The only hypnotherapy school in Indonesia approved by American Council of Hypnotist Examiners (ACHE), USA

Artikel
Membangun Kompetensi Induksi Hipnotik
21 Juni 2024

๐Œ๐ž๐ฆ๐›๐š๐ง๐ ๐ฎ๐ง ๐Š๐จ๐ฆ๐ฉ๐ž๐ญ๐ž๐ง๐ฌ๐ข ๐ˆ๐ง๐๐ฎ๐ค๐ฌ๐ข ๐‡๐ข๐ฉ๐ง๐จ๐ญ๐ข๐ค

Saya membaca laporan proses dan hasil induksi yang dilakukan oleh peserta SECH 2024 dengan sangat antusias. Hanya dalam beberapa hari saja, masing-masing peserta telah melakukan induksi kepada 5, 7, 9, dan 11 klien dengan sangat baik. Mereka semua berhasil menuntun klien masuk kondisi profound somnambulism atau lebih dalam lagi.

Kompetensi melakukan induksi berawal dari proses belajar yang mereka jalani di kelas SECH. Mereka belajar tentang cara kerja, sifat, dan hukum-hukum pikiran secara mendalam, lapisan kesadaran, mulai sadar normal hingga kondisi tidur, indikasi kondisi hipnosis dalam yang digunakan sebagai parameter, berlatih membaca skrip dengan benar di bawah supervisi ketat, mendapat masukan perbaikan dan peningkatan.

Merujuk pada pengalaman pribadi saya saat awal belajar hipnoterapi, saya memahami suasana batin para peserta yang baru pertama kali belajar hipnoterapi. Banyak yang masih kurang percaya dengan kemampuan mereka karena ini adalah hal baru bagi mereka.

Saya melakukan pengecekan di pikiran bawah sadar (PBS) setiap peserta untuk menemukan mental block yang menghambat mereka melakukan induksi: tidak percaya diri, merasa sulit atau tidak mampu, takut gagal. Setelahnya, saya lakukan terapi untuk menetralisir mental block ini dengan cepat.

Di kelas SECH saya juga jelaskan apa yang bisa terjadi atau klien alami saat mereka masuk kondisi hipnosis dalam (profound somnambulism). Semua saya sampaikan agar para peserta ini siap sedia bila jumpa hal-hal tersebut, antara lain:

- Klien bisa mengalami abreaksi spontan, muncul emosi intens, meski tujuan induksi adalah menuntun klien masuk kondisi hipnosis dalam, memberi pengalaman relaksasi tubuh dan pikiran.

Saya jelaskan, berdasar hasil pengukuran gelombang otak yang saya lakukan, menggunakan mesin Mind Mirror, saat individu masuk kondisi hipnosis dalam, gelombang otak dominan adalah theta, yang adalah tempat memori.

Klien bisa bertemu banyak memori, baik positif maupun negatif, yang sebelumnya tidak disadari. Klien bisa bertemu memori traumatik dari masa lalu yang belum terselesaikan, memicu emosi yang terlihat dalam pola gelombang delta dengan amplitudo tinggi.

Saya ajarkan teknik khusus untuk mengatasi situasi ini karena para peserta belum mendapat materi teknik intervensi klinis. Materi ini baru diajarkan di pertemuan minggu kedua.

- Klien bisa mengalami kondisi seluruh tubuhnya kaku, yang disebut catatonia, atau tidak merasakan sebagian atau seluruh tubuhnya, sebagai indikasi kedalaman ekstrem.

- Klien tidak mau keluar dari kondisi hipnosis. Ini sangat jarang terjadi, tapi bisa dan pernah terjadi. Saya jelaskan apa yang sebenarnya klien alami, yang membuat ia tidak mau keluar dari kondisi hipnosis. Saya mengajari peserta cara cepat, mudah, dan aman untuk menuntun klien keluar dari situasi ini.

- Saat dituntun keluar dari kondisi hipnosis, klien bisa mengalami pusing. Saya menjelaskan apa yang terjadi pada klien dan teknik untuk menghilangkan pusing yang klien alami dengan cepat dan mudah.

Dari uraian di atas, tampak jelas bahwa membangun kompetensi melakukan induksi bukan sekadar memberikan skrip induksi kepada peserta untuk dibacakan kepada klien. Kompetensi melakukan induksi hanya bisa dicapai bila peserta telah mendapatkan pengetahuan yang cukup, pengalaman praktik yang tersupervisi, serta bimbingan berkelanjutan saat mereka praktik mandiri. Hal ini penting untuk memastikan mereka melakukan induksi dengan benar dan mencapai hasil yang diharapkan, yaitu klien masuk kondisi hipnosis dalam.

Para peserta bisa bertanya kepada saya tentang pengalaman induksi mereka dan hal-hal yang belum mereka pahami sepenuhnya melalui grup Telegram. Saya menjawab semua pertanyaan mereka, baik dengan pesan tulisan maupun pesan suara jika diperlukan penjelasan panjang dan mendalam.

Mengapa setiap peserta SECH harus bisa menuntun klien masuk kondisi hipnosis dalam (profound somnambulism)?

