The only hypnotherapy school in Indonesia approved by American Council of Hypnotist Examiners (ACHE), USA

Artikel


Scientific EEG Hypnotherapy

21 Juli 2010

Saat menulis artikel ini saya sedang seorang diri, di kamar hotel di kota Camarillo, California, mencatat dan merenungkan apa yang saya pelajari dari salah satu pakar hipnoterapi terkemuka Amerika. Pelatihan ini berlangsung dua hari dan merupakan workshop private, one-on-one, di mana  saya belajar langsung dengan pakar EEG Hypnotherapy terbaik dunia, Tom Silver.

Minggu lalu, selama sembilan hari non stop saya belajar langsung, juga secara private one-on-one, dengan satu-satunya pakar Mind Mirror, Anna Wise, di Berkeley. Sebagian “oleh-oleh” hasil belajar dengan Anna Wise sudah saya tulis di artikel sebelumnya “Bertanya Kepada Keheningan”.

Kali ini saya akan menceritakan apa itu Scientific EEG Hypnotherapy. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa hipnosis/hipnoterapi di tanah air saat ini berkembang cukup pesat. Ada banyak rekan atau lembaga yang mengajar hipnosis/hipnoterapi. Ini adalah kemajuan yang luar biasa. Mulai dari pelatihan 1 hari hingga yang 9 hari. Mulai dari pelatihan yang hanya 8 jam hingga 100 jam. Demikian pula saya mengajar hipnoterapi 100 jam melalui lembaga Quantum Hypnosis Indonesia (QHI).

Saya sangat beruntung karena mendapat kesempatan langka belajar langsung pada Tom Silver pada level Advanced Master Class yang ia selenggarakan. Dan yang lebih luar biasa lagi teknologi EEG yang saya pelajari dari Tom adalah teknologi terbaru yang sangat advanced. Dan yang lebih.. lebih… lebih.. luar biasa lagi adalah saya adalah orang pertama yang mendapat kesempatan belajar teknologi ini dari Tom Silver. He..he.. ini bukannya mau pamer atau narsis lho. Sungguh saya bersyukur kepada Tuhan atau kesempatan langka dan luar biasa ini. Selama ini Tom Silver hanya mendemokan alat ini di kelas pelatihan hipnoterapinya. Semacam tambahan pengetahuan bagi murid-muridnya namun tidak disertifikasi secara khusus sebagai EEG Hypnotherapist seperti yang ia lakukan pada saya.

Kelas Advanced Master Class adalah kelas yang khusus diperuntukkan bagi mereka yang telah telah terbukti punya jam terbang cukup sebagai hipnoterapis aktif dan merupakan hipnoterapis lulusan lembaga terkemuka. Di akhir hari kedua, usai pelatihan, saya mendapat, dan ini benar-benar kejutan bagi saya, dua sertifikasi sekaligus. Pertama, sertifikasi dibidang EEG Scientific & Clinical Hypnotherapy. Dan yang kedua, dan ini benar-benar tidak saya sangka, Tom Silver memberikan sertifikat keanggotaan sebagai Anggota Kehormatan yang pertama dari lembaga Brain Wave Foundation yang baru ia dirikan. Wow.. saya sungguh terharu atas penghargaan dan kepercayaan yang ia berikan kepada saya.

Kembali ke topik semula. Saya dan rekan-rekan trainer dan atau pemerhati hipnosis/hipnoterapi walaupun telah melakukan edukasi publik mengenai apa itu hipnosis /hipnoterapi, baik dengan mengajar atau membuka kelas pelatihan, menulis buku, talkshow di radio atau televisi, atau diskusi, namun mayoritas masyarakat tetap masih mempunyai pemahaman yang kurang tepat, jika tidak mau dikatakan keliru atau salah, tentang hipnosis/hipnoterapi. Banyak yang masih berpikir bahwa hipnosis/hipnoterapi adalah sesuatu yang berhubungan dengan kekuatan supranatural atau magis.

Sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap perkembangan dan kemajuan hipnosis /hipnoterapi di tanah air maka QHI, selain menyelenggarakan pelatihan 100 jam sertifikasi hipnoterapis, juga terus memperkaya wawasan, melakukan update pengetahuan dan materi dengan menimba ilmu baru dan belajar kepada para pakar terbaik di Amerika.

Lalu, apa beda antara hipnosis/hipnoterapi konvensional dan Scientific EEG Hypnotherapy?

Oh, sangat jauh bedanya. Jika orang tidak mengenal Tom Silver sebagai pakar hipnoterapi maka dari apa yang Tom sampaikan orang akan mengira sedang berbicara dengan seorang ahli saraf, atau dokter, atau ilmuwan/peneliti. Tom Silver memang bukan dokter namun ia adalah seorang peneliti yang telah menggeluti riset EEG Hypnotherapy selama lebih dari 15 tahun.

Selama ini kami, trainer hipnosis/hipnoterapi, jika berbicara tentang trance maka teknik yang digunakan untuk mengukur kedalaman trance biasanya adalah berbagai teknik pengujian, biasa disebut dengan covert test, dan atau membaca ciri-ciri tubuh subjek atau klien. Dengan Scientific EEG Hypnotherapy maka kedalaman trance bisa langsung dilihat pada layar komputer melalui pola gelombang otak yang terdiri dari gelombang beta, alfa, theta, dan delta. Dengan demikian kita bisa mendapatkan bukti empirik. Tidak hanya mereka-reka atau kira-kira.

Definisi konvensional, dan ini saya kutip dari US. Dept. of Education, Human Services Division, “Hypnosis is the bypass of the critical factor of the conscious mind and followed by the establishment of acceptable selective thinking” (hipnosis adalah penembusan faktor kritis dari pikiran sadar dan diikuti dengan diterimanya suatu sugesti atau pemikiran tertentu).

Definisi hipnosis menurut Scientific EEG Hypnotherapy, “All hypnosis is based on magnified brainwaves frequency and amplitude changes from beta state to delta state resulting in enhancing and increasing focus, concentration, and receptivity towards any mental message given to subconscious” (semua hipnosis sebenarnya adalah berdasarkan pada perubahan frekuensi dan amplitudo gelombang otak dari kondisi beta ke kondisi delta yang mengakibatkan meningkatnya fokus, konsentrasi, dan penerimaan terhadap pesan-pesan mental yang diberikan kepada pikiran bawah sadar).

Ternyata yang disebut dengan trance, secara neurological, adalah menurunnya aktifitas dan amplitudo gelombang beta (pikiran sadar) dan meningkatnya aktifitas dan amplitudo gelombang alfa, theta ,dan delta. Semakin dalam trance yang dialami seseorang maka semakin rendah gelombang otak yang aktif pada suatu saat.

Saat pikiran sadar kita aktif maka saat itu gelombang otak dominan adalah beta yang berkisar antara 14 – 30 Hz. Saat kita rileks atau light hypnosis maka yang aktif dominan adalah alfa pada kisaran frekuensi 7 sampai 13 Hz. Saat kita turun lebih dalam lagi, masuk ke pikiran bawah sadar maka gelombang otak dominan adalah theta pada kisaran 4 – 7 Hz. Dan pada level deep trance atau somnambulisme gelombang otak yang aktif adalah delta yang berkisar antara 0,1 – 4 Hz.

Wow… ini benar-benar informasi yang luar biasa. Yang lebih dahsyat lagi adalah kita, dengan bantuan EEG yang dirancang khusus untuk tujuan ini, dapat melihat secara real time gelombang otak subjek/klien pada suatu saat dan menstimulasi gelombang otak tertentu sehingga terapi menjadi semakin efektif dan permanen.

Tadi saya melakukan terapi kepada salah satu klien di rumah Tom, seorang wanita, dan saat saya melakukan induksi saya bisa melihat langsung bagaimana gelombang otaknya bergerak dari yang dominan beta langsung turun dan menjadi sangat tenang, hening, dan reseptif. Ia langsung masuk ke kondisi gelombang otak delta yang sangat dalam dan ini yang dikenal dengan level profound somnambulisme. Benar-benar luar biasa dan asyik.

Saat memberikan sugesti saya bisa melihat apakah ada resistensi dari pikiran sadarnya. Hal ini tampak dalam bentuk aktifitas pada gelombang beta dan seberapa besar amplitudonya. Ternyata sama sekali tidak ada penolakan.

Oh ya, tahukah anda bahwa untuk masuk kondisi alfa sebenarnya sangat mudah? Hanya dengan menutup mata dan merilekskan anggota tubuh tertentu maka saat itu juga otak akan menghasilkan gelombang alfa dalam jumlah besar dan dengan amplitudo yang tinggi, biasanya pada kisaran frekuensi 10,5 Hz.

Mengapa semakin rendah gelombang otak seseorang maka semakin efektif terapi yang dilakukan?

Karena semakin rendah gelombang otaknya maka semakin reseptif pikiran bawah sadarnya. Dengan kata lain semakin rendah gelombang otak seseorang maka semakin dalam trance yang ia alami dan semakin reseptif pikiran bawah sadarnya terhadap pesan-pesan mental atau yang biasa kita sebut sugesti. Jadi, sebenarnya nggak benar kalau seseorang dikatakan masuk semakin dalam ke kondisi trance. Yang benar adalah pikirannya menjadi semakin fokus dan reseptif menerima pesan mental atau sugesti. Semakin rendah gelombang otak yang aktif maka semakin rendah resistensi terhadap perubahan.

Dari riset diketahui bahwa setiap gelombang otak ternyata mempengaruhi otak memproduksi dan melepaskan neurotransmitter tertentu seperti serotonin, melatonin, dopamine, endhorpine dan masih banyak lagi yang lain.

Satu penemuan menarik yang membuat saya berkata, “Wow… ini sungguh dahsyat”,  yaitu kita, terapis, dengan mengetahui kondisi gelombang otak subjek/klien dapat menghapus emosi negatif semudah kita men-delete file atau program di komputer kita, tanpa perlu tahu sumber emosinya dan klien sama sekali tidak merasakan emosi ini. Luar biasa, kan?

Tom Silver mendemonstrasikan teknik ini secara live dan mengajari saya, langkah demi langkah, melakukannya dengan benar sehingga saya juga bisa dengan sempurna melakukan teknik ini. Sebelum melakukan teknik ini saya belajar dasar teorinya terlebih dahulu dengan melihat secara langsung pola gelombang otak klien.

Dan tadi saat saya mempraktikkan teknik ini untuk mengatasi perasaan tidak percaya diri dan perasaan tidak mampu pada klien di rumah Tom, hanya dibutuhkan waktu sekitar maksimal 10 menit saja. Sungguh satu teknik yang sangat luar biasa dan, sekali lagi, membuat saya berkata, “Wow… ini sungguh dahsyat”.

Perasaan “Wow… ini sungguh dahsyat” pernah muncul saat dulu saya pertama kali belajar hipnoterapi dan bertemu dengan teknik-teknik terapi yang berkerja dengan dahsyat, cepat, efektif, dan memberikan hasil yang permanen. Dan setelah itu walaupun saya membaca ratusan buku tentang pikiran dan hipnoterapi, nonton ratusan DVD/Video tentang hipnoterapi, saya tidak pernah lagi merasakan perasaan ini. Tapi hari ini saya menemukan kembali perasaan ini. Saya seperti seorang anak kecil yang melompat kegirangan karena mendapat mainan baru yang sangat didambakan.

Pembaca, saya tahu  investasi waktu, pikiran, tenaga, dan biaya belajar ke Amerika benar-benar akan membuat saya memahami apa itu hipnosis dan hipnoterapi hingga pada level neurological. Saya melakukan ini karena kecintaan saya pada dunia hipnosis/hipnoterapi dan untuk bersama-sama rekan-rekan trainer lainnya memajukan hipnoterapi di Indonesia demi kebaikan orang banyak.

Sudah waktunya kita membawa hipnosis/hipnoterapi ke level yang lebih tinggi, level saintifik dan akademik. Bukan sekedar hipnosis yang dulu diajarkan saat jaman Mesmer. Juga bukan hipnosis/ hipnoterapi yang terkesan klenik karena dianggap berasal dari jaman antah berantah. QHI bersama para alumnusnya merasa bahagia dapat memulai langkah besar ini di Indonesia. Dengan dukungan dari rekan-rekan hipnoterapis lainnya maka kita semua akan dapat membuat lompatan Quantum yang luar biasa.

Oh ya, anda bisa melihat foto-foto saya saat belajar sama Tom di Gallery Photo dalam album Scientific EEG Hypnotherapy.

Baca Selengkapnya

WHAT EVERYBODY SHOULD KNOW ABOUT HYPNOSIS

21 Juli 2010

WHAT EVERYBODY SHOULD KNOW ABOUT HYPNOSIS: DAVE ELMAN: HYPNOSIS 1965:

Since the early days hypnosis has been going around the world wearing a cloak of mysticism and a false name. The mysticism quickly disappears when you study the subject, but the name hypnosis, derived from the Greek word meaning sleep, is constantly getting in the way of a proper understanding. Hypnosis is no more like sleep than night is like day. Of course it's related, (night and day are related) but they're as far apart as the sun and the moon.

If you examine hypnosis clinically, you find it doesn't look, act nor feel like you think it shouldn't You meet such an entire stranger that it is best to forget any preconceived notions about it. The sooner you forget your preconceived notions, the sooner you'll learn what it is, how it acts, and how you can use it in your practice.

You probably think that in a few short sessions you will become an expert hypnotist. Frankly. you are hoping for the impossible, because- There is no such thing as a Hypnotist, You are never going to hypnotize anybody. All you can ever do and no one can do more, is to show a person how to go over the hurdle from a normal waking or sleeping state into the peculiar state of mind known as hypnosis. You won't hypnotize him. He'll hypnotize himself.

