The only hypnotherapy school in Indonesia approved by American Council of Hypnotist Examiners (ACHE), USA
Saat ini, banyak individu yang, ketika menghadapi masalah emosi atau perilaku, mencari bantuan hipnoterapis untuk mengatasinya. Ini merupakan perkembangan yang sangat positif karena masyarakat kini semakin menyadari pentingnya kesehatan mental dan memahami berbagai alternatif bantuan yang dapat mereka upayakan, salah satunya adalah hipnoterapi.
Individu yang meminta bantuan hipnoterapis tentu berharap kondisi mereka dapat diatasi dengan aman, nyaman, cepat, dan efektif, dengan jumlah sesi terapi seminimal mungkin. Harapan ini juga menjadi tujuan utama setiap hipnoterapis profesional.
Dalam konteks terapi, terdapat dua jenis kesembuhan: semu dan tuntas. Kesembuhan semu terjadi ketika klien, setelah menjalani sesi konseling atau terapi, merasa dirinya telah sembuh atau terapis menyatakan bahwa klien telah sembuh, namun beberapa waktu kemudian klien kembali mengalami masalah yang sama seperti sebelum menjalani terapi.
Kesembuhan semu sering terjadi, menurut temuan kami, hipnoterapis AWGI, karena proses konseling atau terapi tidak berhasil menemukan dan menetralisasi akar masalah (ISE), yaitu kejadian paling awal dan Ego Personality (EP) yang bermasalah.
Dalam hal penyelesaian akar masalah, penting untuk memastikan apakah ISE (Initial Sensitizing Event) bersifat tunggal (single ISE) atau terdiri dari lebih dari satu kejadian (multi-ISE). Hal yang sama berlaku untuk EP (Ego Personality), di mana perlu dipastikan apakah EP yang menyebabkan masalah bersifat satu lapis (single layer) atau terdiri dari banyak lapis (multi-layer).
Pada kasus EP satu lapis, kesembuhan semu sering terjadi akibat pergeseran EP. EP bermasalah yang saat itu sedang aktif (executive) membuat individu mengalami masalah, tidak ditangani dengan cara atau teknik yang tepat, dan hanya digeser dan digantikan oleh EP lain.
EP bermasalah ini, yang semula aktif, akhirnya menjadi tidak aktif atau dorman untuk waktu tertentu, sampai ia terpicu untuk aktif kembali. Ketika EP bermasalah dorman, masalah individu tampak hilang sementara, seolah-olah sembuh. Namun, saat EP bermasalah ini kembali aktif, individu kembali mengalami masalah. Inilah yang sering disebut sebagai kambuh.
Kesembuhan tuntas, di sisi lain, terjadi ketika klien mengalami perubahan positif yang bertahan lama setelah sesi terapi.
Kesembuhan semu, walau bukan penyelesaian tuntas atas suatu masalah, sebenarnya baik adanya, dalam pengertian, ia memberi bukti dan harapan pada klien bahwa masalah atau kondisinya tidak kekal dan dapat diselesaikan. Yang dibutuhkan adalah upaya lebih lanjut, melalui cara yang tepat untuk bisa merealisasikan kesembuhan tuntas.
Menguji Kesembuhan
Bagaimana mengetahui apakah hasil terapi menghasilkan kesembuhan semu atau kesembuhan tuntas?
Hipnoterapis profesional pasti melakukan uji hasil terapi, sebanyak minimal dua kali, untuk memastikan proses terapi yang mereka lakukan menghasilkan kesembuhan tuntas, bukan kesembuhan semu.
Uji hasil terapi pertama dilakukan segera setelah terapi selesai. Uji hasil terapi kedua dilakukan dengan meminta klien mengecek kondisinya minimal satu minggu setelah terapi.
Contoh Praktis
Misalnya, Anda sebagai klien mengalami masalah cemas dan panik saat mengendarai mobil, berhenti di lampu merah, dan ada banyak kendaraan lain di sekeliling mobil Anda.