Alasan pertama, yang mereka pelajari adalah hipnoterapi. Hipnoterapi adalah terapi yang dilakukan dalam kondisi hipnosis, sehingga kondisi hipnosis adalah syarat mutlak untuk bisa melakukan hipnoterapi.

Alasan kedua, teknik-teknik intervensi klinis yang diajarkan di kelas SECH mensyaratkan kondisi hipnosis dalam untuk bekerja secara efektif. Dalam kondisi sadar normal, hipnosis dangkal (light trance), dan hipnosis menengah (medium trance), kami tidak bisa melakukan hipnoanalisis secara akurat, mencari, menemukan, dan menyelesaikan trauma dengan efektif dan tuntas.

Berikut ini beberapa pengalaman klien setelah diinduksi dengan skrip ๐€๐๐ข ๐ˆ๐ง๐๐ฎ๐œ๐ญ๐ข๐จ๐ง:

- Klien bercerita telah didiagnosis ADHD, sudah pernah dua kali melakukan relaksasi dengan terapis berbeda dan tidak berhasil, selalu tidak fokus dan pikirannya loncat ke sana kemari. Saat dinduksi, pada awal pikirannya masih loncat ke sana kemari, tapi selanjutnya bisa mengikuti dan fokus, masuk kondisi hipnosis sangat dalam, sangat relaks, dan nyaman. Saat keluar dari kondisi hipnosis, klien merasa sangat takjub karena baru kali ini ia bisa sangat fokus, relaks, dan sangat nyaman.

- Klien berniat untuk buka mata dan mengatakan ‘Hi’ saat diinduksi, tapi tidak mampu buka mata saking rileksnya.

- Sebelumnya klien sedang dalam kondisi cemas berlebihan. Saat diinduksi badan terasa ngantuk, nyaman, relaks dan setelahnya rasa cemas hilang.

- Klien merasa sangat relaks. Baru kali ini merasakan tubuh dan pikiran bisa serelaks ini, badan segar, enteng.

- Klien merasa tenang, nyaman, badan lebih ringan, pikiran terasa lebih plong tidak ada beban.

- Klien rileks, pikirannya tenang, damai, dan mengantuk, klien diberi sugesti Money Magnet dan ini memunculkan bentuk pikiran ia sedang berdagang dan ada banyak tumpukan uang di depan.

- Saat awal datang klien gelisah, selalu melukai bagian jari jari dengan kukunya. Saat mulai induksi badannya masih gelisah, setelah beberapa saat, klien tenang, merasa nyaman, relaks, dan bahagia sampai merasa tidak mau selesai karena baru pertama kali merasakan hal seperti ini.

- Badan terasa hangat, mengantuk, rileks. Pada saat sugesti Money Magnet, membayangkan uang dan angka di rekening tabungan bertambah, harga crypto naik terus. Setelah keluar dari induksi, merasa uang segera akan datang ke dia, keberuntungan akan datang ke dia segera, percaya diri sekali.

Peserta yang berhasil melakukan induksi pada banyak klien, selain membangun kompetensi induksi, juga mengalami peningkatan rasa percaya diri signifikan. Mereka kini siap masuk ke tahap berikutnya, membangun kompetensi terapeutik yang akan digunakan dalam ruang praktik membantu para klien.

Saya bertanya kepada para peserta tentang perasaan mereka setelah melakukan praktik induksi pada klien. Mereka menjawab bahwa setelah melakukan banyak praktik induksi, mereka menjadi sangat percaya diri, mampu menjiwai cara membaca skrip dengan benar, serta mampu mengatur intonasi dan tempo saat membaca skrip.

Kompetensi tinggi tidak dapat dibangun hanya melalui partisipasi dalam pelatihan atau kehadiran di kelas. Mencapai kompetensi tinggi tidak mungkin dicapai dalam waktu singkat. Pencapaian ini memerlukan waktu dan konsistensi. Kompetensi tinggi hanya dapat dibangun melalui proses yang tepat, upaya gigih, sungguh-sungguh, dan berkelanjutan, disertai dengan semangat dan antusiasme yang tinggi, serta bimbingan dan pengawasan oleh pengajar yang berpengalaman.

Demikianlah adanya...
Demikianlah kenyataannya...

Baca Selengkapnya

Video

๐’๐œ๐ข๐ž๐ง๐ญ๐ข๐Ÿ๐ข๐œ ๐„๐„๐† & ๐‚๐ฅ๐ข๐ง๐ข๐œ๐š๐ฅ ๐‡๐ฒ๐ฉ๐ง๐จ๐ญ๐ก๐ž๐ซ๐š๐ฉ๐ฒยฎ (๐’๐„๐‚๐‡)
Informasi Hasil Regresi, Valid?
Cara Mudah Menanam Impian ke Pikiran Bawah Sadar

Artikel

Membangun Kompetensi Induksi Hipnotik
21 Juni 2024

๐Œ๐ž๐ฆ๐›๐š๐ง๐ ๐ฎ๐ง ๐Š๐จ๐ฆ๐ฉ๐ž๐ญ๐ž๐ง๐ฌ๐ข ๐ˆ๐ง๐๐ฎ๐ค๐ฌ๐ข ๐‡๐ข๐ฉ๐ง๐จ๐ญ๐ข๐ค

Saya membaca laporan proses dan hasil induksi yang dilakukan oleh peserta SECH 2024 dengan sangat antusias. Hanya dalam beberapa hari saja, masing-masing peserta telah melakukan induksi kepada 5, 7, 9, dan 11 klien dengan sangat baik. Mereka semua berhasil menuntun klien masuk kondisi profound somnambulism atau lebih dalam lagi.