Those of us who practice the art of suggestion must admit if we are honest, that we have no power. Remember the injunction: "All men are created equal." God never saw fit to give one person power over another. In the practice of hypnosis we have no power. There is nothing I do that you can't do. The only difference is that I possess certain knowledge which when put to use looks magic-Iike in operation. But given that knowledge, any feat I can do, you can do. Knowledge will give you power, but it will never give you' power to hypnotize anybody. Since no one can hypnotize anybody, you can never hope to be a hypnotist.

When we practice hypnosis, we become in reality "hypnotic operators," or '.Dream Pilots.' Once you have taught the subject how to achieve the trance state, the subject willing, you become the one who stimulates his imagination in the hypnoidal state (like sleep or hypnosis: relating to, involving, or resembling sleep or hypnosis). If you're a good dream pilot, you'll give him Good dreams. It's a pleasant idea to think that you can stimulate the imagination of almost everyone, and cause pleasant thoughts above and beyond those which are usually deemed possible.

Did you notice how I stressed the words, "The subject willing"? That's because you cannot give a suggestion to the subject unless he is willing to take it. At all times and in all degrees of hypnosis the subject has full and complete power of selectivity, and reacts only to those suggestions which are reasonable and pleasing to him.

At this point you are probably saying to yourself, "Impossible! I saw someone hypnotized once and he did the craziest things imaginable. Don't try to tell me that if he was in his right mind, he'd do that. If he wasn't hypnotized he wouldn't have taken such outlandish suggestions." If you accept my theory of "Dream Pilot" you'll quickly agree with me. There have been times in your own life when you've had outlandish dreams. Those crazy things you saw someone do in hypnosis were merely dreams induced by an operator, and you were watching a dream in action.

Outlandish? Yes-but undoubtedly reasonable and pleasing to the subject. or the subject would have refused, the dream. Remember that in hypnosis - in all stages - the subject retains complete selectivity.

Most current books on hypnosis stress the fact that the hypnotized subject is "en rapport" with the operator. They seldom add that the subject is also "en rapport" with himself, for he can Hive himself auto-suggestions, and "en rapport'. with the whole world. Not only the operator, but anyone can give the hypnotized subject a suggestion. and if the subject wants to take it. he will take it. But if he doesn't want the suggestion, he won't take it from anyone. including the operator. Clever operators find many ways to get around these seeming paradoxes, but it is an actual fact that if you take a person who has never known the word "hypnosis" nor has heard anything about the phenomenon and induce hypnosis, he may take suggestions from anybody, unless counter-suggestions are given.

Yet, amenable to suggestion as he is, the subject, in the final analysis, is in complete control. Let me repeat: It always seems to the outsider that the operator is in control. That is a fallacy. In every stage of hypnosis the subject is in control, and it only requires a crisis to prove that point. Let the crisis arrive and the hypnotized subject will either reject the suggestion and continue in the state or he will reject the suggestion by coming out of the trance.

The subject in the trance state has complete possession of all his faculties-he can hear-think for himself-speak -see -feel -and although in many cases, he looks unconscious. he is completely aware and can cooperate. Above and beyond all this, he has, in addition, the ability to give him~ self selective awareness or unawareness at will. He can accept or reject a suggestion as he pleases.

Let's state it another way: In hypnosis, the Body and Mind go into a state in which body and mind are equally suggestible. Remember, hypnosis has an effect not only on the conscious mind. but on the unconscious mind too. It has an effect on the autonomic nervous system. Therefore, when we take a person into the suggestible state and give him good dreams, his sensations upon awaking will be physical as well as Mental. Physically he will be refreshed and invigorated. He will have had a pleasant experience.

When you see the way people react under suggestion, then you realize that with every individual you are going to get a different reaction, and you should be able to respond to those reactions, and know what to do in every case.

That is why your knowledge of the subject should be complete and entire. Never be in a position where you can be taken by surprise at an individual reaction. All reactions are individual and therefore different. Maybe there will be two similar reactions, and if you hypnotize thousands of people, you will begin to categorize reactions. But there will always be people who, in the suggestible state react like no one you ever saw before. No one can learn hypnosis thoroughly by observing it on others.

You must experience it yourself to know how different it is from the things you've heard and read about it. To completely understand it you must do more than see it from the inside looking in You must also experience it from the inside looking out. You will find hypnosis a pleasant state and will probably want to try it. Instead of resisting and fighting it, as your knowledge increases and your fear decreases, and the fallacies about hypnosis are cleared up for you, you will reach the stage where you will not only want it for yourself, but you will be able to hypnotize yourself. There is no one who can't be hypnotized.

There is no such thing as you not being hypnotizable. A hypnotized person will not take a harmful suggestion. Since he can hear, and all his senses are particularly acute in the hypnotic state, the law of self-preservation governs him in it, just as it governs him out of it. That is why in the history of the world, no one has been injured by hypnosis. Writers devote reams to the Root point: Could a crime be done by hypnosis? George Estabrook is one of many who says it could be done in various ways.

But it has never been done because that is the long way around to commit a crime. Hypnosis has been in the hands of charlatans, fakes, dubs, amateurs and quacks" for a long, long time, but you still have to find the first case on record which will bear investigation, where a person in a suggestible state has hurt himself or others. You may be sure that you can't do lasting damage with hypnosis.

We have conducted thousands of tests and in all cases one of two things happen if an improper suggestion is given: The subject either terminates the trance state, refusing the suggestion that way; or he remains in the trance state but refuses to carry out the suggestion.

There is little doubt that if a person can be talked into committing a crime without hypnosis that he could be talked into committing a crime with hypnosis. It would simply be the long way around.

Baca Selengkapnya

Memahami Fenomena Kesurupan dari Perspektif Ilmu Pikiran

21 Juli 2010

Dalam setiap pelatihan, baik itu Quantum Life Transformation (QLT) maupun Scientific EEG & Clinical Hypnotherapy (SECH), saya selalu mendapat satu pertanyaan yang cukup menggelitik rasa ingin tahu, “Apa sih sebenarnya kesurupan itu?”

Pertanyaan ini bisa dilihat dari dua kaca mata berbeda; dari sudut pandang metafisika dan dari sudut pandang ilmu hipnoterapi yang membahas mengenai pikiran, khususnya pikiran bawah sadar.

Dalam artikel ini saya tidak membahas kesurupan dari sudut pandang metafisika karena ini di luar ranah keilmuan saya. Kali ini saya khusus membahas kesurupan dari sudut ilmu hipnoterapi.

Menurut pemahaman masyarakat bila seseorang sedang kesurupan maka ia akan bertindak atau berperilaku bukan seperti dirinya yang biasa. Seakan-akan ada pribadi atau makhluk lain yang sedang menguasai orang ini. Pribadi atau mahkluk ini ada yang bisa diajak komunikasi. Ada juga yang tidak bisa. Ada yang punya nama dan ada juga yang tidak.

Biasanya akan terjadi perubahan yang jelas pada aspek fisik. Misalnya cara bicara, suara, bahasa tubuhnya berbeda dari biasanya. Sering terjadi, saat kesurupan, orang bisa berbicara dengan bahasa yang biasanya tidak pernah ia gunakan.

Fenomena kesurupan dalam ilmu hipnoterapi adalah suatu kondisi yang biasa saja. Tidak ada yang istimewa. Yang terjadi pada diri seseorang yang kesurupan, sekali lagi ini dari sudut pandang ilmu hipnoterapi, adalah pada saat itu sebenarnya ia sedang deep trance dan ada satu, dua, atau lebih Ego Personality yang aktif dan mengendalikan kesadarannya.

Lho, apa itu Ego Personality ?

Sebelum saya teruskan saya perlu menjelaskan terlebih dahulu apa itu trance atau kondisi hipnosis. Setiap hari sebenarnya kita beberapa kali masuk dan keluar kondisi hipnosis atau trance baik secara sadar maupun tidak. Semuanya terjadi secara alamiah. Ada yang bisa masuk ke kondisi deep trance dengan mudah. Ada juga yang membutuhkan upaya ekstra untuk bisa masuk trance.

Kondisi hipnosis bisa juga terjadi saat seseorang berada dalam tekanan mental yang melampaui ambang batas toleransi yang diijinkan pikiran bawah sadarnya. Saat seseorang berada di dalam tekanan mental, mengalami suatu peristiwa dengan muatan emosi negatif yang tinggi, maka pada saat itu hanya ada dua pilihan; fight (lawan) atau flight (lari).

Saat seseorang tegang maka adrenalin akan dipompa masuk ke dalam darah dan menyiapkan fisiknya untuk siap melakukan perlawanan. Hal ini bisa dirasakan dengan jantung yang berdegup semakin kencang, otot-otot tubuh menjadi kaku, dan seluruh sistem diri siap untuk menghadapi dan mengatasi bahaya atau sesuatu yang dipersepsikan sebagai bahaya.

Bahaya yang saya maksudkan di sini bisa berupa bahaya yang mengancam secara fisik maupun mental. Bila tekanan atau ancaman terlalu besar dan tidak mampu dilawan (fight) maka secara refleks pikiran akan memilih opsi kedua yaitu flight atau lari. Lari dalam hal ini bisa sungguh-sungguh melarikan diri, mengambil langkah seribu, atau bisa juga “melarikan diri” ke dalam. Saat seseorang lari ke dalam dirinya maka pada saat itu ia masuk ke kondisi trance atau hipnosis. Seringkali orang bisa masuk ke kondisi trance dalam atau bahkan sangat dalam.  

Saya pernah menangani seorang klien wanita yang saat masih di SMP dan SMA seringkali pingsan. Dan kalau sudah pingsan sadarnya lama sekali. Berbagai cara sudah dilakukan untuk membangunkan klien ini tapi tidak berhasil. Bahkan sampai dibawa ke orang pintar dan dibacakan doa tetap nggak bisa bangun atau sadar. Nanti sadarnya terjadi tiba-tiba.

Mendengar kisah ini saya langsung berkata pada klien ini, “Sebenarnya anda tidak pingsan. Yang terjadi adalah anda mengalami begitu banyak tekanan mental, baik dari keluarga maupun dari sekolah, yang membuat anda tidak tahan, dan akhirnya anda memutuskan untuk lari dari keadaan ini. Benar atau tidak?”

“Benar. Lho, Pak Adi kok tahu kalau saat itu saya mengalami banyak tekanan?” jawab si klien.

“Lha iya lah…apa yang anda alami ini sebenarnya sesuatu yang sangat alamiah. Nah, saat anda “pingsan” anda tetap masih mendengar suara orang di sekitar anda, kan?” tanya saya lagi.

“Ya, Pak” jawab klien.

“Mengapa anda tidak mau keluar dari kondisi “pingsan” padahal anda mendengar orang-orang di sekitar anda memanggil-manggil nama anda?” kejar saya.

“Soalnya saat “pingsan” itu saya merasakan begitu nikmat, tenang, dan perasaan bahagia yang tidak terlukiskan. Sekarang saja kalau saya mau saya bisa masuk kembali ke kondisi ini” jawab klien saya.

Nah, pembaca, tahukah anda bahwa klien ini bukannya pingsan tapi ia berada dalam kondisi trance yang sangat-sangat dalam yang dikenal dengan level Esdaile atau hypnotic coma

Saat seseorang masuk ke kondisi ini maka yang ia rasakan adalah suatu perasaan euforia, bahagia yang luar biasa, tidak terlukiskan, sangat nyaman, dan orang biasanya tidak mau keluar dari kondisi ini. Inilah yang sebenarnya dialami oleh klien saya. Jadi ia bukannya pingsan tapi, karena tidak kuat melawan tekanan mental/psikis, memutuskan untuk flight (lari) dan masuk ke dalam dirinya sendiri, dan trance.

Di salah satu sesi terapi yang saya lakukan pada klien ini benar ia tidak mau keluar dari kondisi ini. Saya akhirnya menggunakan teknik tertentu untuk membuat ia keluar dan berhasil.

Pemahaman ini juga yang saya gunakan saat membangunkan atau menyadarkan dua siswi SMA di Malang yang pingsan saat mengikuti pelatihan yang saya selenggarakan. Siswi pertama pingsan karena kepanasan. Bayangkan, bagaimana nggak pingsan, lha aula diisi oleh lebih dari 1.500 orang peserta, semuanya siswa/siswi kelas 3 SMA/SMK, dan tidak ada AC (air conditioner). Bisa dibayangkan bagaimana panasnya.

Siswi kedua pingsan karena ketakutan saat saya mengeluarkan ular mainan yang biasa saya gunakan untuk demo mengatasi emosi dengan teknik Hypno-EFT. Begitu melihat ular mainan, siswi ini langsung pucat dan “memutuskan” untuk pingsan.

Berapa lama waktu yang saya butuhkan untuk menyadarkan mereka berdua? Tidak lama. Masing-masing hanya butuh waktu sekitar 2 sampai 3 menit saja, tanpa doa, baca-baca, atau ritual tertentu.

Apa yang saya lakukan?

Ya, saya panggil nama mereka dan saya minta mereka bangun. Saya tahu mereka masih tetap bisa mendengar suara saya. Saya tahu bahwa mereka tidak benar-benar tidak sadarkan diri. Mereka hanya masuk ke kondisi deep trance. Jadi, ya saya bimbing mereka keluar dari kondisi trance seperti saat saya selesai menerapi orang. Mudah, kan?