Sebelum terapi dilakukan, hipnoterapis profesional akan melakukan pretest. Caranya, ia akan meminta Anda menutup mata, mengingat kejadian terakhir saat Anda berhenti di lampu merah, dikelilingi banyak kendaraan lain, dan mengecek respons Anda. Anda pasti merasa tidak nyaman, cemas, dan panik dengan intensitas tertentu.
Setelah terapi, hipnoterapis akan melakukan post-test. Ia akan meminta Anda menutup mata dan membayangkan kejadian yang sama, yaitu berhenti di lampu merah dan dikelilingi banyak kendaraan lain, lalu mengecek respons Anda. Jika terapi berhasil, emosi cemas dan panik tidak lagi Anda rasakan. Ini artinya, Anda sudah sembuh.
Namun, hipnoterapis profesional akan melakukan satu uji hasil terapi lagi. Ia akan meminta Anda untuk mengecek respons Anda dalam situasi nyata selama seminggu ke depan, misalnya saat benar-benar berhenti di lampu merah dikelilingi banyak kendaraan.
Hasil dari uji ini akan memastikan apakah terapi yang dilakukan menghasilkan kesembuhan tuntas atau hanya kesembuhan semu.
Hak dan Kewajiban dalam Terapi
Jika Anda adalah seorang klien yang menggunakan jasa hipnoterapis untuk membantu mengatasi suatu masalah, Anda berhak meminta hipnoterapis Anda melakukan uji hasil terapi. Hal ini juga merupakan kewajiban setiap hipnoterapis profesional.
Uji hasil terapi bertujuan untuk memastikan bahwa kesembuhan yang Anda alami adalah kesembuhan tuntas, bukan kesembuhan semu. Perlu diingat, uji hasil terapi ini dilakukan segera setelah sesi terapi selesai, saat Anda masih duduk di kursi terapi.
Bila hipnoterapis Anda tidak bersedia melakukan uji hasil terapi, Anda dapat melakukannya sendiri mengikuti cara yang telah dijelaskan di atas.
Saya beberapa kali menangani klien yang mengalami kebuntuan, baik dalam karier maupun bisnis, akibat pemahaman yang keliru tentang konsep sombong yang tertanam di pikiran bawah sadar (PBS).
PBS mereka menghambat dan menyabotase upaya sukses karena memaknai sikap, pemikiran, atau tindakan yang sejatinya adalah ungkapan rasa percaya diri positif sebagai bentuk kesombongan.
Sejalan dengan fungsi PBS untuk melindungi individu, PBS melakukan proteksi berdasarkan apa yang dirasa, diyakini, diketahui, diasumsikan, atau dipersepsikan sebagai sesuatu yang merugikan atau membahayakan kesejahteraan individu. Akibatnya, PBS melakukan tindakan "mulia" untuk membuat individu berhenti "sombong" atau bahkan tidak mampu menjadi "sombong."
Untuk membantu klien mengatasi hambatan ini, saya, sebagai terapis, perlu memberikan edukasi kepada PBS klien tentang perbedaan antara percaya diri dan sombong.
Percaya diri dan sombong sering kali terlihat serupa karena keduanya melibatkan keyakinan pada diri sendiri. Namun, sesungguhnya keduanya sangat berbeda. Berikut adalah penjelasan mengenai perbedaan antara percaya diri dan sombong:
1. Esensi
Percaya diri adalah keyakinan positif terhadap kemampuan, nilai, dan potensi diri tanpa merendahkan orang lain. Orang yang percaya diri memahami kekuatannya namun tetap rendah hati.
Sombong adalah keyakinan berlebihan pada diri sendiri, diikuti dengan meremehkan atau merendahkan orang lain melalui pikiran, ucapan, tulisan, atau tindakan. Sombong berfokus pada keunggulan diri untuk memperoleh pengakuan atau perhatian, meskipun belum tentu individu ini benar-benar lebih unggul dari orang lain.