Kompetensi melakukan induksi berawal dari proses belajar yang mereka jalani di kelas SECH. Mereka belajar tentang cara kerja, sifat, dan hukum-hukum pikiran secara mendalam, lapisan kesadaran, mulai sadar normal hingga kondisi tidur, indikasi kondisi hipnosis dalam yang digunakan sebagai parameter, berlatih membaca skrip dengan benar di bawah supervisi ketat, mendapat masukan perbaikan dan peningkatan.

Merujuk pada pengalaman pribadi saya saat awal belajar hipnoterapi, saya memahami suasana batin para peserta yang baru pertama kali belajar hipnoterapi. Banyak yang masih kurang percaya dengan kemampuan mereka karena ini adalah hal baru bagi mereka.

Saya melakukan pengecekan di pikiran bawah sadar (PBS) setiap peserta untuk menemukan mental block yang menghambat mereka melakukan induksi: tidak percaya diri, merasa sulit atau tidak mampu, takut gagal. Setelahnya, saya lakukan terapi untuk menetralisir mental block ini dengan cepat.

Di kelas SECH saya juga jelaskan apa yang bisa terjadi atau klien alami saat mereka masuk kondisi hipnosis dalam (profound somnambulism). Semua saya sampaikan agar para peserta ini siap sedia bila jumpa hal-hal tersebut, antara lain:

- Klien bisa mengalami abreaksi spontan, muncul emosi intens, meski tujuan induksi adalah menuntun klien masuk kondisi hipnosis dalam, memberi pengalaman relaksasi tubuh dan pikiran.

Saya jelaskan, berdasar hasil pengukuran gelombang otak yang saya lakukan, menggunakan mesin Mind Mirror, saat individu masuk kondisi hipnosis dalam, gelombang otak dominan adalah theta, yang adalah tempat memori.

Klien bisa bertemu banyak memori, baik positif maupun negatif, yang sebelumnya tidak disadari. Klien bisa bertemu memori traumatik dari masa lalu yang belum terselesaikan, memicu emosi yang terlihat dalam pola gelombang delta dengan amplitudo tinggi.

Saya ajarkan teknik khusus untuk mengatasi situasi ini karena para peserta belum mendapat materi teknik intervensi klinis. Materi ini baru diajarkan di pertemuan minggu kedua.

- Klien bisa mengalami kondisi seluruh tubuhnya kaku, yang disebut catatonia, atau tidak merasakan sebagian atau seluruh tubuhnya, sebagai indikasi kedalaman ekstrem.

- Klien tidak mau keluar dari kondisi hipnosis. Ini sangat jarang terjadi, tapi bisa dan pernah terjadi. Saya jelaskan apa yang sebenarnya klien alami, yang membuat ia tidak mau keluar dari kondisi hipnosis. Saya mengajari peserta cara cepat, mudah, dan aman untuk menuntun klien keluar dari situasi ini.

- Saat dituntun keluar dari kondisi hipnosis, klien bisa mengalami pusing. Saya menjelaskan apa yang terjadi pada klien dan teknik untuk menghilangkan pusing yang klien alami dengan cepat dan mudah.

Dari uraian di atas, tampak jelas bahwa membangun kompetensi melakukan induksi bukan sekadar memberikan skrip induksi kepada peserta untuk dibacakan kepada klien. Kompetensi melakukan induksi hanya bisa dicapai bila peserta telah mendapatkan pengetahuan yang cukup, pengalaman praktik yang tersupervisi, serta bimbingan berkelanjutan saat mereka praktik mandiri. Hal ini penting untuk memastikan mereka melakukan induksi dengan benar dan mencapai hasil yang diharapkan, yaitu klien masuk kondisi hipnosis dalam.

Para peserta bisa bertanya kepada saya tentang pengalaman induksi mereka dan hal-hal yang belum mereka pahami sepenuhnya melalui grup Telegram. Saya menjawab semua pertanyaan mereka, baik dengan pesan tulisan maupun pesan suara jika diperlukan penjelasan panjang dan mendalam.

Mengapa setiap peserta SECH harus bisa menuntun klien masuk kondisi hipnosis dalam (profound somnambulism)?

Alasan pertama, yang mereka pelajari adalah hipnoterapi. Hipnoterapi adalah terapi yang dilakukan dalam kondisi hipnosis, sehingga kondisi hipnosis adalah syarat mutlak untuk bisa melakukan hipnoterapi.

Alasan kedua, teknik-teknik intervensi klinis yang diajarkan di kelas SECH mensyaratkan kondisi hipnosis dalam untuk bekerja secara efektif. Dalam kondisi sadar normal, hipnosis dangkal (light trance), dan hipnosis menengah (medium trance), kami tidak bisa melakukan hipnoanalisis secara akurat, mencari, menemukan, dan menyelesaikan trauma dengan efektif dan tuntas.

