, dalam upaya menambah pengetahuan dan memperluas wawasan, saya membaca dan mempelajari kedua buku ini dengan serius. Setiap kali saya akan menangani klien, saya selalu merujuk kepada kedua buku ini untuk memperoleh penjelasan lebih mendalam.
Namun, pada akhirnya, saya memutuskan untuk tidak lagi fokus pada kedua buku ini. Paradigma dan protokol hipnoterapi yang saya kembangkan, praktikkan, dan ajarkan, serta pengalaman dan temuan di ruang praktik para hipnoterapis AWGI—yang hingga saat ini telah melakukan lebih dari 130.000 sesi konseling dan terapi dengan hasil yang sangat baik dan optimal—sama sekali tidak membutuhkan label atau diagnosis.
Kami hanya fokus pada simtom klien. Simtom, menurut paradigma hipnoterapi AWGI, adalah pesan yang disampaikan oleh PBS kepada individu atau pikiran sadar bahwa ada sesuatu—yaitu akar masalah—di PBS yang perlu diselesaikan.
Dan memang demikianlah adanya. Saat akar masalah ini berhasil diungkap dan diselesaikan, simtom akan hilang dengan sendirinya, masalah klien terselesaikan, dan ia sembuh.
Bagaimana dengan orang yang mengalami gangguan kejiwaan?
Bagi seseorang yang mengalami gangguan kejiwaan, langkah yang paling tepat bukan menemui hipnoterapis, tetapi berkonsultasi langsung dengan psikiater atau dokter spesialis jiwa, karena mereka memiliki kompetensi dalam menangani kondisi ini.
Sementara untuk kondisi emosi yang tidak terkendali atau kebiasaan mengenang hal yang sudah terjadi, biasanya berupa kejadian yang mengandung emosi negatif intens, ini bisa dibantu dengan hipnoterapi.
Bagaimana dengan orang yang mengalami gangguan psikologis lainnya?
Berdasarkan penjelasan calon klien mengenai kondisi emosi dan simtom yang mereka alami, hipnoterapis AWGI akan memutuskan apakah kondisi ini bisa dibantu dengan hipnoterapi atau tidak.
Bila kondisi ini di luar kompetensi terapeutik kami, kami tidak boleh menanganinya. Kami menyarankan klien untuk meminta bantuan psikiater atau psikolog klinis.