Nah, kembali ke Ego Personality (EP). Pada saat dalam kondisi deep trance ini bisa muncul banyak fenomena. Salah satunya adalah munculnya satu atau lebih EP yang mengendalikan kesadaran seseorang.

Pertanyaanya sekarang, “Apa itu Ego Personality?”

Penjelasan agak detil bisa anda dapatkan dengan membaca artikel saya yang berjudul “Kita Punya Banyak Diri” (bisa dilihat di http://goo.gl/XU0T2v).

Singkatnya begini. Di dalam diri kita ada banyak “diri”. Masing-masing diri ini mempunyai kepribadian, karakter, nama, sikap, pola pikir, kebiasaan, memori, dan emosi. Jika anda bingung dengan hal ini coba anda ingat-ingat. Pernahkah, saat ingin memutuskan sesuatu, anda ragu atau bingung? Yang anda rasakan adalah ada dua atau lebih “Bagian” dari diri anda yang ribut sendiri. Akibatnya anda menjadi bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Nah, “Bagian” inilah yang disebut dengan Ego Personality.

Anda jelas sekarang?

Untuk lebih mudah memahami EP caranya begini. Di komputer mental kita, yaitu pikiran, khususnya pikiran bawah sadar, ada banyak folder. Setiap folder berisi data-data tertentu. Nah, saat folder ini aktif atau diakses dengan teknik tertentu, tentunya dalam kondisi trance, maka isi folder akan keluar. Pada saat inilah isi folder masuk ke pikiran sadar dan aktif. EP adalah folder ini.

Saya pernah, saat memberikan seminar di UGM, mensugestikan seorang peserta bahwa dia adalah saya, Adi W. Gunawan. Selanjutnya saya bertanya, “Bapak namanya siapa?”

“Adi W. Gunawan” jawabnya mantap.

“Bapak lagi ngapain di sini?” tanya saya lagi.

“Lagi kasih seminar” jawabnya tegas.

“Pak Adi, bisa tolong diteruskan seminarnya?” tanya saya.

Apa yang terjadi setelah itu?

Peserta ini langsung memegang mic dan bicara dengan mantap seperti saya. Ia memberikan seminar dan motivasi sangat mirip dengan yang saya lakukan.

Saat saya bertanya kepada peserta ini, “Pak Adi, anda punya berapa orang anak?”

“Tiga. Semuanya perempuan” jawabnya.

“Bapak sudah menulis berapa buku?” tanya saya lagi.

“Sudah delapan buku best seller” jawabnya mantap.

Nah, di sini saya tahu bahwa data jumlah buku di folder “Adi W. Gunawan” di dalam komputer mentalnya ternyata belum di-update. Delapan buku adalah data yang lama karena total buku yang saya tulis sudah lebih dari itu.

Anda jelas sekarang?

Bagaimana EP bekerja dan apa yang perlu dilakukan untuk bisa berkomunikasi dengan EP saya ajarkan di kelas pelatihan hipnoterapi 100 jam SECH. Saya juga memberikan demonstrasi dengan live therapy di kelas sehingga peserta pelatihan bisa benar-benar mengerti apa itu EP.

Biasanya untuk menyelesaikan suatu masalah yang dialami klien minimal ada dua EP.yang kita panggil keluar dan diajak berkomunikasi. Masing-masing EP punya nama dan peran yang spesifik untuk diri klien. Bahkan ada EP yang tidak bisa berbahasa Indonesia.

Seorang peserta pelatihan yang berasal dari Palembang, yang kebetulan berprofesi sebagai seorang healer, setelah mengerti mengenai EP, sekarang kalau menangani kasus kesurupan, selalu menggunakan teknik Ego Personality Therapy. Dan hasilnya lebih cespleng. Dulu ia harus pake air putih dan baca doa tertentu.

Ok, kalau begitu, pertanyaannya, “Bagaimana dengan kesurupan masal yang sering diberitakan di media masa?”

Oh, ini jawabannya sama seperti penjelasan di atas. Coba anda amati. Yang seringkali mengalami kesurupan adalah murid kelas 3 SMP atau kelas 3 SMA dan biasanya wanita.

Mengapa kelas 3 SMP atau 3 SMA?

Ya, karena mereka takut dan sangat tertekan dengan tingginya beban akademis, jam pelajaran yang sangat panjang yang melelahkan fisik dan mental, muatan pelajaran dengan tingkat kesulitan yang tinggi, dan ditambah lagi adanya UN atau Ujian Nasional.

Mereka semua ketakutan. Mereka secara terus menerus mengalami tekanan mental. Hingga pada satu saat, karena sudah melebihi ambang batas toleransi, murid-murid ini, karena tidak bisa melawan (fight), akhirnya memilih lari (flight). Begitu ada satu orang kesurupan maka secara cepat menyebar ke rekan-rekannya. Ini sebenarnya bentuk histeria masal.

Saat “kesurupan” ini, yang sebenarnya kondisi deep trance, maka terjadilah abreaksi atau keluarnya emosi yang selama ini tertekan.

Dari berita-berita di media massa diketahui bahwa kebanyakan pelajar yang mengalami kesurupan adalah pelajar wanita. Dugaan itu didukung kenyataan serupa, berdasar penelitian Gaw, Ding, Levine, dan Gaw (1998) di Tiongkok.

Sejauh ini anda pasti sudah cukup jelas dan mengerti kesurupan dari sudut pandang ilmu hipnoterapi.

Sebagai penutup saya ingin anda berpikir mengenai fenomena yang terjadi di sekitar anda. Saya yakin anda pasti pernah mendengar atau melihat langsung bagaimana seseorang yang “kesurupan” roh harimau dan berperilaku persis seperti si harimau.

Pertanyaannya adalah mengapa harimau? Belum pernah kan anda membaca seseorang yang kesurupan Panda, Kuda Nil, atau Kanguru?

Demikian juga, kalau di desa, biasanya ada yang kesurupan Gatot Koco. Nggak pernah ada yang mengalami kesurupan Spiderman atau Hulk.

Baca Selengkapnya

Memahami Gelar Hipnoterapis

21 Juli 2010

Baru-baru ini di milis Money Magnet ada pertanyaan menarik mengenai gelar yang disandang oleh hipnoterapis. Ada yang memasang C.Ht, C.C.Ht, MH, dan sebagainya. Mana yang benar?

Sebenarnya ada banyak “gelar” yang dipasang oleh seseorang setelah ia selesai mengikuti pelatihan hipnosis/hipnoterapi:

1.CH = Certified Hypnotist
2.CHT = Certified Hypnotherapist
3.CCH = Certified Clinical Hypnotist (or Hypnotherapist)
4.CCHt = Client-Centered Hypnotherapist
5.MH = Master Hypnotist
6.CMH = Certified Master Hypnotist
7.DCH = Doctor of Clinical Hypnotherapy (Kalo yang ini, gelar palsu dan menipu)

Dan daftar di atas bisa semakin bertambah panjang bergantung “kreativitas” masing-masing orang.
Mengapa bisa seperti ini? Profesi sebagai hipnoterapis adalah Non-Lincensed Profession. Yang masuk kategori Licensed Profession adalah seperti MD (Medical Doctor), Psikiater, dan Psikolog atau Konselor. Yang dimaksud dengan Licensed Profession adalah suatu pekerjaan yang baru bisa dilakukan setelah menempuh pendidikan selama sekian tahun di Universitas, mengambil pendidikan lanjut, mengikuti tes yang ditetapkan pemerintah, dan baru setelah itu keluar ijin praktiknya yang resmi.

Kalau kita hipnoterapis mau minta ijin praktik maka kita hanya perlu ke dinas kesehatan setempat dan mengajukan ijin. Dan yang luar biasanya adalah kita ini, hipnoterapis, ijinnnya, dulunya, masuk di kategori ijin “Paranormal atau Dukun”. Sekarang sudah ada kemajuan sedikit. Klasifikasi kita meningkat dan masuk ke kelompok “Pijat Refleksi”… ha…ha… Bisa anda bayangkan betapa kacaunya pemahaman orang mengenai hipnosis/hipnoterapi?

Kalau hipnoterapis bisa membuat gelar macam-macam, tidak begitu dengan rekan-rekan Licensed Profession. Itulah sebabnya gelar di kalangan Dokter, misalnya dokter spesialis, atau psikolog, ya itu-itu saja. Nggak bisa menciptakan gelar sendiri. Kalau berani buat gelar sendiri bisa dapat masalah karena melanggar undang-undang.

Garis besar pendidikan hipnosis/hipnoterapi adalah sebagai berikut:
1.  Setelah menyelesaikan pendidikan dasar (basic training) maka alumnus berhak menyandang gelar “Hypnotist”
Untuk yang Basic ini sangat mudah. Bahkan saat ini sudah ada lembaga luar negeri yang menawarkan pembelajaran via internet GRATIS. Setelah menyelesaikan pendidikan ini anda bisa mendapat gelar sebagai Hypnotist. Lembaga ini bukan sembarang lembaga. Saya tahu betul kualitas mereka yang sangat baik.
2.  Setelah menyelesaikan pelatihan tingkat lanjut atau advanced, maka gelar yang biasa digunakan adalah Certified Hypnotherapist atau cukup Hypnotherapist saja.
3.  Setelah menyelesaikan program tingkat lanjut dengan spesialisasi tertentu di bidang klinis, maka gelasnya adalah "Certified Clinical Hypnotist or Hypnotherapist."

Gelar “Master” adalah gelar yang tidak ada artinya dan menyesatkan publik. Mengapa menyesatkan? Karena gelar master adalah untuk S2. Sedangkan hipnoterapis tidak diajarkan sebagai bagian dari materi licensed profession.

Di dunia hipnoterapi, gelar “Doctor” atau Ph.D, juga sangat menyesatkan. Gelar ini tidak ada. Jadi, ini adalah gelar yang dipasang sendiri. Kecuali misalnya anda benar-benar seorang lulusan S3 (Post Graduate) yang belajar hipnoterapi. Gelar S3 anda adalah untuk pendidikan formal anda. Tapi tidak untuk hipnoterapi yang anda pelajari. Kalau anda seorang hipnoterapis, tanpa pendidikan formal S3, dan memasang gelar Ph.D maka Ph.D yang anda pasang bukan Philosophy Doctor tapi Permanent Head Damage... he..he...

Kasus yang saya ceritakan di atas adalah kasus yang terjadi di Amerika. Nah, kalau di Amerika saja bisa seperti ini lalu bagaimana di Indonesia?

Jauh lebih menarik lagi. Di Indonesia, belum ada lembaga resmi, seperti National Guild of Hypnotists (NGH) yang menjadi organisasi rujukan dan tempat bernaung para hipnotis/ hipnoterapis. Mereka menetapkan standar mutu dan kode etik yang sangat ketat. Mereka juga menentukan gelar apa yang boleh digunakan dan tidak boleh digunakan agar profesi sebagai hipnotis/hipnoterapis bisa punya standar yang jelas. Hal ini bertujuan untuk melindungi kepentingan publik.

Nah, berhubung di Indonesia kita belum ada standar yang jelas, siapa saja bisa mengaku sebagai hipnotis atau hipnoterapis, siapa saja bisa mengajar hipnosis/hipnoterapi, siapa saja boleh dan bisa mengeluarkan sertifikasi menurut standar mereka sendiri, maka saat ini marak pelatihan hipnosis/hipnoterapi yang hanya 1 hari atau 2 hari sudah disertifikasi sebagai Certified Hypnotherapist.

Inilah yang menjadi dasar keprihatinan kita bersama. Kita tahu bahwa terapi adalah sesuatu yang serius dan tidak bisa dipelajari dan dikuasai dengan sangat baik hanya dalam waktu 1 hari, 2 hari, 3 hari, atau bahkan 4 hari. Hipnoterapi membutuhkan waktu yang cukup dan proses pembelajaran yang benar untuk bisa benar-benar dikuasai.
Keprihatinan ini telah saya tulis menjadi artikel:

"Sertifikasi vs Kompetensi" dan "Mungkinkah Menguasai Hipnoterapi Hanya Dalam 1 Hari?"  

Karena kita masih sangat lemah di aspek legal praktik hipnoterapi maka sampai saat ini subjek atau klien yang mengalami malpraktik tidak bisa melakukan tuntuntan apapun. Hal ini juga disebabkan klien tidak tahu atau tidak mengerti apa sih sebenarnya hipnoterapi itu. Salah satu malpraktik yang biasa dilakukan oleh hipnoterapis adalah aversion therapy.

Quantum Hypnosis Indonesia, bersama dengan para praktisi hipnosis/hipnoterapis atau lembaga pelatihan hipnoterapi lain, yang concern dengan kondisi ini, berusaha menetapkan standar acuan mutu, pelatihan, dan kode etik, untuk Indonesia. Sambil menunggu respon rekan-rekan lain, QHI telah memulai langkah ini.

Pertama, kita telah mendapat legitimasi dari publik. Pelatihan hipnoterapi QHI sejak awal telah menetapkan standar yang sesuai dengan standar NGH yaitu 100 (seratus) jam tatap muka di kelas, atau setara dengan 2 (dua) semester kuliah. Ini tidak termasuk praktik dan membaca buku yang bisa mencapai minimal 50 jam, saat selama mengikuti sesi pelatihan. Pelatihan QHI, walaupun menurut beberapa orang termasuk “mahal”, selalu penuh. Dan dari sini kita bertemu dengan pribadi-pribadi istimewa yang mempunyai visi yang sama untuk membangun dan mengembangkan hipnoterapi di Indonesia demi kemajuan bangsa kita.