Berikut ini beberapa pengalaman klien setelah diinduksi dengan skrip ๐€๐๐ข ๐ˆ๐ง๐๐ฎ๐œ๐ญ๐ข๐จ๐ง:

- Klien bercerita telah didiagnosis ADHD, sudah pernah dua kali melakukan relaksasi dengan terapis berbeda dan tidak berhasil, selalu tidak fokus dan pikirannya loncat ke sana kemari. Saat dinduksi, pada awal pikirannya masih loncat ke sana kemari, tapi selanjutnya bisa mengikuti dan fokus, masuk kondisi hipnosis sangat dalam, sangat relaks, dan nyaman. Saat keluar dari kondisi hipnosis, klien merasa sangat takjub karena baru kali ini ia bisa sangat fokus, relaks, dan sangat nyaman.

- Klien berniat untuk buka mata dan mengatakan ‘Hi’ saat diinduksi, tapi tidak mampu buka mata saking rileksnya.

- Sebelumnya klien sedang dalam kondisi cemas berlebihan. Saat diinduksi badan terasa ngantuk, nyaman, relaks dan setelahnya rasa cemas hilang.

- Klien merasa sangat relaks. Baru kali ini merasakan tubuh dan pikiran bisa serelaks ini, badan segar, enteng.

- Klien merasa tenang, nyaman, badan lebih ringan, pikiran terasa lebih plong tidak ada beban.

- Klien rileks, pikirannya tenang, damai, dan mengantuk, klien diberi sugesti Money Magnet dan ini memunculkan bentuk pikiran ia sedang berdagang dan ada banyak tumpukan uang di depan.

- Saat awal datang klien gelisah, selalu melukai bagian jari jari dengan kukunya. Saat mulai induksi badannya masih gelisah, setelah beberapa saat, klien tenang, merasa nyaman, relaks, dan bahagia sampai merasa tidak mau selesai karena baru pertama kali merasakan hal seperti ini.

- Badan terasa hangat, mengantuk, rileks. Pada saat sugesti Money Magnet, membayangkan uang dan angka di rekening tabungan bertambah, harga crypto naik terus. Setelah keluar dari induksi, merasa uang segera akan datang ke dia, keberuntungan akan datang ke dia segera, percaya diri sekali.

Peserta yang berhasil melakukan induksi pada banyak klien, selain membangun kompetensi induksi, juga mengalami peningkatan rasa percaya diri signifikan. Mereka kini siap masuk ke tahap berikutnya, membangun kompetensi terapeutik yang akan digunakan dalam ruang praktik membantu para klien.

Saya bertanya kepada para peserta tentang perasaan mereka setelah melakukan praktik induksi pada klien. Mereka menjawab bahwa setelah melakukan banyak praktik induksi, mereka menjadi sangat percaya diri, mampu menjiwai cara membaca skrip dengan benar, serta mampu mengatur intonasi dan tempo saat membaca skrip.

Kompetensi tinggi tidak dapat dibangun hanya melalui partisipasi dalam pelatihan atau kehadiran di kelas. Mencapai kompetensi tinggi tidak mungkin dicapai dalam waktu singkat. Pencapaian ini memerlukan waktu dan konsistensi. Kompetensi tinggi hanya dapat dibangun melalui proses yang tepat, upaya gigih, sungguh-sungguh, dan berkelanjutan, disertai dengan semangat dan antusiasme yang tinggi, serta bimbingan dan pengawasan oleh pengajar yang berpengalaman.

Demikianlah adanya...
Demikianlah kenyataannya...

Baca Selengkapnya
Tiga Tahap Kritis Menjadi Hipnoterapis Profesional
18 Juni 2024

Di saat istirahat makan siang, saya berbincang dengan beberapa peserta di meja makan. Saya tanya mereka, bagaimana mereka tahu tentang pelatihan hipnoterapi Scientific EEG & Clinical Hypnotherapy® (SECH)

Ada yang tahu SECH dari membaca tulisan dan video yang saya tayangkan di media sosial. Ada yang mendapat informasi dari anggota keluarga atau teman yang telah belajar SECH dan berpraktik sebagai hipoterapis aktif. Ada beberapa yang sebelumnya telah menjalani hipnoterapi dengan hipnoterapis AWGI, merasakan manfaat, dan memutuskan untuk belajar agar juga bisa membantu orang lain. Ada yang mendapat referensi dari sejawat ilmuwan psikologi.

Ada yang memang sudah lama berniat belajar hipnoterapi, tidak tahu harus belajar ke mana, dan mencari informasi di internet. Pencarian ini mengantarkan mereka pada beberapa nama pengajar dan lembaga. Setelah mereka mempelajari dengan cermat rekam jejak pengajar atau lembaga yang mengajar hipnoterapi, melakukan pembandingan, akhirnya memutuskan belajar hipnoterapi di AWGI.

Saya berbagi kisah dan pengalaman saya belajar hipnoterapi dengan para peserta. Saya ceritakan betapa sulit saya bisa mendalami hipnoterapi yang efektif dan ilmiah. Saya sampai harus beli sangat banyak buku dan video dari luar negeri. Dan saya harus benar-benar jeli mencari dan menemukan guru-guru hipnoterapi terbaik di dunia. Saya akhirnya memutuskan belajar hipnoterapi langsung ke beberapa pakar hipnoterapi terbaik di Amerika.