2. Motivasi
Percaya diri berasal dari pemahaman dan penghargaan terhadap diri sendiri. Orang yang percaya diri tidak merasa perlu membandingkan dirinya dengan orang lain atau mencari validasi eksternal. Mereka sadar akan kekurangannya dan menghargai kemampuan serta kapasitas dirinya.
Sombong berasal dari kebutuhan untuk membuktikan diri, sering kali karena dilandasi rasa tidak aman atau keinginan mendapatkan pujian. Sombong adalah klaim sepihak, biasanya tidak berdasar fakta objektif, dan bertujuan mengangkat harga diri yang rendah akibat perasaan tidak berharga.
3. Sikap terhadap Orang Lain
Orang percaya diri menghargai orang lain dan terbuka terhadap kritik serta saran. Mereka mendukung dan menginspirasi orang lain untuk berkembang.
Orang sombong cenderung meremehkan, menghakimi, atau memandang rendah orang lain. Mereka sulit menerima kritik dan sering kali defensif. Saat mendapat informasi objektif, alih-alih berterima kasih dan introspeksi, orang sombong memaknainya sebagai serangan terhadap diri mereka.
Orang sombong biasanya tidak membantah ide atau argumen secara substansial, melainkan menyerang pribadi lawan bicara untuk membungkam perbedaan pandangan.
4. Hubungan Sosial
Orang percaya diri membangun hubungan sosial yang sehat berkat sikap mereka yang positif dan suportif.
Orang sombong cenderung merusak hubungan sosial karena sikap arogan dan kurang menghargai orang lain, sehingga membuat orang menjauh.
5. Ciri-Ciri Utama
Orang percaya diri tetap rendah hati meskipun memiliki banyak prestasi. Mereka fokus pada perbaikan dan peningkatan diri tanpa perlu membandingkan diri dengan orang lain. Mereka juga berani menghadapi tantangan dengan sikap positif.
Orang sombong selalu membicarakan keunggulan diri sendiri. Mereka memproklamirkan diri sebagai yang lebih unggul, meremehkan pencapaian orang lain, dan mudah tersinggung jika tidak mendapat pengakuan atau penghargaan. Orang sombong juga tidak bersedia mengakui kesalahan atau minta maaf.
Kesimpulan
Percaya diri adalah kekuatan yang bersumber dari penghargaan jujur terhadap diri sendiri, sedangkan sombong adalah kelemahan yang ditutupi dengan menonjolkan diri secara berlebihan.
Orang yang percaya diri menciptakan energi positif yang menginspirasi, sementara orang sombong sering kali menciptakan jarak dan ketegangan dalam hubungan sosial. Oleh karena itu, penting untuk membangun kepercayaan diri tanpa terjebak dalam kesombongan.
Orang sombong cenderung membangun narasi yang menyudutkan orang percaya diri, dengan menyatakan bahwa mereka adalah orang sombong. Di sisi lain, orang percaya diri tidak merasa perlu untuk merespons tuduhan tersebut, karena mereka memahami kapasitas dan nilai dirinya.
Orang sombong sering kali membanggakan dirinya dengan klaim bahwa mereka tidak sombong. Sebaliknya, orang percaya diri berusaha mawas diri, menyadari potensi jebakan kesombongan, dan terus menjaga sikap rendah hati agar tidak terjerumus menjadi sombong karena merasa dirinya tidak sombong.
Hipnoterapi adalah terapi, dapat menggunakan teknik apa saja, yang dilakukan dalam kondisi hipnosis. Kondisi hipnosis ini dibutuhkan untuk bisa menembus faktor kritis pikiran sadar sehingga proses terapi yang dilakukan tidak dikritisi atau "diganggu" oleh pikiran sadar klien.
Agar klien bisa mengalami kondisi hipnosis, hipnoterapis menggunakan induksi hipnotik. Namun, terdapat tiga pemahaman utama yang membedakan hipnoterapis profesional dan amatir dalam memahami kondisi hipnosis.
Hipnoterapis amatir (pemula) berpandangan bahwa klien masuk ke kondisi hipnosis berkat upaya yang mereka lakukan terhadap klien. Sebaliknya, hipnoterapis profesional memahami bahwa klien masuk ke kondisi hipnosis atas kehendak dan izin klien. Terapis hanya memfasilitasi proses tersebut.