Kedua, dan ini berita baik yang baru saya dapatkan, modul pelatihan 100 jam QHI, secara resmi telah diterima di salah satu fakultas psikologi terbaik di Indonesia Timur. Saya telah diminta untuk mengajar materi 100 jam ini untuk mahasiswa S2 Psikologi. Jadi, kita telah mendapat legitimasi dari dunia akademik. Dan sepanjang yang saya ketahui, baru kali ini ada fak. psikologi di Indonesia yang mengajarkan materi hipnoterapi dengan standar kurikulum NGH yaitu 100 jam tatap muka. Hampir 1 tahun saya mengajukan usulan bagi Universitas ini untuk bisa menerima materi QHI sebagai salah satu mata kuliah yang berdiri sendiri untuk diajarkan di S2 Psikologi. Dan alhamdulilah akhirnya terkabulkan.

Mungkin anda akan berpikir, “Wah, enak ya Pak Adi, di publik pelatihan QHI dijual dengan harga Rp. 30 juta. Sekarang Pak Adi mendapat pangsa pasar baru, mahasiswa S2 psikologi.”

Wah, kali ini anda keliru. Saya mengajar di fakultas psikologi ini demi pengembangan keilmuan, bukan untuk cari duit. Saya mengajar full materi 100 jam, dengan standar QHI seperti yang selama ini telah saya lakukan, tapi saya tidak minta tambahan honor. Saya tetap hanya dapat honor sebagai dosen luar biasa. Saya melakukan semua ini karena kecintaan saya pada dunia teknologi pikiran dan harapan untuk bisa semakin mengembangkan hipnoterapi di Indonesia.

Oh ya mengapa saya adalah dosen luar biasa? Ya, karena saya memang biasa di luar… he…he… alias bukan dosen tetap. 

Ketiga, kita akan mendapatkan legitimasi dari pemerintah. Besar harapan kita bersama bahwa jika pemerintah akan menetapkan standar mutu pelatihan hipnoterapi di Indonesia maka QHI bisa memberikan sumbang saran. Modul pelatihan QHI memang sejak awal dirancang untuk suatu saat nanti bisa menjadi masukan berharga bagi pemerintah, dalam hal ini Departemen Kesehatan.

Baca Selengkapnya

Mungkinkah Menguasai Hipnoterapi Hanya Dalam Waktu 1 Hari?

21 Juli 2010

Pembaca, beberapa waktu lalu saat berada di Singapore saya mendapat panggilan dari seorang dokter di salah satu kota besar di Jawa Barat. Pak Dokter ini, yang juga seorang kepala rumah sakit, bertanya apakah saya bisa datang ke kotanya dan mengajar hipnoterapi untuk para dokter di salah satu rumah sakit di sana? Sudah tentu saya bisa dan bersedia.

Setelah berdiskusi sejenak mengenai tujuan pelatihan dan hasil yang ingin dicapai saya akhirnya memutuskan untuk mundur, tidak bisa. Mengapa kok tidak bisa?

Ceritanya begini. Para dokter itu menyadari bahwa hipnoterapi adalah salah satu teknik terapi yang bisa sangat membantu meningkatkan pelayanan mereka. Namun yang menjadi kendala adalah mereka meminta saya untuk mengajarkan hipnoterapi hanya dalam waktu 2 (dua)  hari saja. Alasan Pak Dokter jadwal mereka cukup padat sehingga tidak bisa lama-lama nggak praktik.

Saya mengajukan usulan agar pelatihan dilakukan beberapa kali dengan total 100 jam seperti yang saya lakukan selama ini melalui Quantum Hypnosis Indonesia (QHI). Pak Dokter mengatakan tidak bisa 100 jam. Terlalu lama dan juga biayanya akan sangat tinggi. Beliau tetap meminta saya mengajarkan hipnoterapi hanya dalam 2 hari saja. Beliau beralasan bahwa mereka telah mendapat penawaran dari salah satu lembaga pelatihan hipnoterapi, yang berafiliasi dengan lembaga luar negeri, dan lembaga ini mampu mengajarkan hipnoterapi hanya dalam waktu 2 hari. Saya tetap bersikeras mengatakan bahwa saya tidak tidak bisa dan tidak mampu mengajarkan hipnoterapi dengan format modul seperti yang saya ajarkan di QHI hanya dalam waktu 2 hari.

Nah pembaca, setelah berbicara dengan Pak Dokter ini saya merenung cukup lama. Pertanyaan saya adalah apakah saya yang memang tidak mampu mengajar hipnoterapi dalam waktu singkat, hanya 2 hari, ataukah lembaga lain itu punya teknik pelatihan yang luar biasa sehingga mereka mampu mengajar hanya dalam waktu 2 hari?

Mengapa saya merenung dan bertanya seperti ini?

Karena standar pelatihan hipnoterapi di luar negeri, misalnya menurut standar NGH (National Guild of Hypnotists) Amerika, mensyaratkan lama pelatihan 100 jam tatap muka di kelas atau setara dengan 2 (dua) semester kuliah.

Saya juga mencari tahu berapa waktu yang disyaratkan oleh berbagai pakar terkenal di luar negeri yang juga menyelenggarakan pelatihan hipnoterapi. Standar minimal yang mereka tetapkan adalah 100 jam tatap muka. Bahkan ada pakar yang baru memberikan sertifikasi setelah peserta pelatihannya menyelesaikan 150 jam pelatihan intensif.

Apakah hipnoterapi bisa diajarkan dalam waktu 2 hari? Jawabannya sudah tentu bisa. Apakah materi pelatihan hipnoterapi yang saya susun untuk pelatihan dan sertifikasi hipnoterapis QHI bisa dikuasai dengan baik dan benar hanya dalam waktu 2 hari? Jawabannya tidak bisa dan tidak mungkin bisa.

Mengapa saya mengatakan tidak bisa? Karena dari pengalaman saya pribadi untuk mendalami hipnoterapi ternyata dibutuhkan waktu yang tidak sedikit. Materi pelatihan QHI dirancang untuk diajarkan dan dikuasai melalui pelatihan minimal 100 jam. Jangankan 2 hari atau setara 20 jam, 4 hari atau setara 40 jam saja tetap tidak bisa. 

Untuk bisa mempraktikkan hipnoterapi dengan benar dan efektif, sesuai standar QHI, maka pertama-tama kita harus menguasai dengan baik teori pikiran yang meliputi cara kerja pikiran, sifat-sifat pikiran sadar dan bawah sadar, proses programming pikiran, cara kerja memori, emosi, persepsi, dan masih banyak lagi. Pengetahuan ini mutlak perlu dikuasai agar seorang hipnoterapis, alumnus QHI, dapat melakuakn re-edukasi melalui navigasi pikiran klien saat melakukan hipnoterapi. Saya menjelaskan materi di atas selama 3 hari @ 12 jam dari total 100 jam pelatihan.

Ibarat mesin mobil, kita harus tahu betul komponen, cara kerja, karakter mesin, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan mesin mobil itu agar kita dapat mengotak-atik, melakukan tune-up, atau kalau perlu overhaul mesin dengan benar. Tanpa pengetahuan yang benar, lengkap, akurat, dan pemahaman mendalam mengenai mesin mobil maka kita tidak bisa berbuat banyak bila mesin mobil bermasalah.

Setelah memahami cara kerja dan sifat pikiran selanjutnya kita perlu menguasai teknik induksi yang sungguh-sungguh efektif untuk membantu klien masuk kondisi deep trance dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Setiap manusia punya karakter yang berbeda. Kita perlu tahu tipe klien, tipe sugestibilitasnya, dan melakukan induksi yang sesuai.

Mengapa klien perlu dibantu masuk ke kondisi deep trance? Karena hipnoterapi adalah terapi yang dilakukan dengan bantuan atau dalam kondisi hipnosis. Kalau seseorang diterapi tanpa kondisi hipnosis maka ini namanya bukan hipnoterapi.

Mengapa perlu diinduksi? Karena induksi adalah cara untuk membawa klien masuk ke pikiran bawah sadar. Banyak orang gagal melakukan hipnoterapi bukan karena mereka tidak menguasai teknik terapinya namun lebih disebabkan karena klien belum berhasil dibimbing masuk ke kondisi deep trance.

Di pelatihan yang saya selenggarakan saya hanya mengajarkan 3 (tiga) teknik induksi yang terbukti sangat efektif dan ampuh dalam membawa klien masuk ke kondisi deep trance dengan sangat cepat. Nah, agar induksi ini bisa digunakan dengan baik, benar, efektif, dan efisien maka saya perlu menjelaskan teori yang mendasari setiap teknik. Biasanya, untuk satu teknik saya membutuhkan setengah hari, mulai dari dasar teori, sejarah terciptanya teknik itu, contoh praktik yang saya lakukan pada peserta, dan dilanjutkan dengan peserta melakukan praktik ke peserta lain. Biasanya untuk satu teknik saja saya perlu waktu sekitar setengah hari untuk membuat peserta benar-benar mengerti dan mampu melakukannya dengan benar. Setiap peserta, saat melakukan latihan atau praktik, akan disupervisi oleh asisten yang juga hipnoterapis aktif lulusan QHI.

Hal lain yang diajarkan adalah cara menyusun sugesti dengan benar. Ini cukup sulit karena menyangkut semantik yang digunakan. Salah menyusun sugesti akibatnya bisa fatal. Untuk memudahkan peserta pelatihan saya telah menyiapkan patter script dalam bahasa Indonesia yang dapat mereka gunakan dalam sesi terapi.  

Belum lagi saya perlu menjelaskan dan mengajarkan berbagai teknik terapi advanced. Semua membutuhkan pemahaman mendalam dan lengkap dengan dasar teori dari setiap teknik. Saya tidak bisa mengajarkan semua ini hanya dalam waktu 2 hari pelatihan, apalagi bila peserta diminta menguasai dengan baik teknik-teknik itu.

Dalam pelatihan QHI, setelah 3 hari pertama, peserta selanjutnya libur 2 minggu. Tujuannya adalah untuk mempraktikkan apa yang telah diajarkan selama 3 hari plus ada tugas yang harus dilakukan. Setelah 2 minggu kita bertemu lagi. Peserta akan saling menceritakan apa yang telah mereka lakukan, apa kendalanya, dan apa yang terjadi. Dari sini saya akan memberikan masukan untuk membantu peserta meningkatkan teknik dan kemampuan mereka. Ini saja, sharing-nya sampai dibagi menjadi 3 tahap. Setiap tahap dilakukan mulai pagi hingga saat makan siang, selama 3 hari pelatihan. Jadi anda bisa lihat berapa banyak waktu yang dibutuhkan. Tidak mungkin saya bisa mengajarkan kurikulum hipnoterapi QHI hanya dalam waktu 2 hari.

Pada pertemuan minggu ke 2 ini saya mengajarkan berbagai teknik advanced dan dua teknik induksi lagi. Pada pertemuan minggu ke 2 ini saya biasanya memberikan contoh, lebih tepatnya melakukan live therapy di kelas. Prosedurnya sama persis seperti yang saya lakukan di ruang praktik saya. Kliennya bisa peserta pelatihan atau orang luar. Saya tidak memilih klien. Yang penting ada yang mau dan apapun masalahnya akan diterapi di kelas agar peserta bisa melihat langsung bagaimana Quantum Hypnotherapeutic Procedure dilakukan dengan benar.
 
Setelah 3 hari, peserta saya liburkan selama 3 minggu. Tujuannya agar mereka praktik lagi di rumah. Kali ini mereka telah mendapat bekal teknik-teknik terapi yang advanced. Tidak sekedar Direct Suggestion. Jadi, mereka bisa lebih leluasa menangani berbagai kasus klinis.

Pada pertemuan terakhir, 3 hari terakhir, peserta kembali akan saling sharing kasus yang mereka tangani. Seperti biasa, saya akan memantau dan memberikan masukan yang perlu untuk lebih meningkatkan kemampuan peserta pelatihan. Selanjutnya saya menambahkan lagi materi-materi lainnya. Setelah selesai 3 hari ini peserta mendapat sertifikat dan sudah bisa melakukan terapi.

Apakah setelah selesai pelatihan maka selesai sudah pembelajaran mereka? Tentu tidak. Saya masih terus mendukung mereka melalaui milis QHI. Ada web conference yang saya gunakan untuk bertukar pikiran dengan alumnus, yang saat itu sudah jadi terapis dan aktif menerima klien, dan menjawab berbagai pertanyaan mereka. Kita juga punya pertemuan rutin alumnus.

Alumnus QHI juga didorong untuk terus belajar dan meningkatkan diri. Setiap alumnus, setelah mengikuti pelatihan selama 100 jam, juga dibekali berbagai buku hipnoterapi yang sangat bagus, yang berasal dari luar negeri. Ini untuk mempertajam kemampuan mereka. Saya juga mengijinkan alumnus untuk berkunjung ke perpustakaan pribadi saya dan “meminjam” buku apa saja, yang berhubungan dengan terapi, yang saya miliki. Semua buku yang ada di Book References di situs adiwgunawan.com ada di perpustakaan saya di rumah.

Mengapa saya melakukan ini semua? Pertama, ini semua bertujuan untuk semakin meningkatkan kemampuan alumnus. Kedua, karena kita punya tanggung jawab moral terhadap masyarakat. Terapi adalah sesuatu yang serius. Tidak boleh asal-asalan. Apalagi yang diotak-atik adalah pikiran manusia.

Jadi, menjawab pertanyaan di atas, “Mungkinkah Menguasai Hipnoterapi Hanya Dalam Waktu 1 Hari?” Kembali, jawaban saya, kalau yang dimaksud adalah hipnoterapi dengan materi dan standar QHI, “Tidak bisa”.