Mereka bertanya kepada saya, apa kriteria yang saya gunakan untuk menentukan kualitas guru sebagai tempat belajar saya.

Saya menjelaskan bahwa sebelum menetapkan kriteria untuk guru, saya perlu terlebih dahulu menetapkan tujuan saya dalam mempelajari hipnoterapi. Apakah saya hanya ingin mendapatkan gelar CHt tanpa mempermasalahkan kualitas pelatihan yang diikuti? Apakah saya sekadar ingin mengetahui apa itu hipnoterapi? Apakah saya ingin bisa berpraktik hipnoterapi? Kompetensi seperti apa yang ingin saya capai? Apakah saya ingin bisa menangani kasus ringan, sedang, atau berat?

Saya memilih menjadi hipnoterapis dengan kompetensi terapeutik tinggi, menjadi hipnoterapis terbaik yang saya bisa menjadi. Bagi saya, gelar tidak penting, yang penting adalah kompetensi. Saat saya melakukan terapi, yang dibutuhkan adalah kompetensi, bukan gelar. Oleh karena itu, saya menetapkan beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh pengajar hipnoterapi yang akan saya datangi.

Kriteria ini meliputi, antara lain:

1. ๐‘๐ž๐ค๐š๐ฆ ๐‰๐ž๐ฃ๐š๐ค ๐๐š๐ง ๐‘๐ž๐ฉ๐ฎ๐ญ๐š๐ฌ๐ข: Pengajar harus memiliki rekam jejak sebagai hipnoterapis aktif, cakap, andal, berpengalaman, dengan kredibilitas dan reputasi yang baik.

2. ๐๐ฎ๐›๐ฅ๐ข๐ค๐š๐ฌ๐ข: Pengajar telah menulis minimal satu buku berkualitas yang membahas hipnoterapi.

3. ๐‘๐ž๐Ÿ๐ž๐ซ๐ž๐ง๐ฌ๐ข: Nama pengajar sering disebut atau menjadi rujukan penulis atau praktisi hipnoterapi lainnya.

4. ๐Š๐จ๐ฆ๐ฉ๐ž๐ญ๐ž๐ง๐ฌ๐ข ๐“๐ž๐ซ๐›๐ฎ๐ค๐ญ๐ข: Pengajar bersedia menunjukkan kompetensinya melalui live therapy di depan murid-muridnya, membuktikan teori, strategi, dan teknik terapi yang diajarkan.

5. ๐€๐ฅ๐ฎ๐ฆ๐ง๐ข ๐๐ž๐ซ๐ค๐ฎ๐š๐ฅ๐ข๐ญ๐š๐ฌ: Alumni pelatihannya terbukti memiliki kompetensi terapeutik tinggi dan aktif berpraktik.

6. ๐๐ž๐ฅ๐š๐ญ๐ข๐ก๐š๐ง ๐“๐š๐ญ๐š๐ฉ ๐Œ๐ฎ๐ค๐š: Pelatihannya harus diselenggarakan secara tatap muka.

7. ๐๐ฎ๐›๐ฅ๐ข๐ค๐š๐ฌ๐ข ๐ˆ๐ฅ๐ฆ๐ข๐š๐ก: Menulis artikel jurnal tentang hipnoterapi (opsional).

Dengan menggunakan kriteria ini, saya bertemu dengan guru-guru hipnoterapi terbaik dunia seperti Gil Boyne, Randal Churchill, Gerald Kein, John Butler, Tom Silver, dan Anna Wise. Semua guru ini melakukan live therapy di kelas, menangani klien dengan masalah riil, bukan sekadar simulasi. Ini memungkinkan kami sebagai murid melihat, belajar, dan memahami proses hipnoterapi yang benar dan efektif dari awal hingga akhir.

Pengalaman belajar dengan guru-guru saya ini menginspirasi saya untuk melakukan hal yang sama. Sejak pertama saya menyelenggarakan pelatihan hipnoterapi profesional di tahun 2008, saya melakukan live therapy sebagai bagian dari proses pendidikan untuk menghasilkan hipnoterapis profesional berkompetensi terapeutik tinggi.

Untuk memastikan setiap peserta didik SECH mampu menumbuhkembangkan kompetensi terapeutik tertinggi yang bisa mereka capai, saya memutuskan menaikkan standar proses pendidikan hipnoterapis lebih tinggi lagi, dengan memberikan bimbingan dan supervisi pada setiap praktik yang dilakukan para peserta didik SECH.

Ini bukan hal mudah karena sangat menyita waktu, menguras energi dan pikiran saya. Saya membaca setiap laporan kasus terapi yang dilakukan para peserta SECH, menilai, dan memberi saran, masukan untuk perbaikan dan peningkatan kompetensi mereka.

Keputusan ini didasarkan pada pengalaman pribadi saya. Saya tahu betapa sulitnya mencapai kompetensi tinggi tanpa bimbingan dan supervisi ketat yang dilakukan secara terstruktur, sistematis, dan berkelanjutan oleh pengajar berpengalaman.