Hipnoterapis amatir fokus pada skrip induksi. Mereka menyiapkan banyak skrip induksi—biasanya 10–15 skrip—untuk digunakan pada tipe klien yang berbeda dengan harapan salah satu skrip berhasil menghipnosis klien.
Bila ada klien karena sesuatu hal tidak bisa masuk ke kondisi hipnosis, hipnoterapis amatir akan menyimpulkan bahwa klien adalah tipe yang tidak bisa dihipnosis.
Hipnoterapis pemula lebih fokus pada upaya untuk bisa segera mempratikkan teknik induksi dan teknik terapi untuk mengatasi masalah klien. Mereka kurang cermat dan detail dalam proses wawancara mendalam dan merumuskan masalah klien.
Hipnoterapis profesional menyadari pentingnya skrip induksi tetapi lebih fokus pada memahami kondisi, situasi, dan kebutuhan klien. Mereka membangun relasi dan kepercayaan dengan klien, memberikan rasa aman dan nyaman, yang menjadi fondasi penting dalam proses hipnoterapi.
Hipnoterapis profesional mengerti bahwa kondisi hipnosis adalah keniscayaan saat klien percaya pada terapis, sadar akan kebutuhan terapinya, siap, bersedia, dan ikhlas menjalankan sepenuhnya tuntunan terapis.
Mereka memahami dengan jelas bahwa hipnosis bukan sesuatu yang dilakukan kepada klien, melainkan sesuatu yang dilakukan klien pada dirinya sendiri. Hypnosis is not something done to the client. Hypnosis is done by the client.
Mereka juga mengerti bahwa klien masuk ke kondisi hipnosis, sedalam yang dibutuhkan untuk mengatasi masalahnya, dan klien bertahan sedangkal yang dibutuhkan untuk menjaga keselamatan hidupnya.
Kedua, hipnoterapis amatir tidak mengerti bahwa kondisi hipnosis sejatinya terdiri dari banyak jenjang kedalaman. Dan terdapat dua indikator kondisi hipnosis: fisik dan mental. Pada setiap kedalaman hipnosis bisa muncul fenomena spesifik dan unik, baik pada aspek fisik maupun mental.
Hipnoterapis amatir hanya menggunakan atau mengandalkan indikator fisik sebagai penentu kondisi hipnosis. Indikasi fisik ini antara lain: napas melambat dan ritmik, wajah datar, warna kulit wajah menjadi pucat, mata fokus pada satu objek (fiksasi), REM (rapid eye movement), mata menutup tiba-tiba, menelan ludah, lakrimasi, sklera memerah, detak jantung melambat, katalepsi pada tungkai, tubuh terasa berat, dan suhu tubuh berubah. Semua indikator ini sesungguhnya menunjukkan kondisi hipnosis dangkal.
Hipnoterapis profesional mengerti bahwa indikator ini lebih relevan untuk klien dengan tipe sugestibilitas fisik tetapi tidak akurat untuk klien dengan tipe sugestibilitas emosi. Mereka menggunakan indikator mental untuk memastikan secara akurat kedalaman kondisi hipnosis yang sedang dialami klien.
Ketiga, hipnoterapis amatir umumnya tidak memahami bahwa kedalaman hipnosis bersifat dinamis dan dapat berfluktuasi selama sesi terapi.
Hipnoterapis profesional mengerti bahwa untuk proses dan hasil hipnoterapi optimal membutuhkan dua hal: kedalaman dan kestabilan kondisi hipnosis. Mengingat sifat kondisi hipnosis yang dinamis, hipnoterapis profesional menggunakan teknik tertentu untuk memastikan dan mempertahankan kedalaman hipnosis klien pada rentang yang sesuai, menjaga stabilitas kondisi hipnosis selama sesi berlangsung, dan memastikan dampak terapi pada pikiran bawah sadar klien menjadi sangat kuat dan bertahan lama.