Namun bila pertanyaannya diganti menjadi, “Mungkinkah Mengajar Hipnoterapi Hanya Dalam Waktu 1 Hari?”

Jawabannya, “Kalau materi yang diajarkan adalah materi QHI maka jawabannay tidak bisa dan tidak mungkin"

Mengapa?

Karena materi yang diajarkan di QHI sangat banyak dan padat sekali. Dipaksa pun tetap tidak bisa selesai hanya dalam waktu 1atau 2 hari. Kecuali kalau saya mengurangi materi dan yang diajarkan hanya DS (Direct Suggestion) atau Sugesti Langsung, maka sudah tentu sangat bisa. Namun apakah mampu dikuasai dengan baik ? Ini hal lain.

Jadi pembaca, kita semua bisa belajar hipnoterapi selama 1 atau 2 hari saja. Namun untuk menguasai hipnoterapi dengan baik, benar, dan mampu mempraktikkannya membantu orang lain, sesuai standar QHI, ini tidak mungkin dipelajari hanya dalam waktu 1 atau 2  Saya setuju dengan standar NGH yang mensyaratkan bahwa untuk belajar dan menguasai hipnoterapi minimal harus 100 jam tatap muka.

Bagaimana dengan pelatihan hipnoterapi yang hanya 1 atau 2 hari?

Wah, saya nggak bisa kasih komentar karena saya tidak tahu materi yang diajarkan rekan-rekan trainer itu. Namun jika saya ditanya apakah hipnoterapi bisa dikuasai hanya dalam waktu 1 atau 2 hari maka jawaban saya selalu, "Kalau hipnoterapi yang dimaksud adalah yang menurut standar QHI tidak bisa. Kalau menggunakan standar lain, mungkin bisa. Semua bergantung pada pemahaman kita apakah hipnoterapi itu."

Anda mungkin bertanya, "Ok Pak Adi, pertanyaannya sekarang adalah apakah standar QHI ini yang paling baik?"

Wah, saya tidak berkata seperti itu. Standar ditetapkan oleh masing-masing lembaga dengan pertimbangan tertentu. Kalau saya mengatakan bahwa standar QHI adalah paling baik maka ini sangat arogan dan sudah melenceng dari tujuan pendirian lembaga Quantum Hypnosis Indonesia. Baik atau tidaknya suatu standar sudah tentu dipengaruhi oleh subjektivitas. Orang yang membuat standar pasti akan berkata bahwa standar mereka sudah baik. Jadi, saya menghindari menjawab pertanyaan anda di atas.

Namun untuk kebaikan dan netralitas penilaian maka kalau bicara standar kita perlu acuan tertentu. Nah, saya menggunakan acuan dari NGH (National Guild of Hypnotists) Amerika. Standar kedua adalah kompetensi alumnus. Jika misalnya alumnus pelatihan saya ternyata mayoritas tidak mampu melakukan hipnoterapi dengan baik dan benar maka saya harus jujur dengan diri saya bahwa standar mutu yang saya tetapkan ternyata tidak baik.

Demikian pula jika misalnya sebagian besar alumnus mampu melakukan terapi dengan cepat, efektif, dan efisien, dengan hasil terapi yang permanen, maka saya akan berkata pada diri saya, "Hei, standar yang anda tetapkan sudah bagus. Namun jangan puas diri. Anda perlu terus meningkatkan dri dan terus belajar."

Salah satu cara untuk terus meningkatkan diri, terus meningkatkan mutu dan standar QHI adalah dengan terus belajar dan praktik. Nah, di bulan Mei 2009 ini saya akan ke Amerika untuk belajar langsung dengan dua orang pakar teknologi pikiran secara one-on-one. Satu pakar tinggal di Berkeley, California. Saya akan bertemu dan belajar dengan pakar ini dalam beberapa kesempatan. Kesempatan pertama saya belajar selama 9 (sembilan) hari. Kesempatan kedua, selama 5 (lima) hari. Dan dilanjutkan lagi dengan 2 kali 5 hari pada kesempatan berikutnya. Saya baru akan mendapat sertifikasi setelah melakukan berbagai tugas, praktik, dan melaporkannya ke pakar ini untuk mendapat penilaian. Sertifikasi saya baru akan keluar akhir tahun ini.

Dengan pakar satunya lagi, di Camarillo, California, murid dari pakar dan tokoh hipnoterapi yang sangat disegani di Amerika, saya belajar privat selama 2 (dua) hari, khusus mendalami teknologi EEG untuk mengukur level kedalaman trance. Jadi, tidak main kira-kira seperti selama ini. Dengan menggunakan alat yang dirancang khusus untuk tujuan ini maka kita bisa mengukur pola gelombang otak seseorang saat ia diinduksi dan masuk ke kondisi hipnosis.

Ini adalah salah satu cara saya menetapkan standar dan mutu pelatihan di QHI. Sekali lagi, ini sangat subjektif. Saya merasa perlu melakukannya. Mungkin bagi orang lain hal ini terlalu mengada-ada dan sama sekali nggak perlu dilakukan. 

Nah, pembaca, setelah membaca sejauh ini saya yakin anda pasti punya gambaran yang lebih utuh dan menyeluruh mengenai pelatihan hipnoterapi.

Baca Selengkapnya

Hypno-Birthing: Melahirkan Dengan Mudah, Nyaman, Dan Menyenangkan

21 Juli 2010

Beberapa hari lalu kawan saya menghubungi saya dan bertanya mengenai hypnobirthing. Inti dari pertanyaan kawan saya ini adalah apakah benar seorang wanita bisa melahirkan tanpa rasa sakit? Apakah hipnosis bisa digunakan untuk membantu seorang wanita agar melahirkan dengan mudah, nyaman, dan menyenangkan?

Nah, pembaca, jawaban singkat untuk pertanyaan kawan saya ini adalah “Bisa”.  Ok, kalau memang benar hipnosis bisa digunakan untuk membantu proses persalinan sehingga seorang wanita tidak lagi merasa sakit saat melahirkan, lalu bagaimana caranya?

Nah, ini yang akan saya jelaskan di artikel ini. Penjelasan ini juga merupakan ringkasan dari jawaban yang saya berikan kepada kawan saya ini. Jujur, anda tidak akan bisa melakukan hypnobirthing hanya dengan membaca artikel ini. Namun paling tidak anda akan mendapat wawasan bagaimana sebenarnya seorang hipnoterapis membantu wanita untuk bisa melakukan hypnobirthing.

Hypnobirthing adalah gabungan dari dua kata yaitu hypnosis dan birthing. US. Dept. of Education, Human Services Division mendefiniskan: Hypnosis is the bypass of the critical factor of conscious mind and followed by the establishment of acceptable selective thinking atau hipnosis adalah penembusan faktor kritis dari pikiran sadar dan diikuti dengan diterimanya suatu ide atau pemikian.  Sedangkan birthing artinya persalinan atau melahirkan. Jadi, hypnobirthing adalah proses persalinan yang menggunakan bantuan kondisi hipnosis.

Pertanyaanya sekarang adalah bagaimana kok bisa wanita yang melahirkan dengan bantuan kondisi hipnosis bisa sama sekali tidak merasakan sakit?

Sebelum saya menjawab pertanyaan di atas saya yang ingin bertanya kepada anda, “Apakah melahirkan harus selalu dengan rasa sakit?”, “Mengapa kalau wanita melahirkan, umumnya, selalu diikuti oleh rasa sakit yang luar biasa?”

Jawaban untuk pertanyaan pertama, “Melahirkan tidak harus diikuti dengan rasa sakit”. Untuk pertanyaan kedua, saya perlu menjelaskan sedikit lebih detil.

Dari mana munculnya rasa sakit? Dari hasil programming sejak kecil. Saya yakin anda, wanita, pasti pernah mendengar, sejak anda masih kecil, bahwa melahirkan adalah pengalaman yang begitu menakutkan dan menyakitkan. Anda mungkin mendengar hal ini dari orangtua, rekan, media masa, lingkungan anda, atau melihat di televisi bagaimana menderita dan sulitnya proses persalinan.

Saat apa yang anda dengar dan lihat ini masuk ke pikiran bawah sadar anda maka informasi ini menjadi program yang akan menentukan realita anda. Jadi, saat anda, wanita, mau melahirkan dan mengalami kontraksi yang pertama, maka pada saat itu program “kalau melahirkan pasti sakit sekali” langsung bekerja.

Apa yang terjadi? Benar sekali. Anda akan merasakan sakit yang luar biasa.

Mengapa kok bisa sampai timbul rasa sakit?

Rasa sakit muncul karena wanita yang mau melahirkan merasa tegang dan takut, akibat telah mendengar berbagai cerita seram seputar melahirkan. Perasaan ini selanjutnya membuat jalur lahir (birth canal) menjadi mengeras dan menyempit. Nah, pada saat kontraksi alamiah mendorong kepala bayi untuk mulai melewati jalur lahir, terjadi resistensi yang kuat. Ini yang menyebabkan rasa sakit yang dialami seorang wanita.

Lha, bagaimana tidak sakit. Bayi, dengan dorongan kontraksi alamiah, seharusnya bisa dengan mudah, lancar, dan mulus, melewati jalur lahir dan keluar dengan mudah, mendapat hambatan karena jalur lahir menyempit dan tegang. Semakin si wanita merasa tegang dan takut, semakin kaku dan menyempit jalur lahirnya, dan semakin sakit jadinya.

Sekarang anda jelas mengapa wanita kalau melahirkan umumnya mengalami “penderitaan” dan rasa sakit.

Lalu, bagaimana hipnosis bisa membantu hal ini? Mudah saja. Berikut adalah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk melakukan hypnobirthing. 

Pertama, hipnoterapis perlu melakukan re-edukasi terhadap calon ibu ini. Melahirkan tidak harus dengan rasa sakit. Tubuh wanita didesain untuk bisa melahirkan tanpa rasa sakit. Rasa sakit muncul karena sebab-sebab yang telah dijelaskan di atas.

Wanita di pedalaman Cina dan beberapa daerah di India bisa melahirkan dengan sangat mudah dan sama sekali tanpa rasa sakit. Wanita hamil, di daerah itu, yang sedang bekerja di sawah, kalau melahirkan, hanya perlu berteduh, jongkok sebentar, dan melahirkan dengan begitu mudah. Bayi keluar bukan karena dorongan tapi karena tarikan gravitasi bumi. Setelah melahirkan, mereka cukup istirahat sejenak, sekitar 5 sampai 10 menit. Setelah itu mereka kembali bekerja seperti biasa.

Mengapa mereka bisa seperti ini? Karena inilah realita persalinan yang dikenal oleh warga di daerah ini. Inilah “programming” persalinan yang mereka dapatkan sejak kecil. Dan persis seperti itulah yang mereka alami.

Setelah melakukan reedukasi maka hipnoterapis melakukan langkah selanjutnya. Apa itu?

Kunci dari hypnobirthing sebenarnya adalah self hypnosis yang harus dilakukan oleh wanita yang akan melahirkan, tentunya dengan bantuan hipnoterapis kompeten, untuk bisa masuk ke kondisi hipnosis yang sangat dalam, dan mengaktifkan program yang diinstal oleh si hipnoterapis, yang akan aktif saat wanita ini akan melahirkan.

Hipnoterapis akan membantu klien untuk masuk ke kondisi hipnosis yang sangat dalam. Ini syarat mutlak. Istilah teknisnya adalah profound somnambulism. Selanjutnya klien harus bisa mencapai level Esdaile.

Mengapa perlu sangat dalam? Karena saat masuk ke kondisi yang sangat dalam, pikiran bawah sadar sangat reseptif menerima berbagai sugesti, termasuk sugesti bahwa fisik klien menjadi begitu rileks dan nyaman. Selain itu, saat berhasil mencapai level Esdaile maka terjadi anestesi spontan dan natural.

Setelah berhasil membimbing klien masuk ke kondisi hipnosis yang dibutuhkan, hipnoterapis memberikan sugesti bahwa tubuh klien begitu rileks dan nyaman, seluruh otot-otot tubuh menjadi begitu lemas dan nyaman. Sugesti tubuh klien rileks bertujuan untuk membuat jalur lahir menjadi begitu rileks dan mudah meregang memberikan jalan keluar bagi bayi.

Selanjutnya hipnoterapis membimbing klien masuk kondisi Esdaile untuk melatih klien menghasilkan anestesi spontan dan natural.

Setelah berhasil melakukan hal di atas hipnoterapis memasang anchor dan memberikan posthypnotic suggestion dan meminta klien untuk berlatih masuk dan keluar kondisi deep hypnosis, di rumah, minimal 10 kali per hari.

Pada sesi berikutnya hipnoterapis akan menguji hasil latihan klien ini. Bila klien melakukan latihan dengan benar maka klien pasti bisa masuk dengan sangat cepat dan dalam ke kondisi very deep hynosis dengan mengaktifkan anchor yang telah dipasang.

Hipnoterapis lalu menguji anestesi spontan yang muncul akibat klien mencapai kondisi Esdaile. Anestesi ini terjadi di seluruh tubuh. Jika klien lolos uji ini maka hipnoterapis melanjutkan dengan melatih klien melokalisir anestesi  yang telah berhasil klien ciptakan, terbatas hanya pada lokasi tubuh mulai dari persis di bawah lipatan payudara hingga ke pertengahan paha, antara pangkal paha dan lutut.

Setelah klien berhasil dibimbing melokalisir wilayah anestesi, dan dengan diberikan beberapa sugesti tambahan, klien boleh pulang dan berlatih selama 1 minggu lagi.