Berdasar pengalaman saya, ada tiga tahap kritis yang harus dilalui setiap peserta didik untuk menjadi hipnoterapis kompeten:

1. ๐๐ž๐ง๐๐ข๐๐ข๐ค๐š๐ง ๐“๐ž๐จ๐ซ๐ข: Peserta harus memahami landasan teori yang kuat, pengetahuan yang mendalam tentang cara kerja pikiran, pendekatan, metode, strategi, dan teknik-teknik terapi yang telah teruji, terbukti aman, dan efektif. Tahap ini sangat penting karena menjadi landasan untuk tahap-tahap berikutnya.

2. ๐ˆ๐ง๐๐ฎ๐ค๐ฌ๐ข ๐‡๐ข๐ฉ๐ง๐จ๐ฌ๐ข๐ฌ: Peserta harus mampu melakukan induksi dan berhasil menuntun klien masuk ke kedalaman kondisi hipnosis yang tepat untuk melakukan terapi. Keberhasilan induksi membangun rasa percaya diri yang sangat penting dalam praktik hipnoterapi. Di kelas SECH, selain menjelaskan landasan teori dari skrip induksi yang digunakan, saya juga menunjukkan cara penggunaan skrip yang benar dengan melakukan induksi pada peserta.

3. ๐๐ซ๐š๐ค๐ญ๐ข๐ค ๐Œ๐š๐ง๐๐ข๐ซ๐ข: Peserta harus mampu melakukan praktik mandiri yang efektif dan sukses membantu klien, karena keberhasilan pada tahap awal ini sangat penting untuk menguatkan kepercayaan diri mereka. Ini hanya bisa dicapai jika peserta memiliki pengetahuan dan pemahaman yang benar dan mendalam tentang hipnoterapi, mampu melakukan induksi dengan berhasil, dan telah melihat secara langsung bagaimana terapi dilakukan. Saya memberikan kesempatan kepada peserta untuk mempelajari empat video rekaman live therapy yang saya lakukan di angkatan SECH sebelumnya dan melakukan empat live therapy di depan kelas.

Peserta juga diberi basis data dan pengalaman terapi sejak minggu pertama hingga hari terakhir pendidikan. Saya menceritakan berbagai kasus yang pernah saya dan hipnoterapis AWGI tangani, strategi dan teknik yang digunakan, dan hasil terapi yang dicapai.

Dengan pendekatan ini peserta dapat menjadi hipnoterapis profesional dengan kompetensi terapeutik tinggi, mampu membantu klien secara efektif, dan berkontribusi positif dalam masyarakat.

Baca Selengkapnya
Otak Tidak Bisa Menerima Kata Negatif: Kata Siapa?
9 Juni 2024
Saya sering mendapat pertanyaan dari pembaca buku dan peserta pelatihan, "Pak, katanya otak atau pikiran tidak bisa menerima kata negatif (negasi) seperti tidak, jangan, tanpa, tidak boleh, dan sejenisnya. Apa benar seperti ini?"
 
Jawaban singkat, "Ini tidak sepenuhnya benar". Saya ingat pertama kali menulis tentang hal ini di dinding FB saya tanggal 18 Desember 2012. Dan dalam beberapa kesempatan, saya juga telah mengulas tentang ini.
 
Pemahaman awam dan juga sering saya temukan di berbagai buku memang mengatakan bahwa otak atau pikiran tidak bisa menerima kata yang bersifat negasi. Dasar pemikirannya adalah saat seseorang diminta "Jangan memikirkan gajah" maka yang terjadi ia justru memikirkan gajah.
 
Prosesnya adalah untuk bisa "jangan memikirkan" maka harus ada "gajah" terlebih dahulu dimunculkan di pikiran. Begitu "gajah" ini muncul maka "jangan memikirkan" sudah tidak lagi bisa bekerja karena gambar ini akan tetap ada di pikiran.
 
Pemahaman ini benar namun tidak semuanya benar. Bagaimana bila kita menggunakan kalimat "Saya tidak kaya"? Dengan pemahaman atau logika pada contoh di atas, berarti otak/pikiran akan "menghilangkan" kata "tidak" dan akan hanya menjalankan kalimat "Saya kaya".
 
Bila logika di atas adalah senantiasa benar, kita dapat menggunakan kalimat sugesti atau afirmasi dengan kata negatif seperti "Saya tidak rajin", "Saya tidak bahagia", "Saya tidak cerdas", "Saya tidak cantik", "Saya tidak pintar", "Saya tidak beruntung", "Saya tidak sehat", atau sejenisnya dan, sekali lagi, berdasar logika di atas, yang akan diterima oleh otak atau pikiran adalah kalimat positif karena kata "tidak" diabaikan atau tidak diterima.
 
Pertanyaan saya, beranikah kita memberi sugesti pada diri sendiri menggunakan kalimat-kalimat di atas dan berharap hasil positif? Jawabannya pasti tidak.
 
Lalu, pemahaman yang benar seperti apa?
 
Saya mendapat pemahaman yang berbeda saat mempelajari hipnoterapi klinis khususnya mengenai mekanisme, cara kerja, hukum, dan sifat pikiran bawah sadar. Dalam dunia hipnoterapi klinis, dalam konteks menyusun sugesti untuk klien, ada terminologi "pharsing". Pharsing adalah kecenderungan pikiran bawah sadar untuk menolak kata-kata yang bersifat negasi (tidak, jangan, atau sejenisnya) saat seseorang berada dalam kondisi relaksasi pikiran yang dalam (deep trance).
 
Kata kunci pada definisi di atas adalah "kecenderungan" dan "relaksasi pikiran yang dalam". Cenderung berarti tidak selalu. Relaksasi pikiran yang dalam berarti seseorang berada dalam kondisi hipnosis yang dalam.
Memang sebaiknya, diusahakan, untuk selalu menggunakan kata-kata positif. Misal "jangan malas" diganti dengan "rajin", "jangan telat" diganti dengan "datang tepat waktu", "jangan lupa" diganti dengan "ingat".
Namun bila ternyata tidak ada kata positif pengganti, misal untuk sugesti berhenti merokok, "Saya bukan perokok", maka gunakan sugesti ini walau ada kata negatif. Otak atau pikiran kita dapat memahami apa yang diinginkan.
Baca Selengkapnya
Live Therapy Sebagai Landasan Kompetensi Terapeutik
5 Juni 2024

Salah satu sejawat hipnoterapis AWGI, alumnus SECH tahun 2023, kirim pesan melaporkan kasus yang ia tangani. Kasus pertama, fobia terbang dengan pesawat. Kasus ini di permukaan tampak sederhana, namun di baliknya terdapat akar masalah serius. Kasus kedua, klien dengan kecenderungan melakukan tindakan bunuh diri. Ia mampu menangani keduanya dengan sangat baik dan tuntas, masing-masing dalam satu sesi terapi. Hasil tindak lanjut pada kedua klien ini, sebulan kemudian, didapatkan hasil bahwa keduanya sangat baik dan stabil kondisinya.

Sejawat ini secara khusus menyampaikan terima kasih karena saat mengikuti pendidikan hipnoterapis di AWGI, ia berkesempatan tidak hanya menonton dan mempelajari video rekaman live therapy, juga terutama ia menyaksikan langsung live therapy yang saya lakukan di depan kelas.

Menurutnya, dengan menyaksikan live therapy ia belajar cara cepat membangun relasi terapeutik yang kuat, membangun rasa percaya dan aman dalam diri klien sehingga klien bersedia terbuka dan menceritakan masalahnya.

Ia menjadi lebih cermat dan teliti saat mendengar cerita klien dan mengamati bahasa tubuh dan ekspresi wajah klien sebagai bentuk komunikasi nonverbal. Ia mendapat "feel" bagaimana sikap, perhatian, keyakinan dan hati terapis saat membantu klien di ruang praktik.

Dan yang juga sangat penting, ia menyaksikan langsung, belajar, dan mengerti cara efektif dan efisien dalam menggunakan strategi dan teknik terapi seturut dinamika yang terjadi di ruang praktik. Menurutnya, ia mengerti bagaimana menjadi peka, tanggap, dan lentur dalam membantu klien. Pembelajaran ini berdampak signifikan dan memampukan dirinya bekerja optimal membantu klien.

Saya menyadari bahwa proses hipnoterapi sangat kompleks. Sejak pertama kali saya mengajar hipnoterapi di tahun 2008, hingga saat ini, saya menetapkan live therapy di depan kelas sebagai salah satu syarat mutlak untuk membangun kompetensi terapeutik setiap peserta didik.

Berdasar pengalaman saya belajar dan membangun kecakapan terapi, terapis pemula tidak akan bisa membangun kompetensi terapeutik tinggi hanya dengan mendapat pelajaran di kelas, baca workbook, nonton video, dan kemudian langsung praktik mandiri. Bila ini yang terapis pemula lakukan, sama seperti saya dulu, yang terjadi adalah kebingungan, tak tahu arah, dan akhirnya mengalami kegagalan berulang.

Hipnoterapis pemula sangat butuh melihat langsung proses terapi yang benar agar mereka memilik basis data yang kuat sebagai acuan dan tolok ukur (benchmark). Mereka juga butuh mendapat bimbingan berkelanjutan hingga akhirnya mencapai standar kompentensi yang ditetapkan.

Di kelas SECH saya menunjukkan langsung aplikasi ilmu yang diajarkan di kelas ke dalam praktik nyata. Masalah yang saya tangani tidak boleh masalah ringan atau sederhana seperti fobia. Masalahnya harus cukup kompleks sehingga teknik yang diajarkan di kelas dapat dipraktikkan dan ditunjukkan dengan segala dinamikanya.

Saat peserta didik melihat langsung teknik yang mereka pelajari berhasil membantu klien mengatasi masalah, pengalaman dan bukti ini menumbuhkan rasa percaya diri kuat bahwa mereka pun pasti bisa.

Saya melakukan total empat sesi live therapy di depan kelas, dengan klien yang berasal dari luar peserta. Jika klien adalah peserta workshop, proses terapinya tidak dapat menunjukkan dinamika yang terjadi di ruang praktik, karena peserta mengenal saya sebagai pengajar dan figur otoritas. Sebaliknya, jika klien berasal dari luar dan tidak mengenal saya, proses terapi berjalan persis seperti yang terjadi di ruang praktik saya.