Minggu berikutnya kembali hipnoterapis akan melakukan uji hasil latihan minggu sebelumnya. Bila klien berhasil melakukan semua yang diajarkan dengan sempurna maka ia siap untuk melakukan hypnobirthing. Hipnoterapis selanjutnya memberikan beberapa posthypnotic suggestion yang berhubungan dengan kecepatan pulih, kapan pendarahan berhenti, produksi ASI, dan hal-hal lain yang dirasa perlu.

Mengapa harus menggunakan anchor untuk mengaktifkan program rileksasi?

Wanita kalau sudah panik atau sakit akan sangat sulit diminta rileks. Jadi, untuk mudahnya begitu wanita mengalami kontraksi pertama maka ia bisa dengan sadar mengaktifkan anchor yang telah dipasang dan telah ia latih sekian lama. Begitu anchor diaktifkan maka ia akan langsung masuk ke kondisi rileksasi fisik dan pikiran yang begitu dalam, nyaman, dan menyenangkan.

Pada saat itu tubuh dan pikirannya siap untuk persalinan. Tubuh yang rileks, jalur lahir yang rileks membuat proses persalinan menjadi begitu mudah. Anestesi yang telah dilatih, yang dilokalisir antara lipatan payudara dan paha, membuat wanita sama sekali tidak merasa apapun di wilayah ini.

Apakah perlu mendorong bayi keluar?  Tidak perlu. Saat tubuh benar-benar rileks kontraksi alamiah akan mendorong bayi dengan mudah tanpa harus dipaksa. Wanita mendorong bayi keluar karena melawan resistensi akibat jalur lahir yang tegang dan menyempit.

Setelah mendengar jawaban ini kawan saya bertanya, “Apa bedanya teknik yang Bapak jelaskan dengan yang ditulis di buku Hypnobirthing?”

Saya punya beberapa buku mengenai melahirkan tanpa rasa sakit. Khusus di Indonesia ada dua judul. Yang satu adalah terjemahan dari buku luar negeri dan yang satu lagi ditulis oleh penulis dalam negeri. Saya tidak bisa komentar mengenai apa yang dijelaskan di buku-buku ini.

Pemahaman setiap orang mengenai hypnobirthing tentunya berbeda bergantung pada latar belakang pendidikan dan pelatihan mereka. Dan yang saya jelaskan di sini adalah apa yang saya pahami sebagai hypnobirthing berdasar pengetahuan dan pembelajaran yang saya dapatkan.

Jika menggunakan acuan penjelasan saya di atas maka prosedur hypnobirthing harus dilakukan oleh tiga pihak. Pertama, oleh seorang hipnoterapis kompeten. Ini untuk melatih klien masuk kondisi profound somnambulism dan Esdaile. Selanjutnya hipnoterapis akan melatih dan memberikan berbagai sugesti pascahipnosis yang sesuai, plus tentunya memasang anchor.

Kedua, klien itu sendiri. Klien harus bersedia melakukan apa yang diajarkan oleh hipnoterapisnya. Klien harus bersedia berlatih di rumah sesuai program yang telah disusun oleh hipnoterapisnya. Hasil latihan ini yang nantinya akan digunakan saat melahirkan.

Ketiga, setelah klien berhasil melakukan semua yang diajarkan oleh hipnoterapis maka proses persalinan adalah urusan dokter yang membantu persalinan.

Pengalaman saya sebagai seorang hipnoterapis menunjukkan bahwa dibutuhkan pemahaman yang mendalam mengenai cara kerja pikiran, teknik induksi yang sesuai, dan latihan untuk bisa membawa klien masuk kondisi very deep hypnosis. Dan ini tidak bisa dipelajari hanya dalam waktu 1 atau 2 hari saja.

Baca Selengkapnya

Memahami Jenis Dan Fungsi Filter Mental

21 Juli 2010

Beberapa waktu lalu saya membaca kembali buku karya maestro hipnoterapi Charles Tebbetts yang berjudul Miracles on Demand. Saya memang biasa membaca ulang buku-buku yang telah saya baca sebelumnya. Tujuannya adalah untuk bisa mendapatkan sari pati pengetahuan yang terkandung di buku-buku itu, yang mungkin sebelumnya terlewatkan.

Dulu saat saya pertama kali membaca judul buku “Miracles on Demand” saya bertanya, “Ah , apa mungkin kita bisa menciptakan mujizat sesuai dengan yang kita inginkan?”. Ternyata setelah membaca tuntas buku Tebbets ini dan juga mempraktikkan berbagai teknik terapi yang dijelaskannya, benar, kita dapat menciptakan atau menghasilkan mujizat sesuai dengan keinginan kita, yang kalau mengutip kata Tebbetts “by demand” atau sesuai permintaan.

Pembaca, jangan salah mengerti ya. Mujizat yang dimaksud oleh Tebbets adalah mujizat perubahan/kesembuhan diri sebagai hasil aplikasi hipnoterapi dalam membantu seseorang keluar dari masalah (emosi) yang selama ini menghambat atau mengganggu hidupnya.

Untuk bisa melakukan Miracles On Demand kita perlu memahami cara kerja berbagai teknik yang dijelaskan di bukunya. Dan yang lebih penting lagi kita harus sungguh-sungguh mengerti cara kerja pikiran. Saya telah banyak mengulas mengenai cara kerja pikiran di berbagai artikel dan buku yang saya tulis. Dalam kesempatan ini saya akan mengulas satu bagian dari mekanisme pikiran, yang sangat penting, yang selama ini hanya saya ajarkan di pelatihan sertifikasi hipnoterapi 100 jam yang saya selenggarakan melalui Quantum Hypnosis Indonesia.

Sebelum saya menjelaskan lebih jauh saya perlu secara jujur mengakui bahwa di awal karir saya sebagai seorang Re-Educator dan Mind Navigator saya banyak mengalami kegagalan melakukan terapi. Seringkali klien yang saya tangani hanya “sembuh” untuk beberapa saat dan setelah itu masalahnya muncul lagi (relapse).

Seringkali saat sedang asyik melakukan restrukturisasi berbagai program pikiran bawah sadar klien, saya mendapat penolakan hebat dari diri klien (baca: pikiran bawah sadar). Saya cukup pusing memikirkan hal ini. Dan ini berpengaruh terhadap kepercayaan diri saya melakukan terapi. Saya pernah sampai memutuskan untuk cuti melakukan terapi karena merasa diri saya gagal total setelah 4 kali berturut-turut gagal membantu klien.

Jadi, beginilah kemampuan saya dulu. Payah.. kan? Berbekal perasaan malu kepada diri sendiri dan dorongan untuk bisa memberikan yang terbaik untuk klien maka saya memutuskan untuk belajar lebih mendalam lagi. Saya membeli lebih banyak buku dan berbagai program pelatihan yang direkam dalam bentuk DVD.

Hasilnya? Ya… lumayan lah.

Ternyata kesalahan utama saya adalah saya belum tahu cara efektif untuk membawa klien masuk ke kedalaman trance yang dibutuhkan untuk terapi yang efektif. Teknik yang saya gunakan ternyata sangat uzur dan tidak efektif karena tidak ada uji kedalaman trance yang presisi.

Teknik apa yang saya gunakan? He.. he.. malu ah kalau saya harus ceritakan di sini. Tapi, biar anda tidak penasaran saya perlu mengungkapkan teknik “rahasia”, yang ternyata tidak efektif, yang saya gunakan untuk induksi.  Teknik ini adalah teknik Progressive Relaxation.

Mengapa Progressive Relaxation tidak efektif?

Karena saat itu saya berpikir, berdasar pembelajaran saya pada saat itu, bahwa bila seseorang sudah rileks, secara fisik, maka ini sama dengan kondisi hipnosis. Ternyata saya salah. Kondisi hipnosis sama sekali tidak ada hubungannya dengan relaksasi fisik. Kondisi hipnosis adalah relaksasi pikiran. Jadi, walaupun fisiknya tidak rileks, bila pikirannya rileks maka klien sudah masuk ke kondisi hipnosis. Semakin rileks pikirannya maka semakin dalam level hipnosis yang berhasil dicapai klien.

Kondisi lain untuk membawa seseorang masuk ke kondisi deep trance adalah dengan menggunakan emosinya. Teknik ini dikenal dengan nama Emotionally Induced Induction. Jadi, tanpa klien perlu merilekskan tubuhnya, justru pada saat emosinya sedang bergejolak, misalnya klien menangis saat menceritakan pengalaman hidupnya, maka pada saat itu klien sudah masuk ke kondisi trance yang dalam.

Nah, setelah mengetahui bahwa teknik Progressive Relaxation tidak efektif saya lalu meng-update diri saya dengan menggunakan teknik yang lebih advanced. Dari sekian banyak teknik saya akhirnya menyimpulkan, dari berbagai literatur yang saya pelajari dan juga dari pengalaman praktik, bahwa ada 3 (tiga) teknik induksi yang sungguh-sungguh efektif untuk membawa seeorang masuk ke kondisi (very) deep hypnosis, atau yang biasa disebut dengan profound somnambulism,  dengan sangat cepat dan sangat mudah. Teknik ini diajarkan di kelas sertifikasi hipnoterapis 100 jam yang saya selenggarakan. Saya tidak mengajarkan teknik lain.

Bagaimana hasil terapi saya setelah bisa membawa klien masuk ke kondisi somnnambulism?

Semakin baik. Secara statistik keberhasilan saya meningkat sangat drastis. Saya ikut senang dengan pencapaian ini. Tapi ini bukanlah akhir dari masalah yang saya hadapi.

Seperti yang saya jelaskan di depan, beberapa kasus yang saya tangani ternyata tidak maksimal. Terutama saat membantu klien berhenti merokok dan menurunkan berat badan.

Apa yang terjadi?

Klien yang sudah berhenti merokok ternyata setelah beberapa saat, bisa beberapa minggu atau bulan, eh… tiba-tiba kembali merokok. Dan kalau mereka kembali merokok biasanya menghabiskan lebih banyak rokok dari sebelum diterapi.

Apa yang salah?

Saya juga bingung kok bisa begini. Saya sudah berhasil membawa klien masuk kondisi sangat dalam. Saya merasa telah menggunakan teknik yang sesuai dengan kondisi klien. Tapi mengapa kok bisa kambuh lagi? Saya tahu pasti ada some thong wring dengan teknik terapi yang saya gunakan.

Kembali lagi saya harus jujur melakuan evaluasi diri. Jika saya belum berhasil membantu klien dengan optimal maka saya tidak akan pernah menyalahkan klien saya. Yang saya salahkan adalah diri saya. Walaupun sebenarnya faktor klien juga sangat menentukan. Terapi adalah kontrak upaya dari dua pihak, klien dan terapis. Bukan kontrak hasil.

Berbekal rasa penasaran ini saya akhirnya mulai melakukan indepth thinking. Saya melakukan kaji ulang terhadap berbagai kasus yang telah saya tangani. Saya melihat catatan yang saya buat selama menangani berbagai kasus itu. Setelah dipelajari dengan sungguh-sungguh tetap tidak ditemukan “kesalahan” prosedur dalam terapi saya. Lalu apa yang salah ya?

Jawaban muncul saat saya mempelajari kembali sifat-sifat pikiran bawah sadar seperti yang dinyatakan oleh Milton Erickson. Salah satu fungsi pikiran bawah sadar kita adalah melindungi diri kita dari bahaya fisik dan bahaya mental/emosi, baik itu bahaya yang sebenarnya atau sesuatu yang dipersepsi sebagai bahaya. Selain itu, Milton Erickson juga mengatakan bahwa pikiran bawah sadar malas untuk berubah.

Semuanya menjadi jelas saat saya membaca karya Georgi Lozanov, Suggestology and Outline of Suggestopedia, yang mengatakan bahwa di pikiran bawah sadar terdapat mental barrier yang berfungsi sebagai filter mental. Filter mental ini menghambat perubahan yang dilakukan pada “isi” pikiran bawah sadar.

Nah, kalau sampai terapi yang saya lakukan tidak efektif, terbukti dengan klien kembali ke pola kebiasaan lama, maka hal ini mengindikasikan bahwa terapi yang saya lakukan mendapat perlawanan dari pikiran bawah sadar klien. Perlawanan ini muncul dalam bentuk dianulirnya restrukturisasi yang telah saya lakukan dan klien kembali lagi ke kebiasaan lama.

So… what’s wrong?

Ternyata setelah dikaji dengan hati-hati akhirnya saya menemukan mengapa terapi saya kurang efektif. Saya telah salah berasumsi. Saya berpikir bahwa dengan berhasil membawa klien masuk kondisi hipnosis yang sangat dalam maka saya bisa melakukan apa saja dengan pikiran klien. Bukankah saat dalam hipnosis filter pikiran klien sudah off alias tidak bekerja? Wah.. ini pandangan yang benar-benar ngawur dan tidak ilmiah.

Memang benar saat dalam kondisi hipnosis  filter mental, yang disebut critical factor, sudah off. Namun, ini kan filter yang ada di pikiran sadar. Bukan di pikiran bawah sadar. Secara intuitif saya yakin bahwa di pikiran bawah sadar juga ada filter mental. Ini yang selama ini jarang dibahas.

Seorang pakar lainnya mengatakan bahwa filter mental ini, critical factor, sebagian terletak di pikiran sadar dan sebagian lagi ada di pikiran bawah sadar. Namun sayangnya ia tidak secara detil menjelaskan filter yang ada di pikiran bawah sadar.