Di kelas SECH saya hanya mengajarkan teknik yang saya gunakan di ruang praktik. Teknik-teknik ini telah teruji aman dan efektif mengatasi masalah klien dengan cepat dan tuntas. Saya tidak mengajarkan teknik yang belum pernah saya gunakan, walau di berbagai literatur diklaim efektif. Teknik yang saya ajarkan adalah intisari dari hasil belajar, praktik, dan temuan kami sejak tahun 2005 hingga kini.

Di awal karir saya sebagai hipnoterapis, saya punya banyak sekali teknik untuk kasus berbeda. Misal, untuk menangani klien yang mengalami fobia, saya gunakan teknik A. Untuk masalah kecemasan, teknik B. Masalah adiksi, teknik C. Untuk insomnia, teknik D. Kebiasaan menunda, teknik E, dan seterusnya.

Karena ada banyak teknik yang harus saya ingat, saya sering mengalami kebingungan. Setiap kali menangani klien, saya tidak dapat fokus mendengarkan dan memahami masalah mereka, karena pikiran saya justru sibuk memikirkan teknik mana yang akan saya gunakan.

Kondisi ini menjadi semakin rumit bila ternyata masalah klien bersifat multilayer atau berlapis. Misal klien mengalami adiksi rokok. Dari hasil wawancara diketahui klien merokok karena stres. Ia stres karena sedang ada masalah di pekerjaan. Bila seperti ini kondisinya, teknik apa yang akan digunakan?

Akhirnya, saya memutuskan untuk menyederhanakan proses terapi. Melalui proses yang tidak mudah, selama tiga tahun saya mengamati dan mempelajari setiap masalah klien untuk menemukan pola. Saya juga membaca buku dan artikel jurnal. Dengan memahami pola-pola tersebut, penanganan setiap masalah dapat menggunakan protokol yang sama, meskipun dengan dinamika yang berbeda.

Pola yang saya temukan, untuk setiap masalah (simtom) pasti ada sebab (akar masalah). Bila ada asap, pasti ada api. Cari, temukan, dan padamkan apinya, maka asap dengan sendirinya pasti hilang.

Dengan logika yang sama, jika saya bisa membantu klien mencari, menemukan, dan menyelesaikan akar masalahnya, maka masalah klien akan berhasil diatasi. Setelah hati-hati dan cermat menelaah serta mengujicobakan berbagai teknik, merujuk pada buku teks, artikel jurnal, serta pengalaman dan temuan di ruang praktik, saya akhirnya memutuskan untuk fokus hanya pada dua teknik utama. Semua teknik lainnya, yang sebelumnya cukup merepotkan, saya tinggalkan.

Dua teknik ini, dengan varian strateginya, telah diterapkan dalam lebih dari 130.000 sesi konseling dan terapi selama hampir 20 tahun dengan hasil yang sangat baik. Teknik-teknik ini terus diperbarui dan ditingkatkan berdasarkan temuan dan pembelajaran kami, para hipnoterapis AWGI.

Mengingat proses pendidikan yang sangat intensif, saya mewajibkan setiap peserta didik untuk hadir dan mengikuti program pendidikan hipnoterapis SECH secara lengkap dan utuh selama 110 jam tatap muka atau 10 hari. Jika ada peserta yang, karena alasan tertentu, tidak dapat hadir meskipun hanya setengah hari, sesuai ketentuan, mereka harus mengundurkan diri.

Seluruh proses pendidikan SECH dilaksanakan secara tatap muka dan tidak dapat dilakukan secara daring (online), karena proses belajar tidak hanya sekadar melihat atau mendengar apa yang disampaikan oleh pengajar seperti yang terjadi dalam pembelajaran daring.

Proses belajar yang baik dan benar melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Ada perbedaan yang signifikan dalam hal pengalaman dan dampak antara pembelajaran daring dan tatap muka. Hal ini juga berlaku untuk menyaksikan live therapy, baik secara daring maupun langsung di kelas.

Hipnoterapis pemula, yang dibekali dengan rasa percaya diri yang tinggi, mampu melaksanakan praktik sesuai protokol dengan hasil yang sangat baik. Ini tidak hanya membangun kompetensi terapeutik mereka tetapi juga semakin meningkatkan dan memperkuat rasa percaya diri mereka.

Sebaliknya, hipnoterapis yang kurang percaya diri atau meragukan kemampuan dan kompetensinya karena tidak menerima pendidikan dan bimbingan yang tepat, tidak akan mampu melaksanakan hipnoterapi dengan benar dan efektif. Semakin mereka tidak percaya diri, semakin tidak efektif terapi yang mereka lakukan.

Hipnoterapis tidak kompeten bisa saja mendapat klien lewat promosi yang dilakukan di media sosial. Namun, bila ia berulang kali gagal membantu klien-kliennya, rasa percaya dirinya pasti akan terdampak hingga akhirnya ia memutuskan berhenti praktik. Tentunya ini sangat disayangkan, mengingat investasi waktu, tenaga, dan biaya yang telah ia keluarkan, dan terutama jumlah hipnoterapis profesional masih sangat sedikit di Indonesia.

Baca Selengkapnya