Berbekal kesimpulan ini saya selanjutnya berburu informasi mengenai filter mental. Ternyata walaupun saya punya sangat banyak literatur mengenai hipnoterapi jarang ada yang secara khusus membahas mengenai filter mental. Saya akhirnya harus membaca ulang berbagai literatur dan memberikan perhatian khusus pada kasus-kasus terapi yang diceritakan di literatur itu. Dari sini akhirnya saya mendapat pencerahan. Saya melihat ada satu pola yang konsisten yang terjadi pada kasus-kasus yang semula “gagal” diterapi oleh para pakar itu. Setelah pakar itu melakukan beberapa perubahan pada teknik dan semantik yang digunakan akhirnya klien sembuh total.

Nah, apa sih yang saya temukan?

Saya menyimpulkan bahwa saat dalam kondisi hipnosis, saat critical factor yang ada di pikiran sadar tidak bekerja, maka pada saat itu masih ada 4 (empat) filter mental di pikiran bawah sadar yang tetap aktif.

Berbeda dengan pandangan umum ,yang mengatakan bahwa saat berada dalam kondisi deep hypnosis klien sama sekali tidak berdaya sehingga terapis bisa melakukan apa saja terhadap diri klien, ternyata sedalam apapun kondisi klien, ia tetap mendapat proteksi dari 4 filter mentalnya.

Untuk bisa melakukan perubahan permanen maka restrukturisasi berbagai program pikiran bawah sadar, termasuk pemberian sugesti, harus bisa menembus saringan 4 filter ini. Jika tidak lolos salah satu saja dari keempat filter ini maka perubahan yang hendak dilakukan akan mendapat perlawanan/penolakan dan akhirnya bisa dianulir oleh pikiran bawah sadar.

Apa saja 4 filter ini?

Pertama, filter keselamatan hidup atau survival. Segala perintah atau sugesti yang diberikan, walaupun klien dalam kondisi deep hypnosis, bila membahayakan keselamatan hidup klien pasti langsung ditolak.

Kedua, filter nilai moral atau agama. Bila perintah berhasil menembus filter pertama maka akan disaring oleh filter kedua ini. Perintah yang bertentangan dengan nilai moral atau agama pasti akan ditolak.

Misalnya seorang anak, saat berada dalam kondisi deep hypnosis, diminta untuk “memegang” pisau (ini hanya dalam imajinasinya) dan membunuh ibunya. Apakah akan ia lakukan perintah ini? Tentu tidak.

Demikian juga jika klien diminta menginjak kitab suci agamanya. Apakah akan ia lakukan? Tentu tidak. Mengapa? Karena sejak kecil ia dididik bahwa kalau sampai ia menginjak kitab suci agamanya maka nanti ia akan masuk neraka dan akan dibakar  7 (tujuh) kali. Ini benar-benar siksaan yang luar biasa. Tentu pikiran bawah sadar klien tidak akan mengijinkan klien mengalami hal ini.

Contoh lain, misalnya terapis pria memberikan sugesti kepada klien wanita untuk melakukan tindakan yang kurang pantas. Perintah ini akan serta merta ditolak. Klien bisa langsung keluar dari kondisi hipnosis dan bisa sangat marah kepada terapis kurang ajar ini.
Namun tidak menutup kemungkinan klien wanita ini menuruti apa yang disugestikan oleh terapis. Mengapa ini bisa terjadi? Jawabannya sangat sederhana dan logis. Bila klien wanita melakukan perintah, yang seharusnya menurut nilai moral dan agama tidak pantas, maka hal ini menunjukkan bahwa filternya mengijinkan hal ini terjadi. Dengan kata lain si wanita ini “agak kurang beres”. Anda mengerti lah maksud saya. Tidak perlu saya jelaskan lebih detil.

Ketiga, filter kebenaran data. Misalnya terapis memberikan sugesti pascahipnosis (post hypnotic suggestion) bahwa klien akan berhenti merokok karena rokok baunya seperti ikan busuk, sangat menjijikkan, dan membuat klien mual. Sugesti ini bisa bekerja untuk beberapa saat saja. Pikiran bawah sadar akan melakukan pengecekan kebenaran data ini. Apa benar rokok itu baunya seperti ikan busuk? Tentu tidak. Akibatnya, cepat atau lambat sugesti ini akan dianulir secara otomatis.

Keempat, filter masuk akal. Jika sugesti yang diberikan ternyata tidak masuk akal maka akan ditolak. Masuk akal ini ukurannya adalah berdasarkan pengalaman dan pengetahuan klien. Misalnya klien mempunyai berat badannya 90 kg. Klien ingin menurunkan berat badan hingga menjadi 45 kg. Terapis memberikan sugesti bahwa 1 bulan kemudian berat badan klien akan turun ke 45 kg. Sugesti ini sudah pasti akan ditolak karena tidak masuk akal. Selain itu filter survival juga akan langsung aktif menolak perintah ini. Mengapa? Karena sugesti ini akan berakibat sangat negatif pada kesehatan klien.

Pembaca, anda jelas sekarang?

Ternyata urusan pikiran ini cukup njlimet … eh… rumit, maksud saya. Semoga penjelasan saya di artikel ini bisa membantu anda untuk lebih memahami cara kerja pikiran dan bisa diterapkan untuk kemajuan hidup anda.

Baca Selengkapnya

Melakukan Hipnoterapi Pada Anak

21 Juli 2010

Saat mengajar di kelas sertifikasi hipnoterapis 100 jam Quantum Hypnosis Indonesia di Jakarta dan Surabaya baru-baru ini saya mendapat pertanyaan, “Bagaimana caranya melakukan hipnoterapi pada anak-anak?”

Nah, pembaca, artikel ini adalah ringkasan dari jawaban, yang cukup panjang dan mendalam, yang saya berikan kepada para peserta pelatihan.

Sebelum menjelaskan mengenai hipnoterapi terhadap anak maka kita perlu memahami apa sih sebenarnya hipnosis itu? Mengapa perlu memahamai apa itu hipnosis? Karena hipnoterapi adalah terapi yang dilakukan dengan bantuan kondisi hipnosis.

Definisi hipnosis menurut  US. Dept. of Education, Human Services Devision yaitu hypnosis is the bypass of the critical factor of the conscious mind followed by the establishment of acceptable selective thinking atau hipnosis adalah penembusan faktor kritis pikiran sadar dan diikuti dengan diterimanya suatu sugesti/ide atau pemikiran.

Selanjutnya kita perlu mencermati proses pembentukan pikiran. Mengapa? Karena pada definisi di atas tampak bahwa langkah awal untuk melakukan hipnosis adalah dengan mem-bypass atau menembus filter mental atau critical factor dari pikiran sadar.

Masalahnya adalah critical factor seorang anak baru mulai terbentuk saat anak berusia 3 tahun. Critical factor akan menguat dan semakin tebal seiring dengan pertumbuhan anak. Filter ini menjadi sangat tebal/kuat saat anak berusia antara 11 hingga 13 tahun.

Anak dibagi menjadi 3 kategori. Pertama, kategori sangat muda dengan rentang usia sejak lahir hingga 5 atau 6 tahun. Kedua, kategori muda antara 5 hingga 10 atau 11 tahun. Dan kategori ketiga adalah remaja, usia 12 tahun ke atas.

Untuk kategori remaja maka prosedur atau teknik terapi yang digunakan sama dengan yang digunakan untuk orang dewasa. Sedangkan untuk kategori sangat muda dan muda caranya agak berbeda.

Hal yang menyenangkan bila kita melakukan hipnoterapi pada anak yaitu program pikiran yang telah masuk ke komputer mental (baca: pikiran bawah sadar) anak masih belum kuat sehingga mudah untuk dimodifikasi atau bahkan di-uninstall. xx
Kemudahan lainnya adalah anak tidak takut hipnosis, mereka berani berbicara apa adanya, mereka suka pada figur otoritas, tapi bukan otoritas orangtua, dan critical factor mereka masih sangat lemah.

Satu hal lagi yang sangat membantu dan memudahkan hipnoterapi pada anak yaitu anak sangat sering berada dalam kondisi trance. Jadi tidak dibutuhkan induksi secara formal seperti yang dibutuhkan untuk menerapi orang dewasa. Anak masuk dan keluar kondisi trance secara alamiah.

Nah, sekarang bagaimana caranya melakukan terapi pada anak usia di bawah 5 tahun. Oh, mudah sekali. Untuk anak usia di bawah 5 tahun maka yang perlu diterapi adalah kedua orangtuanya.

Mengapa kok yang diterapi kedua orangtuanya?
Karena masalah anak sebenarnya cerminan masalah yang ada pada diri kedua orangtuanya. Seringkali dijumpai dalam satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan, misalnya, 3 orang anak, maka masalah bisa berpindah dari satu anak ke anak yang lain.

Maksudnya begini. Bila seorang anak yang bermasalah berhasil disembuhkan maka bisa jadi masalah yang serupa atau berbeda muncul lagi (relapse) pada diri anak itu. Bisa juga terjadi masalah yang serupa atau berbeda muncul di anak yang lainnya. Anak yang bermasalah ini dikenal sebagai IP atau identified patient atau pasien yang teridentifikasi. Masalah muncul sebagai akibat dari sistem keluarga yang bermasalah. Sudah jelas sekarang? Masalah anak sebenarnya adalah masalah orangtua.

Ada tiga aturan penting yang harus diperhatikan saat melakukan hipnoterapi pada anak. Pertama, kita, terapis, harus bisa memenangkan hati anak. Ada banyak cara yang bisa kita lakukan. Saya biasanya menggunakan beberapa trik sulap sederhana atau permainan yang sudah tentu membuat anak sangat senang. Selain itu anak harus merasa aman, nyaman, dan percaya diri untuk mengungkapkan isi hatinya. Untuk itu orangtua tidak diperkenankan berada di dalam ruang terapi, apapun alasannya. Kedua, kita memberitahu anak apa yang akan kita lakukan bersama. Dan ketiga, gunakan teknik yang sesuai.

Saat membangun hubungan dengan anak, saat ngobrol santai, terapis perlu mencari tahu siapa tokoh idola si anak, apa acara tv atau film kesukaan, hobi, cita-cita, tempat liburan favorit, dan nama kawan dekat si anak. Pengetahuan ini nantinya digunakan sebagai jembatan untuk bisa memasukkan data atau program baru ke dalam pikiran bawah sadar anak.

Kesalahan fatal yang dilakukan oleh kebanyakan hipnoterapis, termasuk saya juga dulunya, yaitu kita terlalu bernafsu untuk mengubah si anak dengan cara memasukkan direct suggestion secepatnya ke dalam pikiran anak. 

Kita tahu bahwa critical factor anak masih sangat lemah dan sangat sulit menolak sugesti yang kita berikan. Namun satu hal yang perlu disadari yaitu anak dibawa oleh orangtuanya bertemu kita, hipnoterapis, sebagai langkah terakhir. Biasanya anak ini sudah dibawa ke mana-mana nggak berhasil baru akhirnya orangtuanya membawanya ke hipnoterapis.

Saat anak bertemu kita, hipnoterapis, maka saat itu harga diri anak telah benar-benar terpukul. Anak merasa dirinya rendah, bodoh, minder, tidak mampu, tak berdaya, tidak bisa menghargai dirinya sendiri.

Dalam kondisi ini, yang pertama-tama harus dilakukan adalah membangkitkan semangat anak. Terapis mensugestikan berbagai sugesti positif yang bertujuan meningkatkan rasa percaya diri, motivasi, perasaan diri mampu dan berharga, dan citra diri positif.

Mengapa perlu melakukan hal ini terlebih dahulu?
Karena kita sebenarnya menyiapkan lahan pikiran bawah sadar terlebih dahulu sebelum menanam bibit sugesti positif. Persiapan ini dilakukan dengan mencabut atau menghilangkan berbagai rumput liar atau tanaman penganggu/gulma  yang telah tumbuh di lahan pikiran anak dilanjutkan dengan menggemburkan tanah di lahan pikiran anak. 

Nah, setelah ini dilakukan, barulah pada sesi berikutnya terapis memberikan sugesti yang bertujuan membantu anak keluar dari masalahnya.

Intinya begini. Jika kita hendak menghipnoterapi anak maka yang kita lakukan adalah:
• Minta anak menutup matanya
• Sibukkan pikiran anak dengan imajinasi atau visualisasi. Hal ini bertujuan agar critical factornya lengah sehingga tidak menjaga gerbang pikiran bawah sadarnya.
Menyibukkan pikiran anak bisa dengan meminta ia membayangkan sedang menonton acara film kesukaannya, atau bisa juga mengamati es yang sedang mencair, atau mengamati pendulum dengan intens.
• Berikan direct suggestion yang sesuai dengan masalah anak. Ulangi sebanyak 4 – 5 kali.
• Minta anak buka mata

Ciri-ciri trance pada anak mirip dengan pada orang dewasa yaitu napasnya lebih lambat, tubuhnya lebih rileks, dan saat matanya tertutup akan ada gerakan mata ke kiri atau ke kanan. Ini adalah indikasi anak sudah masuk ke kondisi somnambulisme atau deep trance. Terapis tidak perlu lagi melakukan deepening. Langsung berikan direct suggestion.

Oh ya satu lagi pesan saya kepada anda para orangtua yang mungkin kebetulan juga seorang hipnoterapis. Walaupun anda adalah seorang hipnoterapis andal, berpengalaman menerapi banyak anak/klien dengan sangat berhasil, jangan sekali-kali mencoba menerapi anak anda. Dijamin hasilnya tidak akan optimal.

Mengapa?

He.. he.. nggak perlu nanya lah. Anda sudah tahu jawabannya. Bagaimana mungkin anak anda mau mengungkap masalahnya kepada terapis yang justru menjadi sumber masalahnya? Ingat! Parents can not be their children therapist.

Baca Selengkapnya

Memahami Level Hipnosis Dan Manfaatnya

21 Juli 2010

Saya baru-baru ini mendapat email dari seorang pembaca buku yang juga telah mendengarkan CD Audio Ultra Depth Relaxation. Pendengar ini bertanya, “Pak Adi, saat saya mengikuti bimbingan Bapak di CD, saya masuk ke dalam kondisi relaksasi yang begitu dalam. Jauh lebih dalam dari yang pernah saya capai sebelumnya. Belum pernah saya merasa begitu tenang dan damai. Namun saat sedang menikmati suasana yang luar biasa itu saya merasa bahwa sebenarnya saya masih bisa turun lebih dalam lagi. Pak, apakah ada dasar atau level terdalam yang bila seseorang telah mencapainya maka ia sudah tidak bisa turun lagi?”

Pembaca, sebenarnya ada banyak level relaksasi yang bisa kita capai. Relaksasi ada 2 macam yaitu relaksasi fisik dan relaksasi mental. Pada umumnya kita berpikir bahwa saat kita mengalami relaksasi fisik maka hal ini sama dengan kondisi trance. Pemahaman ini sama sekali tidak tepat.

Saya pun dulunya berpikir seperti ini. Dulu saat saya berhasil membawa seseorang masuk ke dalam kondisi relaksasi (fisik) yang sangat dalam, dengan menggunakan induksi progressive relaxation, saya “yakin” klien ini telah masuk kondisi deep trance.

Namun apa yang terjadi? Dari pengalaman praktik saya mulai meragukan korelasi antara relaksasi fisik dan kedalaman trance saat saya menemukan bahwa hasil terapi saya kadang efektif, kadang bahkan sama sekali tidak ada hasilnya. Apa yang salah?

Saya selanjutnya berusaha menemukan apa yang salah dengan terapi yang saya lakukan. Akhirnya setelah mencari ke sana ke mari, membaca lebih banyak literatur, saya mendapat pencerahan. Ternyata relaksasi fisik tidak sama dengan kondisi trance. Seseorang bisa saja begitu rileks fisiknya namun ternyata belum masuk kondisi hipnosis atau trance yang dalam.

Hal ini diperkuat dengan definisi hipnosis yang dikeluarkan oleh US. Dept. of Education, Human Services Devision yang menyatakan bahwa hypnosis is the bypass of the critical factor of the conscious mind followed by the establishment of acceptable selective thinking atau hipnosis adalah penembusan faktor kritis pikiran sadar dan diikuti dengan diterimanya suatu sugesti/ide atau pemikiran.

Definisi ini secara jelas, lugas, dan gamblang sama sekali tidak menyebutkan hubungan antara kondisi hipnosis dan relaksasi fisik. Ternyata kondisi hipnosis adalah relaksasi pikiran atau mental. Dari sini saya akhirnya benar-benar tercerahkan.
Pencerahan lainnya saya dapatkan saat mempelajari tulisan seorang pakar hipnoterapi lainnya yang menghubungkan antara level kedalaman hipnosis/trance dengan efektivitas hasil terapi.

Pakar ini menyebutkan bahwa semakin dalam level hipnosis, saat terapi dilakukan, maka akan semakin efektif dan permanen hasil terapi. Bila terapi dilakukan pada level light trance maka efeknya hanya akan bertahan antara 2 jam hingga 2 hari. Bila dilakukan pada level medium trance efeknya bertahan antara 2 hingga 5 minggu. Sedangkan bila dilakukan pada deep trance maka efeknya permanen.

Pembaca, bagi anda yang awam dengan hipnosis atau hipnoterapi, jangan bingung dengan berbagai istilah level kedalaman trance yang saya sebutkan di atas. Di bawah ini saya akan menjelaskan secara lebih detil.

Pencerahan lain yang saya dapatkan adalah ternyata teknik induksi progressive relaxation, yang seharusnya lebih tepat disebut dengan fractional relaxation, justru merupakan teknik yang paling tidak efektif untuk membawa seseorang masuk kondisi deep trance. Dan teknik ini yang paling banyak digunakan di dalam dunia hipnosis/hipnoterapi.

Saya pun dulunya sangat sering menggunakan teknik ini. Namun saat ini saya sudah tidak pernah lagi menggunakannya. Kalaupun harus menggunakan progressive relaxation maka saya melakukan berbagai modifikasi untuk meningkatkan efektivitasnya.

Nah, pembaca, kembali ke pembahasan mengenai level kedalaman hipnosis. Untuk mudahnya begini. Kita tentukan dulu dua level yang menjadi batas atas dan bawah. Batas atas adalah kondisi saat kita sadar, kondisi saat kita berpikir dan fokus. Kita sadar sesadar-sadarnya apa yang kita rasakan, lakukan, alami, atau pikirkan. Batas ini dikenal dengan nama normal waking consciousness atau kesadaran bangun normal. Sedangkan yang menjadi batas bawah adalah kondisi saat kita “tidak sadar” atau saat kita tidur.

Sebenarnya kurang tepat bila kita mengatakan batas atas atau bawah. Mengapa? Karena orang bukan masuk lebih dalam ke dalam kondisi hipnosis. Mereka, lebih tepatnya, menjadi lebih sugestif. Namun untuk mudahnya kita sepakati menggunakan istilah ini.

Nah, di antara batas atas dan bawah terdapat begitu banyak level kesadaran “khusus” yang dikenal sebagai “altered state of consciousness” (ASC). ASC terdapat tidak hanya di antara dua batas ini tapi juga terdapat di bawah batas bawah dan juga di atas batas atas. Nah, bingung kan?

Biar tidak bingung maka saya akan menjelaskan beberapa skala kedalaman trance yang umumnya dikenal di dunia hipnoterapi. Salah satu skala kedalaman yang populer adalah skala Elman. Elman membagi level kedalaman hipnosis/trance menjadi 4 level yaitu light trance, medium trance, somnambulism, Esdaile, dan hypnosleep.

Masih menurut Elman, 2 level pertama yaitu light dan medium trance adalah level yang sama sekali tidak bermanfaat untuk terapi. Terapi hanya bisa dilakukan efektif pada level somnambulism. Sedangkan level Esdaile dan hypnosleep mempunyai manfaat terapeutik yang agak berbeda.

Skala lain yang awalnya diajarkan pada tahun 1940an dan masih banyak digunakan hingga saat ini adalah skala Harry Arons. Untuk lebih mudah memahami setiap level relaksasi pikiran maka saya akan menjelaskan fenomena  yang menjadi ciri setiap level.

Harry Arons membagi level relaksasi mental menjadi 6 level. Persis di bawah batas atas, normal waking consciousness terdapat kondisi relaksasi yang dikenal dengan nama hypnoidal.

Ini adalah kondisi relaksasi yang paling mudah dicapai. Kondisinya mirip dengan orang yang sedang melamun. Salah satu ciri kondisi hypnoidal adalah eye catalepsy atau mata yang tidak bisa dibuka walaupun kita ingin membukanya.

Di bawah hypnoidal terdapat level light trance yang bercirikan kondisi sugestibilitas meningkat karena kelompok otot yang mengalami catalepsy menjadi meluas ke bagian tubuh yang lain.

Di bawah lagi ada level medium trance dengan ciri atau karakteristik berupa catalepsy pada kelompok otot besar yang mengakibatkan seseorang tidak bisa bergerak, tidak bisa bangkit dari kursi, atau tidak bisa jalan. Pada level ini seseorang juga bisa mengalami aphasia atau kesulitan berbicara karena mendapat sugesti demikian.

Di bawah medium trance terdapat level threshold of somnambulism yang merupakan level kedalaman minimal untuk melakukan hipnoterapi yang efektif. Kedalaman ini minimal harus dicapai agar teknik advanced seperti hypno analysis, age regression, ego state therapy, dan forgiveness therapy dapat dilakukan secara efektif dan mudah. Ciri utama pada level ini adalah terjadinya amnesia (klien menjadi lupa sesuatu) dan analgesia (berkurangnya intensitas rasa sakit).

Di bawah lagi terdapat level full somnambulim. Pada level ini klien menjadi sangat sugestif dan bila diberikan suatu sugesti maka pengaruh sugesti akan bertahan (sangat) lama.

Kedalaman ini mutlak dibutuhkan untuk melakukan anestesi (untuk operasi dan melahirkan) atau untuk age regression. Level ini tidak cocok untuk teknik direct suggestion yang bertujuan melakukan perubahan perilaku seperti menghentikan kebiasaan merokok, atau menggigit jari. Satu ciri utama pada level ini adalah possitivie hallucination.

Level paling dalam pada skala Harry Arons adalah profound somnambulism. Level ini mencakup semua hal positif dari level full somnambulim dan ditambah dengan kemampuan negative hallucination.

Nah, apakah profound somnambulism adalah level paling dalam yang bisa dicapai seseorang?

Sudah tentu tidak. Justru level profound somnambulism  ini adalah awal dari sesuatu yang jauh lebih menarik dan dahsyat. Namun untuk kebutuhan terapi kita, hipnoterapis, hanya perlu membawa klien maksimal mencapai level ini.

Mengapa? Karena level kedalaman yang akan saya jelaskan berikut ini mempunyai manfaat yang berbeda.

Tepat di bawah profound somnambulism terdapat level Esdaile atau yang juga dikenal dengan hypnotic coma. Satu hal yang perlu dipahami yaitu kondisi hypnotic coma ini tidak sama dengan kondisi medical coma

Kondisi Esdaile ini adalah kondisi di mana seseorang merasa begitu senang dan bahagia. Ini adalah kondisi euphoria. Orang yang masuk ke dalam kondisi ini biasanya tidak mau keluar dari kondisi ini karena begitu “enak” dan “nikmat”nya kondisi ini, semua masalahnya hilang, semua sempurna adanya. Jika seorang klien atau subjek masuk ke kondisi ini maka dibutuhkan keahlian khusus untuk bisa membawa klien keluar. Jika tidak, maka klien akan terus berada di level ini.

Level Esdaile tidak cocok untuk terapi karena pada kondisi ini pikiran kita tidak bisa menerima sugesti apapun. Level ini digunakan untuk total anestesia, untuk painless childbirthing atau melahirkan tanpa rasa sakit, stress management, dan bisa digunakan oleh dokter untuk membantu mengembalikan posisi tulang atau otot pasiennya, dengan cara mengurut bagian yang dislokasi, saat pasien berada di kondisi Esdaile.

Dari level profound somnambulism subjek/klien dapat dibawa turun ke level Esdaile dengan cepat dan mudah, hanya membutuhkan waktu sekitar 4 menit saja.

Di bawah level Esdaile terdapat level catatonic. Ini adalah kondisi di mana tubuh subjek atau klien menjadi plastis tapi kaku/terkunci, tanpa pemberian sugesti, dan bisa diposisikan pada posisi/postur tertentu dalam waktu yang lama dan postur itu sama sekali tidak akan berubah. Level ini tidak digunakan dalam terapi.

Lebih dalam lagi terdapat level hypnosleep. Level kedalaman ini pertama kali diungkapkan oleh Hyppolite Bernheim di bukunya yang mashyur “Hypnosis And Suggestion In Psychotherapy” yang ditulis pada tahun 1884.

Walaupun Bernheim mengungkapkan level hypnosleep ia tidak menjelaskan teknik untuk mencapai level ini. Dave Elman adalah hipnoterapis jenius yang menemukan teknik yang efektif untuk membawa seseorang masuk ke level ini dan melakukan terapinya.

Pada level hypnosleep semua filter mental yang ada di pikiran bawah sadar tidak bekerja. Sugesti apapun yang diberikan pada level ini akan diterima sepenuhnya oleh pikiran bawah sadar.

Level relaksasi pikiran paling dalam, hingga saat ini, yang bisa dicapai seseorang adalah level Sichort atau juga dikenal dengan nama ultra depth. Level ini ditemukan oleh Walter Sichort dan mempunyai manfaat yang berbeda dengan kondisi relaksasi mental di atasnya.

Saat seseorang berhasil mencapai level Sichort maka ia dapat membantu orang lain melalukan self healing melalui penggunaan teknik Mind-To- Mind Healing. Pada teknik ini terapi terjadi secara otomatis di antara dua pikiran bawah sadar. Terapis sama sekali tidak bisa mempengaruhi atau mengarahkan proses terapi. Terapi terjadi, diarahkan,dan dilakukan hanya oleh pikiran bawah sadar.

Nah, pembaca sejauh ini saya baru menceritakan berbagai level yang ada di bawah normal waking consciousness / NWC. Bagaimana dengan yang diatas NWC?

Sejauh ini, dalam dunia hipnoterapi, dan masih dalam tahap eksperimen, terdapat 3 (tiga) level di atas NWC yaitu level higher self consciousness, super consciousness, dan level ultra height.

Jujur saya belum bisa bercerita banyak mengenai ketiga level ini. Saat ini saya sendiri sedang mendalami dan melakukan eksplorasi pada ketiga level ini. Ketiga level ini mempunyai kelebihan yang luar biasa bila diterapkan pada konteks terapi dan spiritualitas.

Saya telah mempraktikkan membawa subjek ke level ultra height dan hasilnya sangat luar biasa. Level ini dapat membantu ekspansi dan peningkatan kesadaran/kecerdasan spiritual secara sangat cepat. Juga dapat digunakan untuk melakukan terapi fisik maupun mental namun dengan pendekatan yang sangat berbeda.

Baca Selengkapnya
Tampilan : Thumbnail List